EXTRA PART || Final ✓

1K 115 21
                                    

"Ino" panggil Adelard, mengejutkan Galvin.

"Daddy?" gumam Galvin tidak percaya.
perlahan ia pun membalikkan tubuhnya lagi
ke arah mereka dan benar saja, saat berbalik dia
malah dikejutkan oleh kehadiran seluruh keluarganya
tanpa terkecuali.

"Kalian?"

"Berhenti bersembunyi lagi dan kembali
lah bersama dengan kami, Galvin Malvelino
Alvarendra" ucap sekaligus ajak Adelard menatap
sang anak yang masih setia berdiri di tempatnya berpijak.

Seluruh keluarganya menatap dia
berkaca-kaca. tatapan rindu mereka tak
pernah lepas dari wajah Galvin. sedangkan
Galvin masih tidak percaya dengan ini semua.
ia merasa kalau ini tidaklah nyata. ini pasti mimpi
kan? seluruh keluarganya tidak benar-benar ada di
hadapan nya kan?

Di saat Galvin berpikir ini semua
hanyalah halusinasi, perlakuan Sargara
terhadapnya seolah sedang menepis semua
pikiran dari remaja itu membuat Galvin mematung
dan mencerna semua apa yang sedang terjadi.

"Om Malv!!" Sargara berlarian, memeluk
Galvin, menumpahkan rasa kerinduan nya
yang amat mendalam. ia sungguh tersiksa saat
tidak ada Om kesayangannya itu di mansion. tidak
ada tempatnya untuk mengadu dan bergurau.

Galvin menundukkan kepalanya, melihat
Sargara masih setia memeluknya dengan erat
dan anak itu menangis sejadi-jadinya di sana. "Om
Malv, ayo pulang! Gara udah kangen banget sama Om
Malv. pokoknya Om Malv gak boleh ninggalin Gara sama
yang lainnya lagi!" ucap Sargara seseggukkan.

"Eh? ini bukan mimpi kan?" gumam Galvin,
dapat di dengar semua orang. remaja itu kembali
mendongak, menatap satu persatu dari mereka dan
tatapan nya berhenti di Ben seolah meminta penjelasan
kenapa semuanya ini bisa terjadi.

"Ini bukan mimpi, Galvin. seluruh
keluarga mu memang ada di sini" ucap Ben
memberitahu.

"Maaf Galvin, aku harus menceritakan
semuanya pada keluarga mu tentang bagaimana
semua ini bisa terjadi. sekali lagi aku minta maaf karena
aku telah melanggar janji mu" tambah Ben.

Saat di rumah sakit tadi, Ben telah
menceritakan semuanya pada Adelard
tanpa terkecuali. ia menceritakan tentang
kenapa Galvin bisa tak jadi korban kecelakaan
pesawat itu dan alasan mengapa remaja itu enggan
bertemu dengan keluarga nya selama ini. Ben sudah
memberitahu kan semuanya.

Mendengar cerita dari Ben, tentu saja
membuat Adelard tidak percaya dan terkejut
bukan main. pasalnya Ben mengatakan kalau alasan
dibalik semuanya ini karena Galvin tidak ingin keluarga
nya tau kalau dia sedang mengidap penyakit kanker.

Menangis? tentu saja. air matanya
tumpah begitu saja saat mengetahui
kebenaran itu. lagipula, hati orang tua
mana yang tidak sedih saat mengetahui kalau
ada anaknya yang sedang sakit? apalagi itu bukan
sakit biasa, yang mudah untuk disembuhkan.

Begitu mengetahui kebenaran itu,
Adelard sempat menyalahkan dirinya
sendiri karena dia gagal mengetahui fakta
itu. tapi Ben terus mengatakan kalau ini bukan
kesalahannya. apa yang dialami oleh Galvin memang
sudah takdir.

Setelah itu Adelard mulai menghubungi
keluarganya yang lain. dia mengatakan kalau
Galvin memang masih hidup lalu dia juga mengajak
mereka untuk berkumpul di rumah Ben karena Ben yang
menyuruh.

Setibanya di rumah Ben, Ben berkata
kalau Galvin masih ada di luar. dan dia juga
mengatakan kalau biasanya Galvin akan kembali
sore. sembari menunggu kepulangan remaja itu, seluruh
Alvarendra nampak sangat tak sabaran.

Ada perasaan tak sabar, senang, haru
dan juga gugup. semuanya bercampur aduk
menjadi satu. tidak ada yang bisa mendeskripsikan
perasaan mereka sekarang ini sampai Galvin pun tiba
dan pada saat itu pula hati mereka mulai berdesir hangat,
mendengar suara Galvin begitu jelas.

Galvin Malvelino ✓ S3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang