EXTRA PART || 3

751 116 22
                                    

"Kai, kenapa kau sangat sulit untuk
diberitahu? bagaimana kalau kak Kyler sampai
melihat mu masih berkeliaran di jam segini? kalau
kau sampai tertangkap basah, tidak akan ada yang bisa
menolong mu, mengerti?!" kesal Ken pada sang kembaran
yang sulit sekali menurut.

Kedua mata sang kembaran Ken
berkaca-kaca mengejutkan pemuda itu. "apa?
kenapa? kenapa kau ingin menangis? apakah ada
ucapan ku yang menyakiti mu?" tanya Ken panik melihat
sang kembaran yang ingin menangis.

Bukannya menjawab, Kai malah
menarik sang kembaran ke pelukan. dia
mendekap erat, mengejutkan Ken. "jangan
menangis. aku minta maaf. aku tidak bermaksud
memarahi mu. aku hanya tidak ingin kau dalam masalah"
ucap Ken mengelus punggung Kai teratur.

"Ada apa ini? kenapa Kainal menangis?"
tanya si sulung menatap terkejut adiknya ada
yang menangis. Ken menggeleng ke arah Kyler,
memberikan tanda kalau dia bukan pelaku nya.

"Bukan Ken! bukan Ken yang membuat
Kai menangis, kak!" panik Ken takut terkena tuduh.

"Lalu? Kainal, katakan siapa yang
membuat mu menangis seperti ini? apakah
kau bermimpi buruk? atau ada yang sakit di tubuh
mu?" tanya Kyler perhatian, mengusap rambut Kainal.

Kai melepaskan pelukannya dan
menggeleng, membantah semua ucapan
si sulung. "tidak kak, Kai menangis bukan karena
itu" jawab Kai seseggukkan.

"Kak, tadi Kai mendengar suara Ino"

"Apa?! dimana? Kainal, kau sedang tidak
halusinasi kan?" cerca si sulung, menyentuh
kedua bahu adiknya.

Kai menggeleng. "tidak kak, Kai sedang
tidak berhalusinasi. Kai benar-benar mendengar
suara Ino dengan jelas di arena balapan!" tanpa tak
sengaja Kai malah keceplosan menyebutkan arena balap
pada si sulung.

"Arena balap kata mu?" sial, Kai sudah
tidak bisa menangis lagi. tangis nya berubah
menjadi takut tatkala melihat tatapan mematikan
dari Kyler usai mendengar kalimat terakhir dari pemuda
itu.

"Tolong selamatkan aku. aku telah salah
bicara" cicit Kai mendekati Ken, meminta perlindungan
dari sang kembaran.

Ken menelan salivanya, mencoba memikirkan
cara agar sang kembaran tidak kena amuk. tapi
belum sempat bicara, suara si sulung sudah kembali
terdengar. "arena balap mana yang kau maksud? cepat
bawa abang ke sana"

•••

"Di sini kak! ini tempat dimana Kai
mendengar suara Ino!" ucap Kai begitu mereka
telah tiba di tempat tujuan. kedua mata elang Kyler
menelisik setiap penjuru di tengah-tengah keramaian
yang ada.

"Berpencar" perintah si sulung, melangkah
pergi mencari si bungsu. si kembar saling menatap
sebelum keduanya juga ikut menelusuri tempat itu.

Beberapa menit berlalu, namun ketiga
orang itu tak kunjung menemukan si bungsu
membuat Kyler kembali melontarkan pertanyaan
pada Kai. "apakah kau yakin mendengar suara Ino di
sini?"

Kai mengangguk cepat. "iya kak! kak, Kai sangat
yakin kalau itu benar-benar suara Ino! Ino masih
hidup kak!" balasnya mencoba meyakinkan sang kakak.

"Tapi kita tidak menemukan keberadaan
ataupun tanda-tanda kehadiran Ino di sini" celetuk Ken.

Seketika Kai terdiam, menggaruk-garuk
tengkuk nya yang tak gatal sama sekali. "eumm
mungkin Ino sudah pergi dari sini sebelum kita sampai"

Kyler mendengus samar. "kembali. tidak
ada gunanya kita datang kemari" Kyler melangkah
menjauhi tempat itu menuju mobil.

Kai menatap punggung si sulung yang
kian menjauh. lalu tangannya bergerak cepat
menahan pergelangan saudara kembarnya yang
juga ingin pergi menyusuli Kyler. "bang, Kai tidak bohong
dan Kai sedang tidak berhalusinasi. percayalah kalau tadi
Kai mendengar suara Ino di sini" ucapnya serius, berharap
kalau sang kembaran mempercayai perkataan nya.

Galvin Malvelino ✓ S3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang