Langit kota Jakarta terlihat gelap berkelabu. Desiran angin terlihat menggerakan beberapa daun yang berada disekitar. Rintikan hujan pun mulai turun membasahi ikut andil dengan apa yang terjadi malam ini.
Bertumpu dagu diatas meja memperhatikan ke luar jendela yang gordennya tak tertutup. Langit gelap, kaca yang basah menjadi tontonan menarik untuknya sekarang. Meskipun nyatanya, dia tak terlalu fokus kesitu. Pikirannya tengah terbang entah kemana.
Srett..
Bunyi gorden yang ditutup seketika melunturkan lamunan. Dalam jarak pandang s'tengah meter, di lihatnya gadis tinggi dan cantik dalam balutan baju hangat hitam itu berjalan mengarah padanya.Memejam sejenak saat jemari panjang lentiknya mendarat di puncak kepala, mengelus dengan irama menimbulkan kenyamanan.
"Kamu kenapa liatin ke luar sampai segitunya?Mikirin apa, hm?" nadanya khawatir saat mempertanyakan.
"Nggak ada kok, ci. Emang cuma lagi pengen mandang keluar aja" alasan di jabarkan.
"Mandang aku aja ya.. Ngapain keluar?" gadis cantik itu berucap sembari menarik kursi untuk duduk disebelah gadis manisnya itu. "Nah. Aku udah disini. Jadi mandang aku aja. Nggak usah ke jendela lagi"
"Astaga, Ci. Masa cuma mandang keluar aja nggak boleh" kaget Gracia, gadis yang tengah menjadi objek posesif dari seorang Shani.
"Boleh. Tapi kalau ada aku, atensi kamu itu harus ke aku aja"
"Ih~" renggutan kekesalan keluar tapi cuma dibalas tawa dari si gadis cantik pemilik lesung pipi itu.
"Manis banget" reflek Shani mengecup pipi lembut yang terhidang di depan matanya itu. Tak mau mengangguri lebih lama.
"Cici. Aku lagi keringetan. Jangan di cium cium dulu" protes Gracia karena itu. Merengek sebal lagi karena kelakuan Shani.
Tapi gadis yang menjadi tempat protes cuma tertawa sejenak. Tak terlalu memperdulikan kekesalan sang gadis yang sangat menggemaskan itu.
"Aku mau kerja bentar. Kalau butuh sesuatu, bilang yaa.." ucapnya kemudian membuka laptop yang berada di hadapan. Yang sudah dari tadi memanggil dirinya untuk segera di gunakan.
"Iya" dan Gracia bisa apa selain mengangguk mengiyakan. Memberikan gadisnya itu kesempatan mengerjakan pekerjaannya.
Dalam hening yang kembali terbentuk, gadis manis itu mengedarkan pandangannya lagi. Ruangan yang tak terlalu besar dan hanya berisikan dua meja kerja itu mengisi pandangan matanya. Ruang yang rapi, bersih, dan wangi menjadi alasan kebetahan yang tercipta.
Ini ruang kerja Shani di management. Yang saat ini hanya mengisikan mereka berdua. Pemilik ruang lainnya sudah pulang sedari tadi. Maklum. Ini sudah tengah malam. Sudah bukan termasuk jam kerja. Shani saja berada di sini jelas hanya untuk menemani Gracia.
Jadi bukan tanpa alasan gadis manis itu bisa berada disini. Semua berkat bidadari berkedok manusia itu. Yang dengan lihai menarik dirinya menjauhi tempat latihan setelah kata break berkumandang. Membawa dirinya ke sini dengan alasan lebih nyaman istirahat diruangannya daripada duduk beralaskan lantai yang dingin.
Hey? Shani Indira..
Apa kabar dengan member yang lain?Melirik lagi pemilik lesung yang kini sudah sibuk dengan laptop disebelahnya. Dipandanginya gadis cantik itu lekat.
Selalu terpesona dengan apa yang berada didepan mata. Pantas saja gadis ini banyak digilai orang orang. Tak ada kecacatan di wajah itu. Terlalu sempurna hingga memabukkan.
"Ci?" dipanggilnya sang gadis saat berhasil mengembalikan kesadaran yang sebelumnya tercuri darinya.
"Iya? Butuh sesuatu, sayang?"