Part 39

791 94 5
                                    

"Tuan muda kecil, anda dari mana saja? kenapa
anda baru kembali? apakah anda baik-baik saja?"
tanya Bondan melemparkan tiga pertanyaan sekaligus
ke Galvin begitu melihat tuan muda kecil nya sudah kembali
ke mansion.

Galvin menghentikan langkahnya di tangga
menuju kamar. ia membalikkan badannya dengan
jaket yang ia tenteng di tangan kanan. "Bon?" panggil
nya.

"Ya, tuan muda kecil?" sahut Bondan cepat.

Galvin nampak berpikir sebelum menggeleng
kecil seraya tersenyum simpul. "gak jadi deh. lain
kali aja gue ngomong nya" balas Galvin melanjutkan
langkahnya, meninggalkan kerutan heran di kening mulus
Bondan.

Di dalam kamar, Galvin nampak mendudukkan
dirinya di kursi belajar. ia mengambil kalender dan
juga spidol berwarna merah. bocah itu membalikkan
beberapa halaman dan membulatkan salah satu tanggal
dengan spidol merah.

Tanggal yang dibulatkan oleh Galvin
merupakan tanggal dimana dia akan meninggalkan
Indonesia untuk memulai belajar nya di luar negeri. tapi
mengingat kondisinya yang seperti ini, Galvin jadi bingung
sendiri. dia bingung apakah dia akan benar-benar pergi atau
tidak di tanggal itu.

Meskipun begitu, pergi atau tidaknya nanti,
Galvin sudah memiliki rencana apa saja yang
harus dia lakukan selama tiga bulan dia di mansion.
dan salah satunya adalah membuat si sulung menikah
dengan Almira. bukankah Galvin sudah pernah berkata
kalau dia ingin sekali melihat keduanya menikah sebelum
dia pergi dari sini? jadi, Galvin ingin hal itu terwujud.

Galvin mengeluarkan buku catatan
dan mulai menulis sesuatu di sana. dia
menulis apa saja yang akan dia lakukan dan
keinginan apa saja yang ingin ia dapatkan sebelum
hari itu tiba. semoga saja keinginan yang dia inginkan
itu bisa terwujud sebelum dia meninggal, kecuali keinginan
nya yang ingin jadi seorang dokter.

Mengingat penyakit nya ini, harapan
untuk menjadi seorang dokter perlahan
mulai sirna. bocah itu sudah tidak terlalu
mengharapkan hal itu karena dia sadar akan
kondisi kesehatannya.

Selesai dengan kegiatan menulisnya, Galvin
mulai mengeluarkan obat miliknya yang baru saja
diresepkan oleh Ben. ia menyimpan obat itu di dalam
laci meja belajar. Galvin menghela napas berat mengingat
semua ucapan Ben padanya di rumah sakit tadi.

"Hahaha ayo kejal Gala!!"

Kepala Galvin berpaling. ia berjalan menuju
balkon kamarnya dan menatap Sargara, keempat
abang serta ayahnya sedang bermain lari-larian bersama
di halaman belakang mansion.

Dari balkon kamarnya, dapat dilihat
kalau mereka terlihat sangat bahagia. wajah
ceria yang ditunjukkan oleh mereka membuat
Galvin ikut tersenyum. dia senang kalau keluarganya
bisa bahagia meskipun dia tidak ada di sana dan itu semua
karena kehadiran Sargara.

Melihat itu Galvin jadi lega. kalau dia
sudah benar-benar pergi dari sini, setidaknya
masih ada seseorang yang bisa membuat keempat abang
dan ayahnya itu tersenyum dan bahagia.

Kedua sudut bibir Galvin tertarik ke
atas, membentuk senyuman lebar seraya
terkekeh kecil melihat ayahnya selalu gagal
menangkap Sargara saking gesitnya anak itu
berlari. persis seperti dirinya.

"Tuan muda kecil?" panggil Bondan, memasuki
kamar tuan muda kecil nya. Galvin tidak menoleh,
dia hanya melirik saat Bondan sudah ada disampingnya.

"Apa yang sedang anda lakukan tuan
muda kecil? kenapa anda sendirian di sini
dan tidak bergabung bersama dengan mereka?"
tanya Bondan penasaran, menatap seluruh anggota
Alvarendra yang sedang bersenang-senang.

"Enggak ah, gue lagi males ke bawah. lagian
ngeliat mereka semua seneng dari atas sini aja udah
lebih dari cukup buat gue" balas Galvin yang diangguki
oleh Bondan.

Galvin Malvelino ✓ S3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang