Galvin menutup pintu kamar, mengemasi
semua pakaiannya ke dalam koper. sembari
memasukkan pakaiannya, air mata bocah itu
tak kunjung juga berhenti setelah dia pergi dari
kamar abang ketiganya.Tok tok tok
Suara ketukan pintu terdengar dari
luar, mengejutkan Galvin. dengan cepat bocah
itu menghapus air matanya dan merubah raut wajah
nya menjadi penuh ceria seolah dia baik-baik saja meski
hatinya sedang terluka dan sedih."Nak, bolehkah daddy masuk ke dalam
kamar mu?" tanya Adelard meminta izin dari
si pemilik kamar."Boleh dad, masuk aja. pintunya gak Galvin
kunci ko" sahut Galvin dari dalam membuat kedua
sudut bibir Adelard tertarik ke atas.Pria paruh baya itu mulai
membuka pintu kamar Galvin.
dia masuk, menatap ke arah putra
bungsunya yang sibuk mengemasi semua
pakaiannya. melihat itu sebenarnya membuat
Adelard merasa sangat sedih. jujur, dia masih belum
bisa mengikhlaskan kepergian Galvin besok. rasanya dia
ingin sekali bocah itu masih berada di sisi nya.Adelard duduk di tepi kasur, memperhatikan
gerak-gerik sang anak. "kenapa waktu cepat sekali
berlalu?" gumam Adelard."Ino, tidak bisakah kau menunda
kepergian mu untuk besok? entah kenapa
daddy masih ingin kau ada di sini untuk sementara
waktu. daddy masih belum siap melihat kamar ini kosong
untuk waktu yang lama" ujar Adelard terdengar sendu."Daddy, jangan ngomong kaya gitu
dong. Galvin sedih tau denger nya" ucap
Galvin menatap sang ayah. setelah mengemasi
semua pakaiannya, dia mulai mendekati Adelard."Daddy, ayo kita makan" ajak Galvin,
tersenyum seraya menggenggam tangan sang ayah."Kau tidak mengganti pakaian mu dulu?"
Galvin menggeleng kecil dan Adelard hanya bisa
pasrah. keduanya berjalan kompak ke meja makan,
dimana seluruh keluarganya sudah ada di sana kecuali
Ken."Dimana Ken?" tanya Adelard.
"Dia ada di kamarnya dad. tapi abang Ken
tidak akan turun untuk makan malam. katanya
dia sudah terlalu lelah sehingga memilih tidur saja
di dalam kamarnya" jawab Kai memberitahu.Adelard mengangguk paham.
sedangkan Galvin tau kalau itu hanya
alasan Ken saja untuk bisa menghindari nya.
padahal dia ingin sekali makan bersama-sama dengan
seluruh keluarganya mumpung Almira sudah menjadi
bagian dari Alvarendra."Ino, ada apa? kenapa kau menghela
napas seperti itu?" tanya Kyler begitu mendengar
helaan napas berat dari si bungsu, mengalihkan seluruh
atensi semuanya."Hm? eh, enggak ko bang. Galvin gapapa"
"Kamu yakin?" tanya Almira.
"Iya kak" selesai makan malam semuanya
mulai masuk ke dalam kamar mereka masing-masing
untuk beristirahat, karena besok mereka harus bangun
lebih awal untuk melakukan sarapan setelah itu mengantar
Galvin ke bandara.Di saat yang lain sudah masuk ke
dalam kamar nya masing-masing, maka
lain halnya yang tengah dilakukan oleh Almira
saat ini. sebelum masuk ke dalam kamar Kyler, dia
lebih dulu menyempatkan dirinya untuk mengantar
Sargara ke dalam kamar untuk membantu anak itu tidur
dengan membacakan cerita dongeng.Setelah menidurkan Sargara, Almira
berjalan keluar. tepat ketika dia menutup
pintu kamar nya, Galvin datang. Galvin berdiri
tak jauh dari tempat Almira berdiri."Kak Mira" panggil nya.
Almira menoleh ke belakang, terkejut
melihat bocah itu masih belum tidur. "eh Galvin?
kamu belum tidur?" kaget nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Galvin Malvelino ✓ S3
Teen FictionMasih seputar tentang kehidupan bocil kematian Alvarendra, yang kini sudah naik pangkat menjadi seorang Om dari keponakan kecilnya yang bernama Sargara Zean Alvarendra. Sargara Zean Alvarendra sendiri adalah anak angkat dari kakak sulung Galvin Malv...