setelah sampai di rumah, Zean yang sedang bersantai dengan Ashel pun langsung melihat ke arah pintu masuk.
"wedehhh, papan baru lagi nih. papan mulu yang di beli." ucap Zean.
"nggak papa dong. asal anak papa yang ini seneng mah di minta satu toko juga papa beli sama toko tokonya langsung." ucap Gracio.
"sombong amat, emang pada dari mana sih?." ucap Zean.
"dari psikiater." ucap Shani.
"hah, siapa yang sakit tante?." tanya Ashel.
"Zee."
"loh kok bisa? terus apa kata psikiaternya tante?."
"Zee kena gangguan mental yang namanya Borderline Personality Disorder (BPD) atau salah satu dari jenis gangguan mental yang membuat penderitanya sulit mengendalikan emosi."
"ya ampun Zee...."
Zee hanya memutar bola matanya malas." aku kekamar ya ma." ucap gadis itu.
"iya sayang. langsung istirahat ya nak."
"oke."
Zee pun langsung pergi dari kerumunan itu dengan wajah datarnya.
-
-
-malam ini terlihat kedua anak dari keluarga Harlan itu sedang bersantai di dalam sebuah kamar. siapa lagi kalau bukan Zee dan Zean.
kedua anak kembar itu terlihat sedang menyibukkan diri masing masing.
"Ze, kamu di panggil papa tu." ucap Reva yang membuka paksa pintu kamar Zee secara tiba tiba tanpa mengetuk nya terlebih dahulu.
dengan otomatis kedua anak kembar itu pun langsung melihat ke arah sumber suara.
"kenapa sih?." tanya Zean.
"mana aku tau kocak. udah..cepetan sana sebelum papa tantrum."
Zean pun langsung menuruti perintah adik nya ini. pemuda itu keluar dari kamar Zee dengan wajah yang terlihat di tekuk.
Reva berjalan masuk kedalam kamar Zee lalu menutup pintu kamar kakaknya itu.
Zee hanya diam saja. ia masih sangat serius mentap layar ponselnya.
Reva merebahkan tubuhnya di kasur lalu menjadikan paha Zee sebagai bantal.
"Zee..." panggil Reva.
"hm." hanya deheman yang terdengar dari mulut kakak perempuannya ini. Reva merasa terpana melihat wajah cantik kakak nya dari bawah sini. kakak nya ini terlihat sangat cantik sekali walaupun tidak terpoles dengan make up.
"Zee.." panggil Reva lagi.
akhirnya melihat ke arah adik nya."apaan sih?. kamu gangguin aku aja. kalau mau cerita, ya cerita aja. aku pasti dengerin kok."sewot Zee.
"marah marah mulu sih kamu. oh iya, tadi mama udah cerita semua sama aku tentang kamu. maaf ya Zee kalau seandainya aku jadi penyebab kamu suka marah marah."
"kamu nggak pernah salah. aku nya aja yang selalu sensian dengan segala hal."
Adel merubah posisinya. ia membenamkan wajahnya di perut rata Zee.
Zee pun menghembuskan nafasnya kasar. ia meletakkan ponselnya di atas nakas samping kasur nya.
"kamu lagi kenapa?." tanya Zee dengan suara yang terdengar sangat lembut. ia juga mengelus kepala Reva dengan penuh kasih sayang.
"aku lagi sedih."
"sedihnya kenapa? cerita deh sama aku."
"di sekolah aku nggak punya temen satupun. bahkan aku juga di keluarin dari tim basket tanpa alesan yang jelas. semua temen aku udah ngejauhin aku karena aku udah nggak mau ikut mereka lagi. kata mereka aku orang nya nggak asik. emang bener gitu ya Zee? aku orang nya nggak asik."
"kamu asik kok orang nya. ya cuma bagi aku kamu bawel doang."
"berarti sama aja dong."
"beda Reva. memang nya kamu masih di ajakin mereka ke club itu?."
"iya, mereka selalu ngajakin aku ke club, terus ke markas yang waktu itu. tapi aku nggak pernah mau. dan akhirnya mereka semua ngejauhin aku. aku jadi nggak punya temen di sekolah."
" kamu jauhin mereka nggak?. kan kalau cuma sekedar berteman doang mah nggak masalah asal jangan ngulangi hal yang kaya waktu itu lagi."
"enggak kok. aku nggak pernah jauhin mereka. mereka nya aja yang ngejauhin aku deluan. lagian aku juga takut sama kamu Zee. aku takut kamu marah kalau aku deket lagi sama mereka. kamu kan serem banget kalau marah. jangan kan aku, papa aja takut sama kamu. aku nggak mau buat kamu marah marah dan berakhir aku yang kamu tonjok dan kata katain."
Zee menghembuskan nafasnya kasar." kenapa semua orang harus takut sama aku. ngapain kalian harus takut sama aku?. aku kan juga manusia biasa kaya kamu. kamu boleh kok ngelawan aku kalau seandainya kamu juga emosi. aku nggak pernah mempermasalah kan hal itu. kalau kamu mau nonjok aku juga silahkan Reva."
"aku takut.."
"aku nggak mau semua orang nganggep aku nyeremin. aku juga nggak mau semua orang takut sama aku. aku mau di perlakukan sama kaya Zean dan Adel yang bisa kamu tonjok sesuka hati kamu walaupun dalam konteks bercanda. aku ini kakak kamu. peran aku di hidup kamu seakan seakan nggak ada karena kita nggak pernah deket. kamu bebas kok mau cerita apa aja sama aku. aku pasti dengerin kamu. aku itu sayang banget sama kamu Rev."
"iya deh. aku juga sayang banget sama kamu." terjadi keheningan sejenak di antara mereka.
Zee.." ucap Reva sambil merubah posisinya seperti semula.
"hm."
" ada hal lain yang mau aku ceritakan sama kamu. tapi kamu harus janji jangan kasih tau mama papa ya."
"tentang apa dulu nih? kalau yang kaya kemarin ya pastinya aku harus cerita sama mama papa."
"jangan dong."
"ya apa?."
"udah beberapa hari ini aku merasa nafsu makan aku berkurang deh Zee."
"kamu lagi stres kali. mangkanya nafsu makan kamu berkurang. ada yang lagi kamu fikirin ya?."
"enggak. kamu kan tau kalau aku nggak pernah berfikir." Reva pun menampakkan cengirannya.
"bener juga. paling besok nafsu makan kamu kembali lagi."
"terus kan Zee, dalam seminggu ini aku udah dua kali mimisan."
"itu tandanya kamu kelelahan. coba deh istirahat yang cukup. kamu sih, pulang sekolah bukannya pulang, malah suka kemana mana dulu."
"iya juga ya. tapi waktu aku mimisan itu, aku merasa kepala aku sakit banget. tapi sakitnya cuma sebentar gitu loh."
"aku juga nggak tau deh. coba tanya mama sana."
"ah jangan lah. aku takut mama khawatir sama aku. paling besok juga sembuh ini."
"kamu banyak istirahat aja."
"iya."
lagi lagi terjadi keheningan di antara mereka sejenak.
"Zee.."
"hm."
"kamu sayang nggak sih sama aku?."
"pertanyaan tolol. tanpa kamu tanya pun, kamu udah pasti tau jawabannya. tadi aku juga udah bilang kalau aku sayang sama kamu."
"iyakah? aku takut deh.."
"takut apa? bicara yang bener."
"nggak jadi deh. aku mau ke kamar aja. kamu pasti juga udah mau istirahat kan?." Reva pun bangkit lalu ia mengecup pipi Zee dan setelah nya ia menampakkan senyuman yang sangat manis.
"selamat malam Zee." ucap Reva pergi begitu saja dari kamar kakak nya itu. Zee hanya melihat kepergian Reva hingga adiknya itu menutup pintu kamar nya dengan rapat.
"selamat malam Reva." gumam nya.