48

569 77 1
                                    

"kalau keadaan aku kaya gini terus, gimana aku bisa sembuh Del. bahkan aku merasa kalau keadaan aku sekarang semakin memburuk."

"kenapa gitu?. coba aku tanya sama kamu, dari mana kamu bisa berfikiran seperti itu?."

"buktinya sekarang rambut aku udah mulai botak. kulit aku juga udah pucet banget."

"itu karena efek dari kemo nya Reva. hal itu bukan berarti keadaan kamu memburuk."

Adel menangkup kedua pipi tirus kembarannya itu.

ia menatap dalam mata hitam kecoklatan itu dengan sangat dalam.

"aku tau rasanya jadi kamu Reva. aku juga bisa merasakan setiap kamu merasa kesakitan. kalau kamu sakit, aku juga sakit. di sini kamu nggak akan sendirian, ada mama, ada papa, aku, kak Zizi, kak Ze yang akan nemenin kamu di setiap peroses pengobatan kamu Rev. kalau kamu merasa putus asa kaya gini, itu sama aja kamu nggak menghargai semangat kami yang udah kami berikan untuk kamu. di sini nggak kamu doang yang merasa capek dan sakit Rev. kami semua juga merasakan hal yang sama kaya apa yang kamu rasakan. mama papa mati matian berusaha untuk ngobati kamu agar kamu sembuh kaya dulu lagi. kalau kamu nggak semangat, gimana kamu bisa sembuh. aku tau kamu merasa capek dan sakit, tapi cobalah untuk bertahan sebentar lagi Rev. aku yakin banget kamu pasti sembuh kaya dulu lagi."

"kalau aku udah nggak kuat kaya mana Del?."

"kamu boleh istirahat dulu. tapi nanti di lanjutin lagi pengobatannya. kita pelan pelan aja dan nikmati setiap proses nya. aku yakin kamu kuat, aku yakin banget kamu pasti kuat Reva. jadi, kamu mau kan janji sama aku untuk tetap semangat?."

Reva pun menganggukkan kepalanya lemah. Adel pun menampakkan senyuman manis nya.

ia mengusap sisa air mata Reva yang sudah tidak mengalir lagi itu."udah, jangan nangis lagi. kamu kelihatan nggak keren kalau cengeng kaya gini. yang aku tau, Reva kembaran aku itu anak yang kuat. dia nggak suka putus asa dan terlihat lemah di depan semua orang."

sementara kedua anak kembar itu baru saja keluar dari kantin rumah sakit

tanpa sengaja mereka bertemu dengan mama dan papa nya di koridor rumah sakit.

"kalian dari mana?. kan papa bilang jangan ada yang kemana mana. Adik nya di tinggal sendirian ya?." heboh Gracio.

"tadi Zizi emosi pa. mangkanya aku ajak dia ke kantin untuk beli minum dulu. lagian ada Adel kok yang nemenin Reva."

"loh, kamu nggak minum obat penenangnya Zee?." ucap Shani. Zee pun menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

"pantesan ini. sekarang gimana?, udah mulai tenang?." tanya Shani.

lagi lagi Zee hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"ya udah yuk, kita ke ruangan Reva lagi. kasihan Adel sama Reva nya ditinggal gitu." ucap Shani menggenggam tangan anak nya itu.

setelah sampai di depan ruang rawat Reva, mereka pun langsung masuk kedalam dan mendapatkan kedua anak kembar itu sedang asik bercerita. Reva terlihat sudah mulai terhibur dengan candaan Adel walaupun matanya masih terlihat sembab akibat menangis tadi.

Shani langsung memeluk tubuh Reva yang sedang bersandar pada brankar nya itu. ia mengelus kepala Reva dengan sangat lembut.

"untuk beberapa hari ini, Reva nginep nya di sini dulu ya."

"tapi lama nggak ma?. aku bosen banget di sini."

"nggak, paling sampai keadaan kamu udah membaik aja."

terdengar suara helaan nafas kasar dari gadis itu.

"yah, terus kalau Reva di sini, siapa temen berantem aku di rumah ma?." ucap Zean dengan nada bercandanya.

"Zizi kan ada." ucap Reva.

"ah kalau Zee kagak seru. marah nya beneran kalau dia mah."

"lagian dimana mana orang hidup nya pengen adem ayem kamu malah suka keributan." ucap Gracio menyanggah ucapan anak laki laki nya ini.

"biar ada warnanya pa."

terlihat Zee memutar bola matanya malas. kembarannya ini tidak pernah serius. hidup nya selalu penuh dengan candaan.

kayanya di keluarga ini hanya diri nya, Adel dan mama nya saja yang orang bener. selebihnya kagak tau dah.

"ya udah kalau gitu, mama mau lanjut kerja dulu sebentar ya. ada beberapa pasien yang harus mama periksa. sebentar lagi mama balik kesini. oke?." ucap Shani.

"oke ma."

"jangan pada berantem. Zee, emosinya di tahan dulu ya nak."

Zee hanya menganggukkan kepalanya. Shani pun mengecup pucuk kepala Reva lalu mengusap kepala anaknya itu dengan menampakkan senyuman manisnya.

-
-
-

beberapa hari sudah berlalu...

hari ini adalah hari di mana Reva sudah di perboleh kan untuk pulang setelah empat hari menginap di rumah sakit.

keadaan gadis itu juga sudah semakin membaik. tetapi tidak dengan Zee. kakak perempuannya itu sepertinya masih terlihat emosi. Zee selalu menampakkan wajah datarnya.

siang ini, mama nya lah yang akan membantu nya untuk membereskan semua barang barang nya.

"udah beres semua nih barang barang nya. kamu yakin udah bisa jalan sendiri sayang?." tanya Shani kepada anak perempuannya itu.

"aku yakin ma. bahkan kalau aku disuruh main basket sekarang pun aku sanggup." ucap Reva sambil terkekeh. dan begitu juga dengan Shani.

"ya udah kalau gitu, yuk kita pulang."

Reva pun mengangguk dan menggenggam tangan mama nya. sepanjang perjalanan menuju parkiran, Reva tidak ingin melepaskan genggaman tangan itu.

"kamu masuk mobil deluan ya. mama ada urusan sebentar. lima menitan doang kok." ucap Shani membantu Reva untuk membuka kan pintu mobil.

"iya ma."

Shani pun tersenyum. setelah memastikan keadaan anak nya di dalam mobil, Shani pun menutup pintu mobil nya lalu berjalan menuju taman rumah sakit. dari arah jendela ruang rawat Reva tadi, ia melihat ada ibu ibu dan anak nya yang sedang duduk di taman rumah sakit. Shani jadi penasaran.

dari kejauhan, ia melihat ibu itu sepertinya sedang menenangkan anak nya yang dari tadi menangis. anak ibu itu berusia sekitar 10 tahunan. ia pun semakin mendekat.

"anak nya kenapa buk?." ucap Shani dengan sangat lembut.

"eh, ini bu, anak saya lagi rewel banget karena baru selesai kemo."

"anak ibu sakit apa?."

"anak saya sakit kanker hati."

"udah dari berapa lama buk?."

"udah sekitar satu tahun belakangan ini buk."

Shani pun terdiam melihat ibu dan anak ini. ia merasa kasihan sekali.

"anak ibuk,kemo nya lancar buk?." tanya Shani.

"yah gimana ya buk, namanya saya orang susah, ada uang ga ada uang anak saya harus tetap bisa berobat. saya rela ngutang ke mana mana demi anak saya."

hati Shani semakin teriris mengarkan cerita ibu ini.

"ibu ngapain kesini?, mau jengukin orang sakit ya?." tanya ibu itu kepada Shani. Shani pun seketika tersadar dari lamunan nya.

famillyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang