Part 16

1.3K 119 10
                                    

Beberapa hari kemudian sudah berlalu
begitu lambat bagi seorang Galvin Malvelino
Alvarendra. kenapa? karena dia merasa setiap
detik, menit, jam dan hari yang dia lalui itu begitu
terasa berat dan sangat menyesakkan sehingga dia merasa
kalau waktu berjalan begitu lambat dari biasanya.

Sejak kejadian waktu itu, pikiran
Galvin selalu terbayang-bayang oleh
ucapan pria yang tidak di kenalnya. bukan
hanya itu, tapi dia juga sempat mendapatkan
teror, ancaman dan dia juga merasa kalau setiap
dia keluar dari mansion, pasti ada salah satu orang
yang selalu mengikutinya tanpa dia ketahui siapa orang
itu. yang jelas dia bukanlah Bondan.

Hari-hari berat dan begitu menyesakkan
akhirnya bisa dilalui Galvin sampai pada detik
ini tanpa ada salah satu keluarga nya yang mengetahui
kalau selama ini hidupnya itu selalu tidak tenang.

Bagaimana mereka bisa tau, kalau
bocah itu saja sudah jarang melakukan
komunikasi ataupun interaksi pada semua
keluarga nya, kecuali Sargara.

Ya, beberapa hari belakangan ini
Galvin memang jarang melakukan interaksi
pada keluarga nya karena suatu alasan dan mungkin
kalian semua tau apa alasan dibalik Galvin bersikap seperti
itu pada seluruh keluarganya.

Dia seringkali mengurung dirinya sendiri
di dalam kamar. dan sekali nya dia keluar, dia
akan keluar pagi-pagi sekali dan akan kembali saat
makan malam telah tiba.

Kalau kalian bertanya apakah keluarga
nya itu tidak curiga atau bertanya apapun
tentang perubahan sikap Galvin, maka jawabannya
sudah. mereka sudah menaruh curiga pada Galvin dan
dalam kesempatan, bahkan si sulung sering menanyakan
perubahan sikap bocah itu meskipun Galvin terus saja tidak
mau mengakui perubahan sikapnya.

Saat ini Galvin benar-benar seperti
sedang membangun tembok besar sebagai
pembatas antara dirinya dan juga keluarga nya
yang lain. ia akan terus membangun pembatas itu
sampai dia mampu menemukan jawaban atas dari
pertanyaan yang selalu terlintas di benak nya.

Dan sekarang, atau lebih tepatnya di
balkon kamar si bungsu Alvarendra, terlihat
bocah itu sedang menatap salah satu bintang yang
paling bercahaya diantara bintang-bintang yang lain
nya. dia terus menatap bintang itu sambil membayangkan
wajah Siena.

"Mommy" lirih Galvin.

"Mommy, Ino kangen sama mommy.
Ino kangen di peluk sama mommy. Ino
juga kangen ngobrol sama mommy. mom,
mommy gak ada niatan buat dateng ke mimpi
nya Ino, gitu? padahal Ino lagi kepengen banget
ketemu sama mommy meskipun itu cuma lewat mimpi"

"Karena cuma lewat mimpi aja Ino bisa
ketemu sama mommy. tapi akhir-akhir ini
mommy malah gak dateng ke mimpi nya Ino.
mom, mommy kenapa? kenapa mommy gak dateng
ke mimpi nya Ino? mommy udah gak sayang lagi ya sama
Ino? mommy udah lupain Ino ya? hiks"

"Mom, Ino capek. Ino capek selalu di teror
sama orang-orang yang gak Ino kenal. mom,
mereka terus teror Ino buat jadiin Ino pelampiasan
kesalahannya daddy sama abang. Ino udah coba buat
cari kebenaran nya, tapi sampai sekarang kebenaran itu
masih belum juga Ino temuin, yang ngebuat Ino bingung
harus bersikap kaya gimana ke daddy sama abang yang lain.

Mom, Ino harus apa? Ino harus apa, mom?!
Ino bingung hiks. Ino gak bisa terus ngejauh dari
mereka, tapi di sisi lain Ino juga masih belum tau apa
alasan dibalik Alvarendra nyakitin orang itu." lirih Galvin
dengan suara yang bergetar.

Air mata yang sedari tadi dibendung
kini keluar hanya dalam hitungan detik,
saking tidak kuatnya menahan rasa sesak
di dada. sial, sekarang dia bingung dengan
dirinya sendiri. dia tidak tau harus berbuat
apa pada keluarganya yang membuat Galvin
sangat frustasi.

Galvin Malvelino ✓ S3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang