Part 33

856 98 7
                                    

"Daddy" Galvin memasuki ruang kerja
Adelard. dilihatnya pria paruh baya itu sedang
memejamkan matanya dalam posisi duduk di bangku
kebesarannya.

"Daddy, liat nih... Galvin bawa makanan
buat daddy" begitu melihat sang ayah sedang
tidur, bocah itu mulai memelankan suaranya bak
sedang berbisik. kedua sudut bibir Galvin tertarik ke
atas, membentuk senyuman sempurna kala melihat wajah
damai Adelard.

Galvin melangkah dengan penuh
kehati-hatian agar suara langkah nya
tidak terdengar dan mengganggu tidur Adelard.
dia tidak ingin istirahat ayahnya terganggu karena
ulah dirinya, karena dia tau kalau saat ini Adelard sedang
kelelahan dan butuh waktu istirahat yang banyak.

Sambil melangkah, kedua mata
Galvin liar menelisik ke meja kantor
Adelard. banyak sekali berkas-berkas yang
berserakan membuat bocah itu berniat untuk
merapihkan nya. Galvin meletakkan makanan yang
ia bawa dari mansion ke meja dekat sofa di ruangan itu,
lalu dia mulai merapihkan berkas-berkas milik sang ayah.

Tidak hanya merapihkan dan menyusun
rapih, sesekali Galvin juga membaca sekilas
berkas-berkas itu dengan raut penasaran. ada
rasa keingintahuan tentang apa saja yang dilakukan
oleh ayahnya yang menjadi CEO di Alvarendra Grup.

Dulu, Galvin sempat tertarik dengan
dunia bisnis yang dijalankan oleh Adelard.
tapi anehnya ketertarikannya itu mulai pudar,
seiring berjalannya waktu. ditambah saat dia sudah
memutuskan untuk menjadi seorang dokter, dan saat
itulah rasa minat untuk terjun di dunia bisnis hilang begitu
saja.

Selesai merapihkan semuanya, Galvin
pun mulai menutup laptop Adelard yang
masih terbuka. "daddy pasti capek banget hari
ini, duh jadi kasian" batin Galvin, menatap Adelard.

Karena tak ingin membangunkan
sang ayah, Galvin memutuskan untuk
membuat secarik kertas dan meletakkan
nya di dekat makanan yang sudah dia bawa.
semoga saja saat Adelard bangun nanti, dia bisa
membaca surat yang ia tulis dan memakan makanan
nya.

Setelah membuat secarik kertas
dan meletakkan itu di dekat makanannya,
Galvin pun pergi. namun sebelum dia keluar,
Galvin sempat berpamitan dengan suara pelan
nya. "daddy, Galvin pulang dulu ya. sampai ketemu
di mansion. Galvin sayang daddy" ucap nya pelan, keluar
dari ruangan sang ayah.

"Tuan muda kecil, apakah anda
sudah selesai bertemu dengan tuan besar?"
tanya Bondan memastikan karena menurut nya
Galvin terlalu cepat keluar dari ruangan tuan besar
nya.

"Udah"

"Secepat ini?"

"Iya, soalnya daddy lagi tidur. jadi
gue cuma naro makanannya aja deh, abis
itu selesai. oiya Bondan, abis ini lo balik duluan
aja ke mansion. soalnya gue mau ke cafe dulu sebentar"
ucap Galvin seraya berjalan ke arah lift.

"Kalau begitu saya akan ikut dengan anda"

"Kemana? ke cafe?" Bondan mengangguk.

Galvin mendengus samar. "Bon, lo
gak bosen apa ngintilin gue terus?" tanya Galvin
heran tapi bodyguard pribadi bocah itu malah menggeleng.

"Saya tidak akan pernah bosan
untuk selalu berada di sisi anda, tuan
muda kecil. karena itu sudah menjadi tanggung
jawab saya untuk selalu menjaga dan melindungi anda"

"Tapi kan gak setiap hari dan gak setiap
saat juga lo harus ada di sisi gue terus Bonbon!
kalo gue masuk ke jurang, emang nya lo mau ikut?"
celetuk Galvin begitu keduanya sudah masuk ke dalam
lift dan kebetulan di dalam lift itu cuma ada mereka berdua
saja.

"Kalau dengan masuk ke dalam
jurang saya bisa menyelamatkan anda, maka
saya akan melakukan hal itu, tuan muda kecil."

Galvin melongo mendengar balasan
cepat dari Bondan. lalu dia pun berpikiran
hal lain yang bisa membuat Bondan pasti akan
berpikir dua kali untuk menjawab pertanyaannya.

Galvin Malvelino ✓ S3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang