49

617 76 4
                                    

ia menampakkan senyuman tipisnya."enggak buk, saya baru aja lihat kondisi anak saya yang di rawat di rumah sakit ini juga. tapi hari ini anak saya udah di perbolehkan untuk pulang."

"hah, jadi ibu udah punya anak toh?. tak kirain tadi ibu masih single. umur berapa anak nya buk?."

"anak saya udah gede gede buk. ini aja yang paling kecil udah berumur 16 tahun."

"wah, udah pada gede ya buk. tapi ibunya kelihatan awet muda banget loh."

"emang kelihatannya gitu ya bu?."

"iya. ngomong ngomong, anak nya sakit apa bu?."

"anak saya sakit juga pejuang kanker sama kaya anak ibu."

"wah, iyakah?. kanker apa?. udah berapa lama?."

"anak saya mengidap leukemia stadium tiga udah hampir mau setahunan belakangan ini."

"wahh... itu lah bu. jaman sekarang mah penyakit aneh aneh."

"iya, maka dari itu kita harus selalu menjaga imun tubuh. oh iya bu, kebetulan saya juga bekerja di rumah sakit ini. dan saya ada mendapatkan berita kalau di rumah sakit ini ada pengobatan gratis untuk masyarakat yang kurang mampu. jadi, ibu mau?. kalau ibu mau, besok ibu bisa dateng ke sini lagi. kebetulan besok akan ada acara workshop tentang penyakit kanker."

"serius bu?, mau, saya mau."

"ya udah, besok ibu dateng ya."

"pasti bu."

"kalau gitu, saya permisi dulu ya bu."

"iya bu, terimakasih atas infonya ya bu."

Shani pun tersenyum dan menganggukkan kepalanya."sama sama bu." ia pun pergi dari hadapan ibu dan anak itu. kasihan Reva, pasti anak nya itu sudah lama menunggu.

saat sudah sampai di parkiran, Shani pun langsung masuk kedalam mobilnya dan melihat anak nya itu sedang asik bermain game yang ada di ponselnya.

"mama lama banget sih?. katanya tadi cuma lima menit doang." ucal Reva mematikan ponselnya.

"maaf ya, tadi mama cerita sama ibu ibu yang anak nya juga pengidap kanker. kebetulan besok di rumah sakit lagi ada acara workshop tentang kanker gitu, jadi mama mau ngajak ibu itu sekalian mau ngasih ibu itu pengobatan gratis untuk anak nya." ucap Shani sambil mulai menjalankan mobil nya.

"oh gitu."

sepanjang perjalanan Reva hanya melihat ke arah luar jendela. sementara Shani sangat serius menatap jalanan yang cukup ramai siang ini.

hingga tidak terasa kini mobil milik Shani sudah terparkir di depan rumah mewah itu.

Reva langsung keluar dari mobil tanpa menunggu mama nya terlebih dahulu. ia berjalan dengan terburu buru.

Shani pun juga ikut keluar dan menyusul anaknya yang sudah masuk lebih dulu kedalam rumah.

"bi, tolong barang barang Reva di beresin ya bi." ucap Shani memberikan tas cukup besar yang berikan baju baju anak nya selama di rumah sakit.

"baik bu." ucap bibi.

Shani pun naik ke lantai atas menuju kamar Reva untuk melihat ke adaan anak nya itu. kenapa dengan Reva?.

Shani mengetuk pintu kamar anaknya. namun, tidak ada suara sama sekali dari dalam sana. Shani mencoba untuk membuka pintu itu yang ternyata tidak terkunci.

ia pun membukanya dan dapat dilihat, Reva sedang duduk di pinggiran kasur.

"kamu kenap sayang?. kok ninggalin mama." tanya Shani ikut duduk di sebelah Reva.

"nggak papa ma."

Shani pun menghembuskan nafasnya kasar. ia melirik ke arah jam yang tergantung di dinding yang sudah menunjukkan pukul 1 siang. ini sudah waktu nya untuk makan siang.

"kita makan siang dulu yuk. habis itu kamu harus istirahat lagi." ucap Shani.

"aku nggak mau ke bawah. aku mau makan disini aja boleh nggak ma?." ucap Reva dengan ekpresi sedih nya.

"kenapa sayang?." tanya Shani.

"aku malu."

"malu?. Reva malu kenapa?."

"rambut aku udah mulai nggak ada lagi. aku malu ma. pasti aku jelek kan?."

sekarang Shani tau penyebab anaknya berjalan dengan cepat.

"jadi ini penyebab kamu ninggalin mama tadi ya?."

Reva pun menganggukkan kepalanya sambil memanyunkan bibirnya.

"anak mama nggak jelek. anak mama keren keren, cakep cakep. mama nya aja cantik gini, masa anak nya jelek. nggak mungkin lah."

"tapi aku nggak pede ma."

"kan cuma di dalam rumah doang sayang. bibi bibi juga udah setiap hari lihat kamu, tapi mereka biasa aja. sekarang gini deh, mama tanya sama kamu, pernah nggak orang yang ada di rumah ini ngejekin kamu?."

"nggak pernah."

"nah terus, kenapa kamu malu sayang. kenapa anak mama nggak pede?."

"tapi aku malu aja."

"simpan rasa malu kamu. nggak akan ada yang mau ngejekin kamu di sini. kalau ada, nanti mama kasih garem bibirnya biar keasinan."

Reva pun menampakkan senyuman tipisnya di hadapan Shani.

"nah, gitu dong, kan cantiknya bertambah kalau kamu senyum. ayo ah kita ke bawah. bentar lagi kakak kakak sama kembaran kamu udah pulang ini. kita makan siang bareng."

Shani mengulurkan tangannya di hadapan Reva sambil menampakkan senyuman hangat. Reva pun menerima uluran tangan mama nya. ke dua wanita itu pun turun ke lantai bawah.

setelah selesai makan siang, Reva pun langsung masuk kedalam kamarnya. gadis itu hanya duduk sambil bersandar pada headboard nya tanpa melakukan kegiatan apapun.

ceklek..

pintu kamar nya tiba tiba di buka oleh kakak perempuannya. ia pun sedikit kaget.

"kalau masuk itu ngetuk pintu dulu kenapa sih Zee, aku kaget tau." ucap Reva.

Zee menampakkan senyuman nya. ia pun berjalan mendekat ke arah adik nya itu.

"lagi apa?." tanya Zee sambil menarik kursi meja belajar.

"lagi lihatin dinding."

Zee pun terkekeh."ngapain liatin dinding. dinding kamu nggak akan bergerak juga."

"siapa tau dinding aku bisa kasih keajaiban."

Zee hanya diam saja enggan untuk menanggapin ucapan adiknya.

"kamu kenapa?, kok tiba tiba diem gitu?." tanya Reva sambil menyeka rambut nya kebelakang yang menghalangi wajahnya. tetapi, sisa rambut itu malah menyangkut di sela sela jari nya.

seketika Zee langsung merampas gumpalan rambut itu dari tangan Reva dan menyimpannya di saku celana cargo yang ia kenakan.

Reva terlihat semakin sedih. gadis itu memalingkan wajahnya dari hadapan Zee agar kakak nya itu tidak melihat perubahan ekpresinya.

tetapi bukan Zee namanya kalau tidak peka dengan adiknya ini.

ia menggenggam tangan adiknya lalu mengecup punggung tangan pucat itu.

"jangan sedih. aku punya hadiah untuk kamu." ucap Zee.

Reva pun langsung melihat ke arah Zee. seketika gadis itu terlihat happy kembali setelah mendengar ucapan Zee.

"sebentar ya, aku ambilin dulu hadiah nya." ucap Zee. Reva pun hanya menganggukkan kepalanya saja sebagai jawaban.

tidak perlu memerlukan waktu lama, akhirnya Zee sudah datang kembali dengan tangan yang di kebelakangkan. tetapi, mana hadiahnya? katanya tadi mau ngasih hadiah.

famillyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang