07

3.8K 462 178
                                    

Di malam hari yang sunyi, Gracia baru saja mengeloni Zee, anak itu belum sembuh juga membuat hati Gracia bersedih. Kini kedua kaki wanita berusia 33 tahun itu turun dari ranjang anaknya, perasaan gusar tiba-tiba muncul begitu saja di dirinya, ia ingin menenangkan terlebih dahulu dan memilih untuk pergi ke balkon.

Kini kedua tangan Gracia menumpu pada tembok pembatas, matanya menatap langit malam yang indah dan bintang yang terang.

"Sean... kamu liat kan? Anak aku udah besar, entah kenapa tiba-tiba hati aku gelisah banget, aku ga rela dia tumbuh besar Sean... karena aku takut, semakin dia besar akan semakin cepat dia nanti ninggalin aku, kalo dia udah dewasa nanti pasti punya kehidupannya sendiri."

"Aku terlalu sayang sama dia, aku ini ibu yang egois." lirih Gracia, tanpa Gracia sadari semua ucapannya tadi itu di dengar oleh sang mami yang kini ada di belakangnya.

Bukan maksud Shanju untuk menganggu, ia hanya khawatir Gracia masuk angin karena angin malam ini benar-benar dingin dan kencang. Tentulah Shanju tidak mau Gracia ikut ikutan sakit, Zee sakit saja ia sudah sedih apalagi jika dua duanya sakit.

"Gre..." panggil Shanju, pelan dan tenang.

Gracia menoleh ke belakang, ia terkejut. Buru-buru tangannya menyeka air matanya yang tadi sudah menetes. "Eh, mami kok disini? Istirahat sana gih udah malem loh ini." Gracia memegang kedua tangan Shanju berniat untuk mengajaknya masuk ke dalam namun Shanju malah diam, wanita paruh baya itu malah menariknya untuk duduk di kursi yang tersedia disana.

Shanju menatap sang putri yang terlihat begitu banyak kesedihan di matanya. "Kamu kenapa sih, Gre? Kok sedih mulu hm?" tanya Shanju lembut berharap anaknya itu bisa terbuka lagi perihal masalah yang saat ini tengah di rasakan.

Gracia menghela nafasnya sejenak, lalu atensinya ia fokuskan pada sang mami. "Aku lagi ngerasa egois lagi mami, aku gamau anak aku dewasa." tuturnya datar, lempeng begitu saja.

"Gre, setiap anak itu pasti tumbuh dan berkembang, jangan pernah menahan tumbuh kembangnya, itu ngga baik."

"Waktu begitu cepat berlalu ya mami, rasanya baru aja dulu aku belajar gimana caranya menyusui, gimana caranya mandiin dia yang bener, ngajarin dia jalan, ngomong, dan masih banyak lagi. Semua itu udah aku lewati."

"Iya dong nak... namanya waktu ya pasti berjalan, dia tidak akan pernah bisa berhenti."

"Aku pengen Zeevara selalu jadi anak kecil, anak kecil yang selalu nempel sama mamanya."

"Ngga bisa lah Gre, namanya anak anak semakin lama ya semakin besar. Kalo kamu mau anak kecil ya kamu cari pendamping aja sana, nikah dan punya anak lagi."

Terdengar kekehan hambar dari mulut Gracia, kepalanya menggeleng malas. "Aku ga tertarik, lagian Zee ngga izinin aku mami."

"Ngga Gre, dia cuma masih labil aja sekarang, karena ya mau bagaimana pun dia ga boleh egois. Suatu saat hal yang kamu takutkan pasti akan terjadi, dia akan tumbuh semakin besar dan pasti punya kehidupannya sendiri, kalo dia sudah menikah dan pergi sama suaminya kamu mau sama siapa? Hidup itu butuh teman Gre, teman hidup."

"Hidup aku selama ini cuma sibuk sama Zeevara dan kerjaan aku doang, aku bener-bener ngga tertarik buat nikah mami. Hati aku udah di penuhin sama Zee aja, sampai sampai apapun yang di minta sama Zee aku selalu nurut, salah satu nya itu, aku ngga di izinin nikah jadi yaudah toh akunya juga emang ngga mau."

"Intinya setelah hadirnya dia di hidup aku, aku jadi sadar bahwa aku bisa cinta sama orang yang bener-bener tinggi setinggi-tingginya." lanjut Gracia.

"Ya sudah. Itu hidup kamu, kamu yang ngejalanin kamu juga yang ngerasain. Adanya mami disini cuma bisa dukung kamu aja, yang penting kamu bahagia Gre."

Beloved S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang