"Zee... hei.. Zizi bangun dong." ucap Zean dengan wajah panik nya. ia menggoyang goyangkan tubuh Zee sehingga membuat gadis itu merasa terganggu.
"kenapa sih Ze." ucap Zee tanpa membuka matanya.
"bangun dulu. ini penting banget."
"apaan?. penting apa?."
"Reva Zee, Reva.."
seketika Zee pun membuka matanya dan langsung terduduk melihat ke arah kembarannya yang terlihat sangat panik itu.
"ke-kenapa Reva?."
"Reva drop dan baru aja di bawa kerumah sakit. buruan kamu siap siap. kita kesana sekarang."
Zean berlari keluar dari kamar Zee. begitu juga dengan gadis itu. ia beranjak dari kasurnya dan langsung bersiap.
kini kedua anak kembar itu baru saja sampai di rumah sakit.
Zee langsung keluar dari mobil dan berlari masuk kedalam rumah sakit dengan di susul oleh Zean.
"Reva ada di ruangan mana sus." tanya Zean pada resepsionis.
"nona Reva sedang di tangani di ruang UGD."
tanpa banyak bertanya lagi, Zean dan Zee langsung berlari menuju ruang UGD di mana adik mereka di tangani.
dari kejauhan, mereka melihat papa dan juga Adel sedang menunggu di depan ruangan yang tertutup itu.
"papa." ucap Zee yang sudah menangis. ia langsung memeluk tubuh papa nya dan menangis di dada bidang papa nya itu.
"gimana keadaan Reva pa?." tanya Zean.
"Reva masih di tangani di dalam. mama juga ada di dalam untuk membantu dokter."
Zean pun terduduk lemas di kursi sambil meremas rambut nya sendiri. kenapa pagi pagi seperti ini harus ada kejadian sih?.
tidak berselang lama, pintu UGD itu pun terbuka. seketika Zean, Adel, Zee dan juga Gracio mendekat.
"gimana keadaan Reva dok." ucap Gracio kepada dokter. ya, dokter yang menangani Reva tadi lah yang keluar itu.
"keadaan nona Reva sudah mulai membaik. seperti nya belakangan ini nona Reva melakukan hal yang melelahkan. mangkanya nona Reva sampai drop." ucap dokter.
Gracio pun menghembuskan nafasnya. ia sangat merasa lega.
"tapi untuk saat ini sel darah merah nya semakin menurun pak. hal ini di karenakan efek samping dari kemoterapi. seperti yang sudah saya jelaskan waktu itu, kemoterapi bisa membunuh sel. meski tujuan utamanya adalah membunuh sel kanker, bukan berarti obat obatan dalam kemoterapi tidak dapat mengenai organ lainnya. kondisi pasien kanker memang cenderung naik turun."
"tapi untuk sekarang kondisi Reva udah membaik kan dok?." ucap Gracio.
"untuk sekarang nona Reva sudah mulai membaik. nona Reva juga sudah boleh di jenguk setelah nona Reva di pindahkan ke ruang rawat inap."
"ya udah kalau gitu. saya mengerti maksud dokter."
"baik pak, kalau ada yang ingin di tanyakan mengenai kondisi nona Reva, silahkan datang ke ruangan saya."
Gracio menganggukkan kepalanya sambil menampak kan semyuman hangat. dokter itu pun pergi dari hadapan keluarga Gracio.
tidak berselang lama, terlihat brankar Reva keluar dari ruang UGD untuk menuju ke ruang rawat yang sudah di siapkan.
dengan terburu buru, Zee pun masuk kedalam ruang rawat itu.
ia melihat kondisi adik nya yang terlihat sangat lemah di atas brankar. selang infus itu lagi lagi menancap di tangan adiknya.
setelah suster sudah selesai memastikan kondisi Reva, suster itupun berpamitan untuk keluar dari ruangan.
"hei.." ucap Zee menggenggam tangan kiri Reva.
gadis itu menampakkan senyuman tipisnya. sangat terlihat jelas kalau itu adalah senyuman yang di paksakan.
