Part 18

1.2K 100 13
                                    

Kepergian Bondan, benar-benar
membuat Galvin merasa sangat terpukul
dan kehilangan. sejak bocah itu tau kalau ternyata
bodyguard pribadi nya itu meninggal, Galvin seringkali
menangis, melamun dan menyalahkan dirinya sendiri atas
apa yang sudah menimpa Bondan.

Tatapan kosong, seringkali dia tunjukkan
kala sendirian mulai menyelimuti dirinya. dan
itu menjadi alasan mengapa seluruh keluarga Alvarendra
tidak akan membiarkan Galvin sendiri. setidaknya satu atau
dua orang harus menemani si bungsu.

Adelard menghela nafas panjang,
memandangi Galvin. "Ino, mau sampai
kapan kau akan seperti ini? Ino, dengarkan
daddy. ini semua bukan kesalahan mu, jadi daddy
mohon jangan terlalu menyalahkan dirimu sendiri atas
kejadian yang telah menimpa Bondan" tegur Adelard.

Galvin membelakangi tubuh sang
ayah, seolah memberikan tanda kalau
dia sedang tidak ingin di ajak bicara atau
diganggu. mengerti hal itu, Adelard kembali
menghela nafas.

Tak berselang lama, si sulung datang
dengan wajah datar. "Daddy, hari ini Ino
sudah diperbolehkan kembali ke mansion" ucap
Kyler, membuat Galvin melirik ke samping.

"Mansion?" gumam Galvin.

.

.

.

Beberapa mobil mewah, baru saja
tiba di halaman utama mansion Alvarendra.
dan dari salah satu mobil mewah itu, terdapat
Adelard, si sulung dan si bungsu.

Adelard dan Kyler mengapit tubuh
si bungsu, berjaga-jaga kalau sampai bocah itu
kehilangan keseimbangan tubuhnya lagi, mereka
bisa dengan cepat menolong Galvin.

Perlahan langkah mereka mulai
memasuki mansion. saat masuk, Galvin
terus memandangi isi mansion yang super
mewah dan megah itu. "Apa yang sedang kau
pikirkan, Ino? ayo kita pergi ke kamar mu" ujar
Kyler, memandangi wajah si bungsu.

"Hm" sahut Galvin.

"Om Malv!" seru Sargara dari tangga. dia
menatap tak percaya ke arah Om Malv nya,
sebelum dia berlarian ke bocah itu. sedangkan
yang dipanggil malah menoleh ke belakang, seakan-akan
sedang mencari keberadaan Om Malv dari anak itu.

Melihat kehadiran Sargara, membuat
kedua sudut bibir Kyler dan Adelard tertarik ke
atas. mereka berdua membiarkan anak itu untuk
memeluk Galvin, membuat bocah itu sedikit terkejut
namun sedetik kemudian dia langsung menetralkan raut
wajahnya. ia menyamakan tinggi nya dengan Sargara, saat
Sargara mulai melepaskan pelukannya.

"Om Malv! Om Malv, Gala seneng
banget bisa liat Om Malv lagi!" pekik Sargara
senang, melepaskan pelukannya. ia menatap Galvin
yang sedang menyamakan tinggi nya.

Galvin menatap Sargara dari atas
sampai bawah, sebelum mengangguk dengan
senyuman tipis. "Ayah, kakek! ayah sama kakek
ko gak kasih tau Gala, kalo Om Malv mau balik ke
sini?" protes anak kecil itu, menggembungkan pipinya
lucu.

"Grandpa sengaja tidak memberi tahukan
dirimu karena Grandpa dan ayah mu ini ingin
membuat sebuah kejutan untuk dirimu dan paman
mu yang lain" balas Adelard, mengacak-acak rambut
cucu kesayangannya.

"Tapi kakek, Om kembal lagi gak ada
di mansion" ucap Sargara. "mereka tidak ada
di mansion?! lalu, dimana mereka?"

"Gala gak tau kakek. tapi kata meleka,
meleka cuma pelgi sebental doang ko" jawab
Sargara.

"Ah yasudah kalau begitu, Grandpa
mengerti. sekarang, biarkan Grandpa dan
ayah mu ini, mengantarkan Om Malv mu dulu
ke dalam kamar karena dia masih memerlukan banyak
istirahat, oke?" Sargara mengangguk.

Galvin Malvelino ✓ S3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang