31

4.6K 591 272
                                    


Sore hari, setelah selesai bersih-bersih dengan waktu yang singkat Gracia melangkah cepat kembali ke ruang inap Zee. Saat ia membuka pintu, pemandangan di depannya langsung menghentikan langkahnya. Di dalam ruangan, terlihat Feni dan beberapa suster berdiri dengan raut wajah muram, menundukan kepala ketika Gracia masuk.

"Lho? Ada kalian ternyata, tadi saya cuma titip Zee sama suster Lia aja." ucap Gracia.

"Apa yang terjadi? Kenapa kalian diem aja?" tanya Gracia dengan suara yang mulai bergetar, perasaannya tiba-tiba gusar.

Namun, tak ada yang menjawab. Hati Gracia semakin didera kecemasan, ia langsung berjalan cepat ke sisi tempat tidur Zee, dan melihat wajah anaknya yang tak lagi bernapas.

"Nggak mungkin..." gumamnya, langsung mengecek dengan stetoskopnya untuk mendengar detak jantung Zee.

Jawaban yang ia temukan membuat tubuhnya gemetar, tidak ada detak, tidak ada napas.

"Sayang? Hei? Zeevara?"

"Zee! Zee, bangun, Nak!" Gracia berteriak histeris, mengguncang tubuh Zeevara yang tak lagi merespon.

Tangisnya pecah, membanjiri setiap kata yang keluar dari mulutnya. "Z-zee, kamu gak mungkin ninggalin mama kan?"

"Kamu baik-baik aja lho hei... Mama cuma tinggalin kamu 15 menit aja lho, nak."

"Tranfusi darahnya juga tadi lancar, tapi kenapa ini terjadi hiks..."

Di tengah kekalutannya, Feni yang ada di ruangan itu mencoba menenangkan Gracia.

"Gre, transfusi darah dan perawatan yang kita lakuin udah yang terbaik, tapi kondisi Zee memang belum memungkinkan untuk pulih sepenuhnya."

Gracia menatap Feni dengan pandangan tak percaya. "Kamu kenapa ngomong gitu? Harusnya kamu bilang dia bakal sembuh! Harusnya kamu juga bilang dia bakal bisa bertahan!" Tangisnya semakin menjadi, tubuhnya lemas, namun ia tetap tak rela melepaskan pegangan di tangan anaknya.

Pandangan Gracia beralih pada Zee lagi, ia terus terisak.

"Mama nggak rela... Mama nggak rela kamu pergi Zee. Ini bukan waktunya, kamu nggak boleh pergi! Zee, tolong, bangunlah..." Gracia berbisik di antara tangisnya, mengguncang tubuh Zee dengan harapan keajaiban.

Hanya satu keinginan yang ia miliki sekarang, satu doa yang tak kunjung terkabul, untuk melihat Zee kembali membuka matanya, memanggilnya, dan tersenyum seperti dulu.

Gracia sangat tak mampu menghentikan tangisnya, tubuhnya bergetar hebat saat ia menatap wajah Zee yang kini terpejam selamanya. Ia menarik napas dalam, berusaha bicara di antara isakan yang tertahan.

"Zee, sayang... kamu tau kan mama selalu ada buat kamu. Semua yang mama lakuin… semua pengorbanan mama… itu karena mama cuma mau kamu hidup, pengen kamu bisa bahagia terus," suaranya pecah, setiap kata tersendat oleh tangis yang semakin dalam.

Rasa lelah yang selama ini ia hiraukan, kini tiba-tiba terasa menindih hatinya.

"Mama udah berusaha sekuat tenaga, Zee. Setiap hari… setiap malam… mama nggak pernah capek buat kamu. Tapi kenapa, sayang? Kenapa kamu pergi sekarang?"

"Setelah semua perjuangan yang kita lewati, kenapa kamu ninggalin mama?" Gracia menggigit bibirnya, air mata terus mengalir tanpa henti. Kehilangan yang menyayat hati itu terasa begitu sulit diterima.

Ia menunduk, membiarkan kepalanya bersandar di bahu putrinya yang tak lagi hangat.

"Mama sayang banget sama kamu, Zee… lebih dari apapun… bahkan lebih dari diri Mama sendiri. Kamu nggak pernah tau betapa Mama rela lakuin apa pun demi liat kamu senyum lagi. Tapi sekarang… sekarang mama cuma bisa lihat kamu bobo…"

Beloved S2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang