Part 10

1.9K 135 7
                                    

Sekitar pukul sepuluh pagi, Galvin baru
diperbolehkan pulang ke mansion. dan saat
ini bocah itu sudah berada di dalam perjalanan
bersama dengan daddy nya di dalam mobil. selama
diperjalanan kedua mata Galvin sibuk memperhatikan
sekitar.

Galvin membulatkan matanya. "Bon, berhenti
bon!" ucap Galvin menepuk-nepuk pundak Bondan
membuat Bondan dan Adelard terkejut.

"Mengapa kita harus berhenti tuan muda kecil?"

"Udah Bon, jangan banyak nanya. berhenti
gak lo di sini" balas Galvin tak sabaran ingin cepat-cepat
turun dari mobil saat dia melihat sesuatu yang membuat
nya teringat akan sosok Sargara.

Bondan melirik ke arah tuan besarnya
lewat center mirror untuk meminta persetujuan
dari pria paruh baya itu. Adelard menghela nafas
berat sebelum memberikan anggukan kecil pada Bondan.

"Ayoo Bonbon, berhenti!"

"Baik, tuan muda kecil" Bondan menghentikan
mobil nya di bahu jalan. lalu Galvin mulai menatap
sang ayah.

"Dad, Galvin boleh minta duit gak? gak
banyak ko, cuma dua puluh ribu aja" pinta
Galvin tersenyum manis, berharap sang ayah
mau memberikan nya uang.

"Dua puluh ribu?" ulang Adelard memastikan
permintaan si bungsu, karena dia terkejut dengan
uang yang diminta sang anak jumlahnya hanya sedikit.
apakah Galvin lupa kalau ayahnya ini adalah orang kaya?

Galvin mengangguk membuat Adelard
semakin heran dan tak habis pikir. "Boy, apakah
kau serius? dua puluh ribu? oh ayolah, bahkan daddy
bisa memberikan lebih banyak dari itu" ujar Adelard sambil
mengeluarkan dompetnya.

Melihat itu Galvin langsung menggeleng
ribut dan menahan tangan Adelard yang hendak
mengeluarkan uang cash ratusan ribu rupiah dan
beberapa kartu atm miliknya. "Daddy mau ngapain
ngeluarin itu semua?! orang Galvin cuma butuh dua
puluh ribu doang ko" protes Galvin.

"Dad, Galvin tau kalo daddy itu orang
kaya, tapi buat sekarang Galvin lagi gak butuh
kartu sama uang-uang daddy yang warnanya merah
itu. yang lagi dibutuhin Galvin sekarang ini cuma uang
dua puluh ribu. udah, itu doang." sambung Galvin sambil
mendengus samar.

"Tapi dua puluh ribu itu jumlahnya sangat
sedikit boy. apa yang bisa kau dapatkan hanya
dengan uang segitu hm?" tanya Adelard penasaran.

"Es krim. Galvin bisa beli banyak es
krim dengan duit segitu. bukan cuma es
krim, Galvin juga bisa beli seblak sama batagor"
balas Galvin enteng.

"Boy, tapi--"

"Sttt daddy jangan kebanyakan tapi-tapian
deh. kalo menurut daddy dua puluh ribu itu
sedikit, yaudah kasih ke Galvin sekarang. Galvin
mau beli es krim" sela Galvin cepat karena sudah
malas berdebat lagi dengan sang ayah.

Adelard menghela nafas. "Ini, ambilah."

"Ko seratus ribu? banyak amat ngasih nya"

"Boy, daddy hanya memiliki lembaran
ratusan ribu. sudahlah, ambil saja dan untuk
sisa nya kau bisa simpan" ujar Adelard yang pada
akhirnya diangguki oleh Galvin.

"Oke deh, makasih ya daddy, Galvin mau
beli es krim dulu" Galvin keluar dari mobil dan
menghampiri pedagang es krim yang jaraknya tidak
terlalu jauh dari dirinya berpijak.

Melihat itu Adelard hanya bisa tersenyum
tipis sambil memperhatikan setiap gerak-gerik
si bungsu dari dalam mobil. beberapa menit kemudian
Adelard mengerutkan keningnya, melihat Galvin sedang
memberikan sesuatu pada dua orang anak kecil.

"Apa yang sedang dilakukan oleh putra
bungsu ku itu?" heran Adelard sekaligus penasaran.
mendengar itu, Bondan ikut memperhatikan Galvin.

"Tuan besar, sepertinya tuan muda kecil
Galvin sedang memberikan uang kepada anak-anak
itu" ucap Bondan tersenyum menatap Galvin.

Galvin Malvelino ✓ S3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang