Part 47

689 99 10
                                    

"Abang Ken?"

Galvin mencoba berdiri, dibantu Ben.
sedangkan Ken? pemuda itu langsung berlari
ke arah si bungsu dan memeluknya dengan erat
seraya terisak.

"Abang, abang kenapa nangis? abang udah
denger--" Galvin menggantungkan ucapannya
saat Ken sedikit menyentak bocah itu.

"Diam kau anak nakal! kenapa kau
melakukan semua ini Ino? kenapa kau
menyembunyikan penyakit mu dari abang
dan yang lainnya, Ino? bukankah sebelumnya
kita sudah berjanji untuk saling terbuka satu sama
lain sehingga tidak ada yang perlu ditutup-tutupi lagi?!"
sentak Ken berlinang air mata.

Hari ini Ken benar-benar masih
tidak percaya dengan ini semua. bahkan
dia berpikir kalau semuanya ini adalah mimpi
buruk semata. tapi, kalau seandainya dia tadi tidak
mengikuti Galvin dan Ben, kemungkinan besar dia tak
akan mengetahui fakta ini. fakta dimana kalau ternyata si
bungsu Alvarendra mengalami penyakit kanker untuk yang
kedua kalinya.

Padahal Ken pikir hari ini akan
menjadi hari yang paling bahagia
karena pernikahan si sulung. tapi nyata
nya tidak seperti itu. dia malah mendengar
kabar yang sangat mengejutkan ini.

Galvin, bisa-bisanya bocah itu
malah menyembunyikan rasa sakit
nya dari semua orang. Ken sadar kalau
Galvin memberi tahukan mereka tentang hal
ini mereka juga tidak akan membantu menyembuhkan
rasa sakit nya. tapi kan setidaknya mereka bisa mendukung
dan memberikan semangat padanya.

"Sejak kapan kanker mu menjadi
kambuh seperti ini Ino? sejak kapan?!
jawab pertanyaan abang sekarang dan abang
mohon jawab pertanyaan ini dengan jujur!" tanya
Ken melepaskan pelukannya pada Galvin.

"Sebelum hasil tes ujian Galvin keluar"

"Apa?! Ino.. kau.. " Ken benar-benar tidak
bisa berkata-kata apapun lagi selain menangis
dihadapan sang adik bungsu. dia terus terisak hingga
perlahan Galvin mulai menarik tubuh abang ketiganya
untuk dipeluk.

Galvin mengusap punggung tegap
Ken seraya tersenyum hangat. "gapapa bang,
Galvin baik-baik aja. abang gak perlu khawatir"
ucapnya mencoba menenangkan Ken.

"Apanya yang baik-baik saja Ino?
tidak ada yang baik di sini. Ino, abang
tidak menyukai mu. abang tidak suka dengan
sikapmu! kau tega merahasiakan kebenaran ini dari
abang!"

"Iya abang, Galvin minta maaf" Ken
memeluk erat tubuh Galvin. sedangkan
Galvin hanya diam, membiarkan Ken menangis
di pelukannya tanpa peduli kalau air mata abang
ketiganya itu akan membasahi pakaiannya.

Selang beberapa menit tangisan
Ken mulai mereda. dia melepaskan
pelukannya, menatap Galvin dengan kedua
mata sembab nya. "Ino, ayo kita pergi dari sini.
kita harus pergi untuk memberitahukan kabar ini
pada seluruh keluarga kita" ajak Ken menghapus air
matanya setelah itu dia menarik pergelangan tangan sang
adik bungsu.

Begitu tangannya di tarik, Galvin
pun menggeleng ribut serta menepis
tangan Ken. "jangan abang! jangan kasih
tau ke yang lain soal ini. abang, Galvin gak
mau merusak suasana. inget bang, hari ini itu
hari pernikahannya bang Kyler. apa abang tega
ngeliat keluarga kita sedih cuma karena masalah ini?"

"Cuma karena masalah ini
kau bilang? Ino, apakah kau pikir
masalah mu ini sepele? tidak! semua
keluarga kita harus mengetahui kebenaran
ini. dengar Ino, sekarang kau fokus saja pada
pengobatan mu dan batalkan kepergian mu ke
Amerika besok. abang tidak ingin kau pergi ke sana
dalam kondisi mu yang seperti ini. apakah kau mengerti?!"
ucap Ken menggenggam kedua bahu adiknya.

Air mata menetes membasahi pipi
kiri. bocah itu menggeleng, membalas
ucapan abang ketiganya. "enggak abang. Galvin
mohon jangan kasih tau mereka" lirih Galvin.

Galvin Malvelino ✓ S3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang