Part 27

1.2K 111 3
                                    

Pagi ini Galvin sudah berada di bandara.
sesekali ia melirik ke arah jam tangan yang
bertengger tepat dipergelangan tangan kirinya.
ia tersenyum tipis begitu melihat kehadiran si sulung.

"Kau masih di sini Ino? bukankah abang
sudah menyuruh mu untuk kembali ke mansion?"
tanya Kyler terkejut melihat adik bungsunya masih
setia duduk di salah satu kursi yang ada di bandara.

"Galvin gak bakal balik sebelum
pesawat abang lepas landas. masih ada
tiga puluh menit lagi kan?" ucap Galvin ingin
menemani si sulung, menunggu pesawat nya lepas
landas.

Pagi ini Kyler harus pergi
ke Amerika untuk mengurus masalah
perusahaannya yang ada di sana. kepergiannya
memang terbilang cukup mendadak. tidak heran saat
mengetahui hal itu Sargara sempat menangis dan merengek
minta ikut.

Awalnya Sargara memaksa untuk
ikut bersama Kyler. tapi karena keluarga
Alvarendra terus berupaya membujuk nya,
akhirnya dia pun mulai tenang dan tidak rewel
lagi. dia mengizinkan sang ayah untuk pergi dengan
syarat ayahnya itu harus kembali dalam kondisi selamat
dan tanpa ragu Kyler mengangguk.

Selain itu Kyler juga berjanji akan
kembali sesegera mungkin. dan sekarang
dia sudah tiba di bandara, ditemani si bungsu.
untuk ayah dan adiknya yang lain, mereka akan
tetap berada di mansion untuk menemani Sargara
yang masih sedikit menangis tadi.

"Ya, masih ada tiga puluh menit
lagi sebelum pesawat nya lepas landas.
tapi kau tidak perlu khawatir Ino, kau bisa
kembali sekarang" ujar Kyler yang mendapatkan
gelengan ribut dari Galvin.

"Apaan si, ko ngusir? orang Galvin gak
mau pergi juga" ucap Galvin menatap garang
si sulung.

"Huh, baiklah. terserah kau saja" Kyler
pun duduk dengan tenang di kursi samping
Galvin.

"Saat abang pergi nanti, jangan lupa
jaga dirimu baik-baik. dan abang juga titip
Sargara" ucap Kyler menatap manik mata indah
milik Galvin.

"Udah, abang gak perlu khawatir tentang
hal itu. pokonya si bocil bakal aman sama Galvin.
Galvin bakal selalu jagain Sargara" balas Galvin santai.

"Abang mempercayai mu. abang
percaya kalau kau bisa menjaga keponakan
mu dengan baik. abang mengandalkan dirimu,
Ino" Kyler tersenyum, mengelus rambut Galvin.

"Apa ini? apakah kau menangis?" tanya
Kyler begitu melihat si bungsu mengeluarkan
air mata dari sudut mata kirinya. mendengar itu,
dengan cepat Galvin menghapusnya. ia menggeleng
ribut.

"Mana ada woi! Galvin gak nangis ya
bang! abang jangan nyebar fitnah deh" bantah
Galvin cepat.

"Ah, benarkah?" goda Kyler mencondongkan
tubuhnya ke arah Galvin. dia terus menatap Galvin
sampai bocah itu dibuat salah tingkah. dengan santai
Galvin menampar pelan pipi si sulung.

"Apaan si bang, ngeliatin nya kaya
gitu banget. udah ah sono, jauh-jauh dari
Galvin" Galvin mendorong pelan dada bidang
si sulung agar pemuda itu sedikit menjauh dari
dirinya.

Melihat si bungsu yang salah tingkah,
malah membuat Kyler terkekeh kecil. dia
mengacak-acak rambut Galvin gemas. "anak
nakal. apakah sekarang kau mulai merasa malu
menangis dihadapan abang mu ini ha?"

"Ck. bang, lo bisa diem gak? orang
Galvin udah bilang gak mau nangis juga. batu
banget dibilangin nya" kesal Galvin karena Kyler
terus saja menggoda nya.

"Kau berbohong. kau pikir abang tidak
bisa membaca isi pikiran mu saat ini? kalau
kau ingin menangis, menangis saja dipelukan
abang. tidak perlu malu. ayolah, masih ada waktu
untuk bisa memeluk abang tampan mu ini, Ino" goda
Kyler lagi.

Galvin Malvelino ✓ S3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang