"a-aku, aku mau pulang." ucap Reva.
"iya tapi cerita dulu sama aku kamu kenapa?."
"nanti aja aku ceritakan di rumah. pokoknya aku mau pulang sekarang."
"ya udah, kita pamit sama mama dulu ya."
Reva hanya diam saja. gadis itu masih terus menangis.
kedua anak kembar itu pun menunggu mama nya yang masih berada di dalam ruangan itu. dan tidak berselang lama, akhirnya Shani keluar juga dengan mata sembab nya.
Adel belum tau tentang kesehatan kembarannya ini. kenapa mama dan Reva menangis?. apa penyakit kembarannya ini separah itu?.
"ma, aku sama Reva pulang deluan ya. Reva udah minta pulang ini." ucap Adel.
Shani mengangguk cepat. "ia sayang. kalian hati hati di jalan ya. kamu jangan ngebut bawa motor nya."
"iya ma."
Adel mengecup kedua pipi mama nya ini.
Shani menangkup kedua pipi anak perempuannya. "Reva sampai di rumah harus langsung istirahat ya sayang. Reva harus sabar ya nak. kamu harus ikhlas nerima semua nya."
"aku mau peluk mama."
Shani pun langsung memeluk tubuh anak nya ini. Reva pun langsung menangis di pelukan Shani.
"udah ya. jangan nangis lagi." ucap Shani melepaskan pelukan itu.
ia membantu menghapus sisa air mata Reva."nanti mama janji akan pulang cepet dan peluk Reva ya nak."
Reva hanya mengangguk sebagai jawaban.
"ya udah, pulang gih. hati hati ya sayang."
"iya ma." ucap kedua anak kembar itu. Reva dan Adel pun berlalu dari hadapan Shani. wanita itu masih melihat kepergian anak anak nya hingga kedua anak itu menghilang di tengah kerumunan orang yang berjalan di lorong ruangan itu.
-
-
-
Zee baru saja sampai di rumah. gadis itu terlihat masih menahan segala emosi yang membaluti hati dan fikirannya. ia ingin sekali melampiaskan segala emosi ini tetapi ia tidak tau caranya.gadis itu keluar dari dalam mobil sport nya bersamaan dengan kedua adik kembar nya yang juga baru sampai.
Zee melihat kedua adik kembar nya itu. ia mencoba menahan segala emosinya agar tidak terlampiaskan kepada kedua adik nya ini.
namun, saat Reva membuka helm nya, ia dapat melihat mata sembab adik nya itu.
"ka- kamu kenapa?." tanya Zee. nafasnya semakin memburu di hadapan Reva.
"aku mau langsung ke kamar." ucap Reva.
"AKU TANYA KAMU KENAPA REVA!!." bentak gadis itu di hadapan adiknya.
Reva menatap mata kakak nya dengan sangat tajam."gue capek Zee, gue mau istirahat. lo bawel banget jadi orang."
"lo gue? berani banget kamu nyebut lo gue di depan aku Reva!!." Zee mendorong tubuh Reva hingga adiknya itu mundur beberapa langkah.
Adel yang baru saja selesai memarkir kan motornya, melihat kakak dan adik nya ini sedang dalam sama sama emosi.
Adel berdiri di antara kedua gadis itu."kalian kenapa sih?." ucap nya.
"dia noh yang mulai deluan ngebentak aku." ucap Reva.
"dan kamu juga udah pandai bilang lo gue di depan aku." ucap Zee yang tidak mau kalah.
"udah udah. sekarang mending ke kamar masing masing deh. urusan ini nanti kita lanjut aja kalau mama papa udah pulang." ucap Adel.
Reva pun langsung pergi meninggalkan kedua saudaranya yang masih berdiri menatap kepergiannya.
"Reva kenapa?." tanya Zee kepada Adel.
"aku nggak tau kak. tadi waktu dia udah selesai di periksa, dia dan mama sama sama memiliki mata yang sembab. aku juga udah tanya Reva, tapi dia nggak mau cerita sampai sekarang."
Zee menghembuskan nafasnya kasar. gadis itu pun pergi begitu saja dari hadapan Adel tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
kini seluruh anggota keluarga Harlan sedang berkumpul di ruang keluarga lantai dua. mereka baru saja menyelesaikan acara makan malam bersama yang biasa mereka lakukan setiap hari.
tidak ada yang berani mengeluarkan suara semenjak mereka berkumpul di meja makan tadi.
kenapa?, karena mereka melihat Zee sedang dalam keadaan emosi. mereka tidak ingin membuat suasana hati Zee semakin memburuk.
Adel sudah menceritakan masalah kedua saudaranya tadi sore kepada mama dan papa nya. tentunya Shani semakin di buat pusing oleh dua anak gadis nya ini.
begitu juga Shani, ia juga sudah menceritakan tentang Reva kepada suaminya pada saat mereka masih di kamar tadi sebelum mereka melakukan acara makan malam. tentunya Gracio langsung menangis di hadapan Shani setelah mendengar tentang keadaan anaknya itu.
Shani menghembuskan nafasnya kasar. ia tidak bisa semakin lama dalam suasana seperti ini.
"oke, sekarang mama akan ceritakan tentang Reva. tapi sebelum itu, mama mau denger dulu cerita Zee yang pulang sekolah langsung emosi gitu." ucap Shani dengan nada tegasnya.
"aku di sekolah berantem sama kakak kelas yang udah bullying Chika. bahkan mereka juga ngata ngatain dan nyiram Chika sama air bau ma." ucap Zee.
"terus?." tanya Zean.
"ya orang nya aku tonjok sampai dia nggak sadarkan diri. untung aja Chika melerai aku. kalau enggak mungkin udah mati tu orang. emosi aku belum juga reda waktu sampai di rumah. di tambah aku lihat Reva kaya orang yang habis nangis. aku tanya dia malah bilang lo gue sama aku. ya aku tambah emosi dong ma. aku sempet dorong dan bentak Reva tadi sore. maafin aku ma. aku nggak bisa mengatur emosi aku." kini kepala Zee sudah tertunduk. gadis itu begitu takut menatap mata mama nya.
Shani pun mendekat dan duduk di sebelah Zee. ia memeluk tubuh anak nya itu.
"kamu nggak bawa obat nya ya?." tanya Shani.
Zee hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
"besok kamu harus bawa obat nya untuk jaga jaga ya. mama nggak mau Zee kaya gini lagi di sekolah. apalagi sampai mencelakai anak orang. Zee juga harus bisa mengatur emosinya ya nak."
"maaf ma... "
"iya, mama maafin kok sayang."
Zee melepaskan pelukannya. air matanya sudah mengalir saat mama nya memeluknya tadi.
"minta maaf sama papa juga dong." ucap Shani.
Zee pun juga memeluk tubuh tegap papa nya yang duduk di samping nya itu.
"maafin aku pa. aku janji nggak akan ngulangi hal ini lagi. aku udah berusaha nahan emosinya kok pa, tapi emosinya aja yang nggak mau di tahan." ucap Zee.
Gracio sedikit terkekeh mendengar ucapan anak nya."iya, papa udah maafin Zee kok. tapi besok janji ya jangan gitu lagi."
"iya janji."
Gracio mengecup pucuk kepala Zee. gadis itu melepaskan pelukannya. Gracio membantu untuk menghapus sisa air mata Zee yang sudah tidak mengalir lagi.
"udah, jangan nangis ah. jelek banget kamu kalau nangis. mana anak cantik papa yang cool itu. kok jadi cengeng." ucap Gracio.
Zee hanya menanpakkan senyuman tipisnya saja.