"sstt... udah ya. Zee nggak boleh bicara kaya gitu. mama ggak suka denger Zee bicara kaya gitu ya." Shani membawa anak nya itu kedalam pelukannya. ia juga mengelus punggung Zee agar anak nya itu merasa sedikit lebih tenang.
"tapi, kenapa semua orang menyalahkan aku ma."
"mereka nyalahin Zee karena setiap Zee berantem, pasti mereka yang kalah. jadi guru guru di sekolah Zee mengira kalau ini salah nya Zee."
Zee masih menangis di pelukan mama nya.
Shani pun menghapus air mata anak nya yang masih mengalir itu.
"Zee nggak mau punya gangguan mental ma. Zee nggak mau di salahin terus." ucap Zee.
"mama tau nak. mama ngerti sama perasaan Zee. Zee sabar ya." ucap Shani.
Gracio melihat pemandangan di dahapannya ini menjadi tidak tega dengan anak nya. ia merasa menyesal karena sudah membentak anak nya tadi.
ia pun mendekat dan ikut memeluk anak istrinya.
"maafin papa ya nak. papa udah ngebentak kamu tadi. habis nya papa kesel lihat Zee berantem mulu di sekolah. papa nyesel udah marah sama Zee." ucap Gracio.
Zee hanya mengangguk sebagai jawaban.
"kamu maafin papa ya sayang." ucap Shani yang lagi lagi di angguki oleh Zee.
"udah, sekarang jangan nangis lagi. nggak papa kalau Zizi nggak bisa nahan emosinya. mama ngerti kok kalau seandainya mama ada di posisi kamu. pokoknya kedepannya jangan sampai terulang lagi hal yang sama ya. mama nggak mau anak mama kenapa napa."
"maafin aku ma, pa."
"iya, mama papa udah maafin kamu kok. jangan nangis lagi ah. nggak keren kalau nangis nangis." ucap Shani.
Zee pun menghapus air mata nya dengan di bantu oleh Shani.
"sekarang ke kamar gih. udah malem, waktu nya istirahat." ucap Shani. Zee pun menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. gadis itu pergi begitu saja dari hadapan mama papa nya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
Shani menghembuskan nafasnya kasar. ia menatap tajam ke arah suami nya yang sedari tadi hanya diam saja.
"kamu tu jangan kaya gitu mas sama anak. Zee kaya gitu juga bukan karena salah dia sepenuhnya."
"iya, maafin aku sayang. aku tadi kelepasan sampai ngebentak Zizi."
"au ah. aku males sama kamu." Shani pun pergi dari hadapan suami nya dengan bibir yang manyunkan.
"sayang... tunggu aku Shan." ucap Gracio berlari mengejar istrinya yang sudah menuruni anak tangga.
Zee masuk kedalam kamar nya dengan di ikuti oleh Zean.
"peluk dulu sini." ucap Zean merentangkan tangannya.
Zee pun langsung memeluk tubuh berotot kembarannya itu dengan sangat erat dan menenggelamkan wajahnya di dada bidang Zean.
Zean mengelus pungguk Zee untuk memberikan sedikit ketenangan. ia juga mengecup pucuk kepala Zee sedikit lebih lama lalu meletakkan dagu nya di atas pucuk kepala Zee.
"jangan nangis lagi. masa orang gila nangis sih." ucap Zean.
"gila gila gini aku juga kembaran kamu. kamu mau emang punya kembaran orang gila?." ucap Zee.