"gimana rasanya tubuh kamu sekarang Rep?, apa ada yang sakit?." tanya Zean.
Reva menggelengkan kepalanya."tapi aku haus." ucap nya.
dengan sigap Adel pun mengambilkan minuman yang sudah tersedia di atas meja kecil samping brankar nya.
pemuda itu pun membantu Reva untuk memegangkan gelas.
"sayang, aku mau bicara sebentar sama kamu." ucap Shani kepada suaminya.
Gracio pun langsung menganggukkan kepalanya." mau bicara di mana?."
"di taman rumah sakit aja."
"ya udah ayo."
Shani pun melihat kearah ke empat anak anak mereka." mama papa tinggal sebentar ya. jangan ada yang kemana mana. tetap jagain Reva sampai mama papa kembali."
"iya ma."
Shani pun menarik tangan suamianya keluar dari ruang rawat itu.
Zee masih terus menggenggam tangan adiknya seolah olah ia tidak ingin kehilangan adik nya ini.
"kamu kenapa bisa drop lagi Reva?." tanya Zean. pemuda itu duduk di pinggiran brankar.
"aku nggak tau." ucap Reva.
"nggak mungkin nggak ada hal yang buat kamu bisa kaya gini. kamu lagi banyak fikiran ya?."
Reva hanya diam saja. gadis itu melihat ke arah kaca jendela kamar inap nya.
"jawab Rep. kamu lagi ada yang di fikirin?." ucap Adel.
"aku..aku capek..."
"nggak, kamu nggak boleh capek. kamu harus kuat Reva." ucap Zee yang terlihat sudah mulai emosi. ia sangat tidak sudah mendengar adiknya berbicara seperti itu. al ini dapat membuat emosinya langsung keluar.
"tapi aku capek Zee.. aku capek kemo, aku capek minum obat. aku pengen kaya dulu lagi. aku pengen kaya kalian yang bisa kemana mana."
"kalau kamu capek minum obat dan kemo, gimana kamu bisa sembuh!!." ucap Zee. mata gadis itu terlihat sudah menajam. bahkan ia juga meremas tangan adiknya cukup kuat sehingga terdengar suara ringisan kecil dari bibir Reva.
"Zee, jaga emosi kamu." ucap Zean.
"maaf.." ucap Reva. ia merasa menyesal sudah membuat kakak nya ini marah.
dengan sigap, Adel pun membawa Reva kedalam pelukannya. Reva pun menenggelampak wajahnya di perut rata Adel.
"aku capek Del... aku capek... aku sakit...semua nya terasa sakit." ucap Reva yang sudah menangis di pelukan kembarannya itu.
"lihat gue Reva!!. lihat gue!!. " ucap Zee.
saat gadis itu ingin menarik tangan Reva yang melingkar di perut kembarannya, Zean langsung membawa Zee kedalam pelukannya juga.
"tahan diri kamu Zee. pasti tadi kamu nggak minum obat penenangnya kan?." ucap Zean mengelus punggung Zee.
"kita keluar dulu ya. biarkan Reva sama Adel. kamu harus tenangin diri kamu di luar. kamu nggak mau kan lihat Reva semakin drop."
Zee menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
"ya udah, ayo ikut aku keluar. kita beli air minum dulu biar kamu merasa lebih tenang."
Zean pun langsung menyeret Zee untuk keluar dari ruangan itu tanpa meninggalkan sepatah kata pun kepada kedua adik adik nya.
"Zizi pasti kecewa sama aku karena aku sekarang terlihat lemah kan Del?." ucap Reva yang masih menangis. baju pemuda itu juga sudah di basahi oleh air mata Reva.
"kak Zizi marah karena dia nggak suka lihat kamu lemah kaya gini."
"tapi aku capek Del. aku capek... aku nggak mau lanjutin kemo ini."
"nggak boleh gitu Reva. bagaimana pun kamu harus tetap menjalani pengobatan ini sampai kamu sembuh."
"aku nggak akan mungkin bisa sembuh Del."
"dari mana kamu tau kalau kamu nggak akan bisa sembuh?. nggak ada yang nggak mungkin di dunia ini Rev."