Part 50

1K 97 41
                                    

Sebelum baca part ini, silahkan
siapkan tisu yaa karena banyak mengandung
tawa dan penuh kebahagiaan 🥰❤️

•••

Saat ini di salah satu bandara dipenuhi
banyak wartawan serta keluarga yang baru
saja mendapatkan kabar buruk mengenai salah
satu keluarga mereka yang menjadi korban kecelakaan
pesawat.

Kabarnya, karena kecelakaan itu banyak
yang tidak selamat. bahkan tidak ada satupun.
dari penumpang, pramugari maupun pilot, semuanya
telah dikabarkan tewas dalam kecelakaan tersebut.

Bahkan ada beberapa jenazah yang
tidak bisa diidentifikasi lagi, selain mengenali
para jenazah itu dari dompet mereka. butuh waktu
beberapa jam untuk mengevakuasi seluruh korban dari
pesawat tersebut.

Mereka yang jadi korban kecelakaan
pesawat, jenazahnya langsung di bawa ke
rumah sakit. tak heran kalau beberapa tempat
rumah sakit di Jakarta saat ini telah banyak dipadati
oleh para keluarga korban. dan salah satunya ada keluarga
Alvarendra.

Butuh waktu beberapa jam
untuk mereka mendapatkan sebuah
kabar mengenai Galvin, saking banyaknya
korban kecelakaan pesawat hari ini. begitu Adelard
mendapatkan informasi mengenai si bungsu, pria paruh
baya itu langsung pergi ke kamar jenazah ditemani Bondan
Kyler dan Liam.

"Apa-apaan ini?! dimana putra bungsu saya?!"
tanya Adelard menatap tajam seseorang yang saat
ini sedang berdiri tidak jauh dari dirinya.

"Tuan, ini adalah putra bungsu anda.
meskipun jenazahnya tidak bisa diidentifikasi
lagi, namun saya berhasil menemukan dompet ini
dari saku celana yang dipakai sang korban. kalau anda
tidak percaya, anda bisa mengecek nya sendiri" orang itu
memberikan dompet milik Galvin.

Begitu dompet nya di buka, terpampang
lah KTP milik Galvin. meski sudah melihat
bukti itu, tapi rasanya hati dan pikiran Adelard
menolak kenyataan ini. dia masih mencoba menyangkal
kalau jenazah yang ada di dekatnya saat ini bukanlah putra
bungsunya, Galvin.

"Ini tidak mungkin. dia bukan putra bungsu
saya! putra bungsu saya masih hidup! putra bungsu
saya belum mati! Ino ku belum mati!!" murka Adelard,
lalu dia mulai menghubungi ponsel Galvin.

"Lihat ini, putra bungsu saya masih
hidup! saya akan segera menelepon nya" begitu
Adelard mendial nomor Galvin, ponsel bocah itu
sama sekali tidak aktif membuat Adelard meneteskan
air matanya.

"Ino, angkatlah. daddy mohon, nak" lirih Adelard.

"Kyler, coba hubungi adik bungsu mu
sekarang. siapa tau kalau kau yang menelpon
nya Galvin akan mengangkat itu. ayo Kyler, cepat
hubungi Galvin! cepat!" perintah Adelard sembari
mengguncang kedua bahu si sulung yang sejak tadi
hanya diam memandangi jenazah sang adik.

Kyler sama sekali tidak menggubris
ucapan sang ayah. pemuda itu terus menatap
kosong dengan pikirannya yang kacau. dia sedang
bertanya-tanya apakah ini mimpi atau bukan? kalau
ini benar-benar mimpi, bisakah seseorang membangunkan
dia dari mimpi sialan ini?

"Tuan muda.. " lirih Bondan masih tidak
percaya dengan kenyataan ini. padahal beberapa
jam yang lalu dia masih berbicara dengan tuan muda
nya itu. tapi kenapa sekarang Galvin sudah tidak bisa bicara
lagi dengannya? kenapa?

"Tuan muda, apakah ini yang anda maksud
sebagai pelukan terakhir? apakah malam kemarin
benar-benar menjadi pelukan terakhir kita?" gumam
Bondan mengingat ucapan Galvin yang semalam.

"Tuan muda, maaf kalau saya lancang. tapi
bolehkah saya memeluk anda?" izin Bondan.

Galvin memutar bola matanya jengah
sebelum berdecih. "cih, lo kalo mau peluk
gue, peluk aja kali. ngapain make izin segala?
sini, peluk gue sepuas lo biar lo puas dapet pelukan
terakhir dari gue"

Galvin Malvelino ✓ S3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang