Part 03

2.1K 149 14
                                    

Pagi-pagi sekali, sebelum Galvin terbangun dari
tidurnya, Sargara sudah lebih dulu terbangun. anak
itu melirik ke wajah damai Galvin.

"Baiklah, kau bisa merawatnya di mansion ini, boy.
tetapi berjanjilah saat dia sudah sembuh nanti, kau harus mengeluarkan dia dari mansion ini"

Seketika ucapan samar-samar dari Adelard
kembali teringat di benak anak itu, membuat
Sargara harus pergi dari mansion ini sekarang juga,
mengingat kondisinya saat ini sudah jauh dari kata baik.
meskipun dia masih anak-anak berusia lima tahun, tapi
Sargara tau tentang siapa dirinya di sini. dia ini hanyalah
seorang anak jalanan yang di bawa oleh Galvin karena rasa
iba bocah itu. dan itu mengapa Sargara harus tau diri tentang posisinya di sini.

Tidak ingin dirinya menjadi beban di keluarga
ini dan terus menerus menyusahkan keluarga Alvarendra,
Sargara akan memilih pergi dari sini sekarang juga.

Sargara perlahan bangkit dari tempat tidur
Galvin, berjalan ke luar kamar bocah itu dan
menuruni tangga sampai tidak sengaja dia malah
berpapasan dengan Bondan. "Anda ingin kemana?"
tanya Bondan, menyamakan tinggi nya dengan anak
itu.

"Pelgi, Om"

"Pergi? pergi kemana? apakah tuan muda
kecil Galvin sudah tau kalau anda ingin pergi?"

Sargara menggeleng kecil. "Kak Malv lagi
tidul, Om. makanya Gala gak belani bangunin
kak Malv. Om, Gala pelgi dulu ya" setelah nya anak
itu berlari kecil ke luar mansion. Bondan mengerjap,
lalu dia menatap pintu kamar Galvin dari lantai bawah.

"Apakah aku harus membangunkan tuan
muda kecil dan memberi tahukan masalah ini ke
tuan muda kecil?" gumam Bondan.

•••

Sargara sekarang ini sudah berada di
jalanan luas yang ada di ibu kota. kini kehidupan
nya kembali luntang-lantung di jalanan tanpa arah.
dan untuk memenuhi kebutuhan makan nya, anak itu
harus kembali mengumpulkan barang-barang rongsokan.

Tangan kecilnya mulai meraih sebuah
botol yang ada di dalam tempat sampah.
tapi matanya malah berbinar begitu melihat
ada sisa makanan di dalam sana, membuat nya
jadi ingin memakan makanan itu, mengingat dia
belum makan apapun sejak dia terbangun dari tidur
nya.

Sargara tersenyum, meraih makanan itu.
meskipun bagi kalian makanan itu sangat tidak
layak untuk di konsumsi, tapi bagi Sargara makanan
itu adalah sebuah anugerah yang tidak boleh disia-siakan.
walaupun jorok dan kotor, Sargara akan tetap memakannya
dengan lahap. karena kalau tidak, maka dia akan kelaparan.

Sargara mengambil makanan itu
dan duduk di dekat tong sampah. "Yeay,
akhilnya Gala bisa makan!" ucap Sargara senang,
mengingat perutnya ini sudah sangat kelaparan dan
butuh asupan, untuk membuat nya bertenaga dalam
mencari botol-botol nanti.

Di sisi lain, kini Galvin baru terbangun
dari tidurnya. bocah itu mengucek kedua
matanya, seraya melirik ke arah samping untuk
melihat Sargara. tapi bukannya menemukan anak
kecil itu, yang dia dapatkan hanyalah sebuah bantal
guling membuat Galvin melotot kaget.

"Woi anjir, bocil gue kemana weh?!" panik Galvin.

Galvin segera turun dari kasur nya dan
memeriksa kolong tempat tidur nya untuk
mencari Sargara. siapa tau saja kan Sargara
sedang bersembunyi di sana?

"Bocil, lo dimana?" tanya Galvin, memeriksa
kolong tempat tidur nya. "anjritt si bocil gak ada
di kolong lagi" gumam Galvin.

Galvin menoleh ke kamar mandi, segera
memeriksa keberadaan Sargara di sana. "Cil,
lo di dalem kan-- bangsat, di sini juga gak ada lagi!"

Galvin Malvelino ✓ S3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang