beberapa bulan sudah berlalu...
ini sudah kemoterapi Reva yang kesekian kalinya. gadis itu terlihat semakin lemah dan tubuhnya juga semakin kurus. bahkan rambut nya juga sudah banyak yang rontok akibat dari efek kemoterapi ini.
sedangkan Zee, kesehatan mental gadis itu bahkan juga semakin memburuk karena ia selalu merasa stres dan depresi.
bahkan Zee pernah hampir saja menghabisi nyawa teman sekelasnya yang masih terus membuli Chika sahabat terbaiknya itu.
gadis itu sangat mudah sekali tersinggung dan marah marah tanpa sebab. apalagi saat melihat keadaan adiknya yang semakin memprihatinkan.
tidak jarang ia sering melukai diri nya sendiri karena ia selalu merasa bersalah pada adiknya. gadis itu juga masih sering bermain skateboard untuk menghilangkan rasa emosinya. setidaknya saat ia bermain papan beroda itu, ia menjadi sedikit lebih tenang dan melupakan segala emosinya.
"AKU NGGAK MAU SEKOLAH MA!!." bentak Zee pada mama nya. pagi yang cerah ini sudah di buka dengan bentakan gadis itu.
saat di bangunkan pagi tadi, Zee sudah mulai emosi pada mama nya.
"ehh..Zee, jangan gitu ah. mama nggak suka anak yang suka marah marah." ucap Shani dengan kesabaran nya yang setebal kamu bahasa Indonesia dan kamus bahasa Inggris kalau di tumpuk menjadi dua.
"tapi aku mau jagain Reva ma." ucap Zee.
"Reva biar mama aja yang jaga nak."
"nggak mau!. pokoknya aku mau jagain Reva kemo nanti." kekeh Zee.
Shani menghembuskan nafasnya kasar. ia mencoba untuk tetap bersabar agar emosinya juga tidak keluar.
"ya udah, tapi janji sama mama besok kamu harus sekolah ya?. mama nggak nerima penolakan lagi. kamu itu harus sekolah. kan bentar lagi mau ujian kelulusan Zee."
"iya aku janji besok aku sekolah. aku cuma mau temenin Reva doang ma."
"ya udah nggak papa kalau untuk hari ini doang."
Zee pun langsung menampakkan senyuman manis nya di hadapan Shani.
"tapi sebelum itu, kamu harus minum obat dulu ya."
Zee hanya mengangguk sebagai jawaban.
Shani pun memberikan beberapa butir obat penenang yang biasa anak nya itu konsumsi setiap hari nya.
-
-
-
kini Zee, Shani dan juga Reva sudah berada di depan ruangan kemoterapi."kamu semangat ya, aku tungguin kamu di sini sampai kamu selesai." ucap Zee.
Reva mengangguk sambil tersenyum dengan sangat lebar. hari ini gadis itu terlihat sangat semangat karena ia di temani oleh kakak tersayang nya.
"kamu udah siap kan sayang?." tanya Shani. mama nya ini akan ikut kedalam untuk ikut melihat proses kemoterapi Reva.
"udah ma."
Shani pun mendorong kursi roda Reva masuk kedalam ruangan. sementara Zee duduk di kursi tunggu yang ada di depan ruangan itu.
hingga satu jam sudah berlalu, Zee masih tetap sabar menunggu adik nya keluar. sebentar lagi seperti nya adik nya itu akan keluar.
dan benar saja. tidak berselang lama, Reva dan mama nya keluar dari ruangan itu.
adiknya terlihat sangat lemas. ia bahkan tidak sanggup lagi untuk berjalan saat ini.
Zee mendekat dan berjongkok di hadapan Reva. "gimana?, aman?." tanya nya.
Reva memgangguk lemah dan menampakkan senyuman tipis.
"mau langsung pulang?." tanya Zee.
"iya. aku lemes banget."
"yuk, nanti di rumah aku temenin kamu."
Reva lagi lagi hanya mengangguk sebagai jawaba. Shani pun kembali mendoronh kursi roda anak nya itu.
"biar aku aja ma." ucap Zee ingin mengambil alih kursi roda itu. Shani pun tersenyum dan mempersilahkan anak keduanya ini untuk mendorong kursi roda Reva.
sepanjang perjalanan menuju parkiran, Zee tidak henti hentinya untuk bercerita. semenjak Reva sakit, Zee tidak ingin jauh dari Reva. bahkan sikap gadis itu yang semula pendiam dan selalu menampakkan wajah datar nya, kini sudah menghilang setiap berada di hadapan Reva.
adik itu seakan akan melelehkan batu es yang terdapat di dalam tubuh Zee. tetapi kalau tidak berada di dekat Reva, Zee akan menjadi diri nya yang pendiam dan berwajah datar itu lagi. termasuk di hadapan Zean dan juga Adel.
Shani akan mengantarkan kedua anak nya ini untuk pulang. hari ini ia tidak banyak kegiatan di rumah sakit. jadi, ia dapat ikut menjaga Reva di rumah. apalagi setelah ini sudah di pastikan Reva akan mengalami efek efek dari kemo itu lagi.
hingga sepanjang perjalan pulang pun, Zee masih terus bercerita. Reva hanya mendengarkan dan terkadang ikut tertawa saat mendengar cerita kakak nya ini.
"kamu nggak main skate lagi Zee?." tanya Reva saat Zee sudah mulai capek bercerita.
"masih dong. mana mungkin aku ninggalin hobi aku yang udah mendarah daging itu."
"oh ya?. kok aku nggak pernah lihat kamu pergi?."
"aku pergi setiap kamu udah tidur. aku harus memastikan kamu istirahat dulu baru aku tenang mau pergi main."
"kapan kapan aku mau lihat dong kamu main skate. aku mau lihat seberapa jago kamu."
"boleh. minggu depan aku ajak kamu deh."
"beneran?."
"iya."
Reva pun tersenyum bergitu juga dengan Zee. ia bahkan mengecup pipi kanan adik nya itu dengan penuh kasih sayang.
Shani yang dari tadi sibuk menyetir pun diam diam melihat kedua anak nya dari kaca mobil lalu mengulum senyum nya. kedua anak nya itu terlihat sangat manis dan lucu. seperti dua anak kecil yang sedang bercerita. ia merasa sangat gemas melihat Zee dan Reva saat bercerita seperti ini. ini adalah sikap yang sangat jarang di tunjukkan Zee di depan banyak orang. hanya dirinya lah yang selalu menjadi saksi bahwa anak kedua nya itu dapat bersikap romantis.
bahkan, tidak jarang juga ia menjadi tempat Zee untuk bertanya setiap anak gadis nya itu ingin membelikan Reva hadiah. setiap minggu, pasti Zee akan memberikan Reva hadiah. kata Zee sih, hadiah karena Reva udah mau bertahan sejauh ini dan sudah mau terus semangat untuk kemo nya.
sikap Zee dan Adel tidak jauh berbeda. anak laki laki ketiga nya itu juga sering memberikan Reva hadiah. kata Adel, karena ia ingin melihat Reva sehat lagi dan tidak mau kehilangan kembaran tersayang nya itu. jadi, biar kembarannya tetap semangat, ia harus memberikan nya hadiah. walaupun kedua anak nya itu memiliki sikap yang cuek, pendiam bahkan tanpa ekpresi, tetapi mereka lah yang memiliki sikap paling romantis dengan Reva.
kalau Zean jangan di tanya lagi, anak laki laki pertamanya itu sangat jail. bahkan di saat Reva masih terlihat lemas pun, Zean sudah menjahili adik nya. Shani dan Gracio hanya dapat menggelengkan kepala dan menghela nafas saja melihat tingkah anak pertama mereka itu.
tidak terasa kini mobil audi hitam milik Shani sudah terparkir di depan rumah mewah berlantai tiga itu. Shani dan Zee pun membantu Reva untuk keluar dari mobil. lagi lagi, Zee lah yang mendorong kursi roda itu hingga kedalam rumah. Shani hanya dapat tersenyum melihat tingkah Zee yang sangat lucu. ia pun masuk kedalam rumah untuk membantu Reva naik ke lantai atas di mana kamar nya berada. karena Zee pasti tidak akan sanggup untuk memapah adik nya itu sendirian.