"mana hadiah nya?." tanya Reva.
Zee pun duduk kembali di kursi meja belajar itu sambil menunjukkan senyuman manisnya.
"taaraaaa....." Zee pun langsung mengeluarkan hadiah yang ia maksud tadi yang ia sembunyikan di belakang punggungnya.
hadiah itu berupa rambut palsu dan juga topi.
"lihat, aku belikan kamu rambut palsu sama topi biar kamu pede kalau keluar. kata mama, kamu tadi sempet malu untuk makan siang bareng ya?."
"iya. makasih ya Zee, setidaknya dengan ini aku merasa sedikit lebih keren."
Zee pun terkekeh mendengar ucapan adik nya ini.
"sini aku pakaikan, kamu pasti terlihat semakin keren. walaupun sekarang udah keren, tapi kalau pakai ini kerennya nambah banyak."
Zee membantu Reva untuk memasangkan rambut palsu itu.
"nah, yang terakhir tinggal topi nya doang." ia juga membantu untuk memasangkan topi itu.
"widihh... makin keren bro. makin cantik juga." ucap Zee dengan senyuman lebar nya.
"makasih kakak aku yang paling baik." ucap Reva langsung membawa Zee kedalam pelukannya.
"sama sama. tetap semangat ya. jangan tinggalin kami semua Rev. kami belum siap kehilangan kamu."
"aku pasti akan berusaha tetap bertahan kok. kamu tenang aja."
Zee melepaskan pelukannya. ia memperlihatkan senyuman hangatnya di hadapan adik nya ini.
"nanti aku mau main skate, kamu mau ikut?." ucap Zee.
"mau... mau banget. aku mau lihat kamu main."
"ya udah, nanti agak sorean aja ya. kalau malem takut nya kamu masuk angin."
Reva pun menganggukkan kepala sebagai jawaban.
-
-
-
sore ini Reva dan juga Adel sudah berada di lapangan skate tempat biasa Zee bermain. sudah sekitar 10 menit yang lalu kedua anak kembar itu menatap kakak mereka yang sedang memainkan papan beroda itu."Zizi keren banget." ucap Reva tanpa ingin memutuskan penglihatanny dari kakak nya itu.
"bener. kalau kak Zizi buka kakak aku, mungkin udah aku pacarin." ucap Adel.
seketika Reva langsung melihat ke arah Adel dan menatap kembarannya itu dengan tatapan yang sulit di artikan.
"kenapa?." tanya Adel.
"kedengeran aneh banget ucapan kamu. lagian kalau pun kamu sama Zizi kagak saudaraan, mana mau Zizi sama kamu."
"kenapa nggak mau?. aku cakep, keren, cool, buktinya aja sekarang Maca pacaran sama aku."
"pede bener. Marsha mah pcaran sama kamu karena kepaksa aja itu."
"enak aja. nggak ya."
Reva pun terkekeh melihat wajah kesal kembarannya ini.
"jangan nyengir." ucap Adel.
satu jam sudah berlalu. kedua anak kembar itu masih asik melihat ke arah kakak nya. tetapi, sepertinya Zee berjalan mendekat ke arah mereka.
"Zee." panggil Anya. Zee pun langsung menghentikan langkahnya untuk melihat ke arah temannya itu.
"itu adek lo kan?." tanya Anya. sedari tadi, ia mencoba untuk mengingat ingat gadis yang sedang duduk di pinggir lapangan. seperti tidak asing bagi nya.
"iya." ucap Zee dengan wajah datar nya.
"itu yang di sebelah nya siapa adek lo?."
"adek gue juga. mereka kembar."