36

640 67 2
                                    

"jadi, Reva kenapa ma?." tanya Zean.

"Reva terkena penyakit kanker darah atau yang biasa di sebut sebagai leukemia dan ini udah stadium tiga. tiga hari lagi Reva juga akan melakukan kemoterapi pertamanya."

"APA." ucap Adel, Zean dan juga Zee.

"le-leukemia." ucap Zee.

Shani menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. mereka semua pun langsung mendekat ke arah gadis itu dan sama sama memeluk Reva.

"kenapa nggak cerita dari lama sih kalau kamu sakit." ucap Zean.

"aku udah cerita kok. tapi sama Zizi." ucap Reva.

"ya aku kirain kamu itu cuma kecapean doan." ucap Zee.

"kamu harus bisa sembuh. aku nggak mau kehilangan kembaran aku Reva. kita semua akan berjanji untuk selalu semangati kamu ya. kamu punya kami di sini." ucap Adel.

Reva merasa sangat terharu mendengar ucapan dari saudara saudara nya ini. "makasih guys. aku juga janji akan terus bertahan demi kalian semua. demi mama papa juga."

-
-
-
pagi ini Reva terlihat sangat pucat. gadis itu juga merasakan tubuhnya sangat lemah untuk berangkat ke sekolah.

"kamu sakit sayang?." tanya Shani saat mereka sedang berada di meja makan.

"kepala aku sakit banget ma."

"ya udah, nggak usah sekolah dulu. kamu istirahat aja nak." ucap Gracio.

namun tanpa di duga, darah itu mengalir lagi dari hidung gadis tomboy itu.

"hidung kamu berdarah Rev." ucap Zean. pemuda itu langsung mengambilkan beberapa lembar tisu lalu membantu adiknya ini untung mengelapkan darah itu.

"udah udah, kamu mulai hari ini nggak usah sekolah dulu ya. istirahat aja." ucap Gracio.

Adel pun membantu Reva untuk membawa kembarannya itu ke kamar.

pemuda itu membaringkan tubuh lemah kembarannya di atas kasur. tidak berselang lama, Shani dan Gracio pun masuk kedalam kamar.

"nih, minum dulu nak." ucap Shani.

Reva pun nurut dengan perintah mama nya itu. ia meneguk habis air putih itu lalu memberikan kembali gelas kosong nya kepada Shani.

"kamu sekolah gih Del. ntar telat loh. itu kak Zee sama kak Zean baru aja berangkat." ucap Gracio kepada anak laki laki nya itu.

"tapi pa..."

"udah... nggak papa. Reva biar mama nya jaga ya. kamu sekolah dulu, ntar pulang sekolah baru jagain adik kamu lagi."

Adel pun menghembuskan nafasnya kasar."ya udah deh. aku sekolah dulu ya Reva. kamu harus kuat ya. tungguin aku pulang sekolah."

"iya, kamu hati hati."

Adel menganggukkan kepalanya. ia mengecup pipi kembarannya itu lalu berpamitan dengan papa dan mama nya.

"mama.." ucap Reva memeluk Shani yang duduk di pinggiran kasur itu.

"kenapa sayang?. apa yang sakit nak?." ucap Shani mengelus kepala Reva yang berada dalam pelukannya.

"kepala aku pusing banget."

Gracio pun ikut duduk di pinggiran kasur. ia mengelus punggung anak nya itu.

"kamu sabar ya, dua hari lagi Reva kemo dan udah di pastikan nanti sakit nya akan hilang deh." ucap Gracio.

" aku udah pasti sehat lagi kan ma, pa?". tanya Reva.

"kok kamu nanya nya kaya gitu sih sayang?. ya Reva pasti sehat kaya dulu lagi lah nak. besok Reva udah bisa main basket lagi sama kak Zean dan Adel." ucap Gracio.

"tapi kalau aku nggak sehat giman pa?."

"eehh...kamu nggak boleh putus asa gitu dong nak. kamu pasti sehat. percaya deh sama papa. kamu nggak akan sendirian. ada mama papa yang akan dukung kamu biar kamu semangat untuk berobat nya." ucap Gracio.

"aku takut kalau aku nggak bisa bertahan lebih lama ma, pa."

"Reva nggak boleh bicara kaya gitu. mama papa akan berusaha sebisa mingkin untuk perjuangin kesembuhan kamu sayang. Reva juga harus semangat dong. kamu nggak mau kan buat mama dan kakak Zizi sedih kalau kamu sakit kaya gini?." ucap Gracio.

Reva menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

"nah, mangkanya kamu harus semangat juga berobatnya biar kita bisa liburan bareng kaya dulu lagi."

"iya pa. aku janji akan bertahan untuk kalian."

"nah, gitu dong. itu baru namanya anak mama papa." Gracio pun mengacak pucuk kepala Reva sambil menampakkan senyuman bangganya.

mobil sport putih itu baru saja berhenti di parkiran sekolah elit. gadis dengan wajah datar itu keluar dari mobilnya dan menyandang tasnya di sebelah pundak.

ia berjalan menuju kelas nya sambil mendengarkan musik yang mengalun dari aerphone bluetooth nya. gadis itu seolah olah tidak pernah perduli dengan lingkungan sekitarannya.

"Zee.." panggil seseorang dari arah belakang. tetapi Zee tidak mendengarkan suara itu karena suara musiknya yang terlalu kuat.

gadis yang memanggilnya tadi berlari lalu memukul pundak kanan nya. seketika Zee kaget dan langsung melihat kearah temannya itu. ternyata itu Chika. gadis itu menampakkan gummy smile nya di hadapan Zee.

"kirain gue lo nggak mau temenan sama gue lagi. ternyata lagi dengerin musik." ucap Chika.

Zee melepakan aerphone nya lalu mematikan musiknya.

"mana mungkin gue mau nggak temenan sama lo lagi. cuma lo satu satunya manusia yang mau temenan sama gue disini." ucap Zee.

senyuman Chika tidak pernah pudar dari wajah cantiknya.

"kenapa tu muka di tekuk?. lagi ada masalah sama saudara saudara lo?." tanya Chika.

Zee menggelengkan kepala dengan lemah."enggak."

"terus kenapa dong?."

"gue lagi sedih karena adik gue sakit."

"adik lo yang mana?. Adel? Reva?."

"Reva."

"sakit apaan?. bisa sakit juga tu anak. gue kirain cewek ngeselin, tengil dan petakilan kaya dia kagak bisa sakit."

"bisa lah tolol. adik gue kan juga manusia biasa."

"ya jadi dia sakit apa?."

"kanker darah dan udah stadium 3."

seketika Chika langsung melihat ke arah sahabatnya itu."SUMPAH??!"

"iya. dua hari lagi Reva kemo pertamanya."

"wahh... kasihan banget tu anak. ntar malem deh gue sama oma jengukin adek lo. mumpung gue lagi libur kerja hari ini."

"makasih ya Chik udah nyempetin waktu buat jengukin adik gue. ngerepotin deh."

"nggak papa Zee."

tidak terasa kini kedua gadis itu sudah sampai di kelas mereka. kelas itu terlihat sudah sangat ramai karena 5 menit lagi bel tanda masuk akan berdering.

Zee dan Chika langsung menuju ke meja mereka. kedua gadis itu pun melanjutkan cerita mereka tadi hingga bel masuk terdengar.

famillyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang