24

5.4K 578 190
                                    

"Mamaa!"

"Aku mau sama mama hiks... LEPASIN!"

"Mama gak boleh tinggalin aku!"

"AKU MAU SAMA MAMA!"

Di sebelahnya, Gracia yang tertidur mendadak terbangun saat mendengar suara Zee.

"Zee?" bisiknya, masih separuh terjaga. Namun begitu melihat raut wajah Zee yang penuh kegelisahan, Gracia segera duduk tegak.

Wajah Zee basah oleh keringat, tubuhnya gelisah, bergerak tak tenang di atas kasur. Alisnya berkerut, seperti sedang melawan sesuatu dalam tidurnya. Napasnya terdengar berat, tersengal-sengal, dan bibirnya sedikit terbuka.

"Zee, sayang? Kamu kenapa hei..." Gracia mengguncang lembut bahu Zee, mencoba membangunkannya. Tapi Zee tidak kunjung terbangun, lagi-lagi mengerang.

"Jangan pergi, mah... jangan tinggalin aku." gumam Zee, suaranya penuh dengan ketakutan bahkan air mata mengenang di matanya.

"Mama disini, mama nggak tinggalin kamu. Kamu bangun ya, hei..." cemas Gracia, tangannya pun mendadak bergetar namun terangkat mengelap keringat yang membasahi wajah Zee.

Gracia semakin panik, merasa cemas karena Zee tak kunjung bangun, tanpa sadar, suaranya mulai naik.

"Zee! Bangun, Sayang! Tolong, bangun!" kali ini ia menepuk pipi Zee.

Tiba-tiba, Zee tersentak bangun. Matanya langsung terbuka lebar, wajahnya masih basah oleh air mata. Ia menatap Gracia dengan tatapan bingung dan penuh ketakutan, tangisannya lirih, seolah belum sepenuhnya sadar dari mimpi buruk yang barusan dialaminya.

"Mama..."

Gracia menghela napas lega, ia langsung menarik Zee ke dalam pelukannya, mengusap rambut anaknya dengan lembut.

"Mama di sini, Sayang... mama di sini..."

Zee menangis deras di pelukan Gracia, tubuhnya masih bergetar hebat. Tangisnya terisak-isak, seolah semua ketakutan yang tersisa dari mimpinya tumpah begitu saja.

Tangan Zee meremas erat piyama yang di pakai Gracia. "Mimpi, syukurlah itu cuma mimpi." batin Zee, namun rasa sesaknya masih ada, mimpinya tadi seperti benar-benar nyata.

Gracia bisa merasakan betapa takutnya Zee, tetapi ia tidak ingin menekan atau mendesaknya. Dalam diam, Gracia hanya memeluk Zee lebih erat, merasakan setiap isak yang menghantam hatinya.

"Sshhuutt... tenang ya, mama di sini...” bisik Gracia dengan lembut.

Gracia tidak berhenti mengusap, membiarkan Zee meluapkan perasaannya tanpa menginterupsi. Ia tahu, terkadang yang dibutuhkan hanyalah pelukan dan kata-kata lembut, tanpa tekanan untuk segera berhenti menangis.

"Mama..."

"Hm? Kenapa? Kamu kenapa, sayang?"

"Hiks.. jangan pergi, aku gak mau di tinggal."

"Kamu kenapa si, hm? Jangan nangis mulu dong, mama panik tau." sahut Gracia sambil mencium dahi Zee.

"Mama jangan pergi, please... aku mohon, aku mohon hiks." lirih Zee memohon dengan isaknya.

"Kamu mimpi buruk ya?"

Zee mengangguk sedih, "Aku... a-aku mimpi mama itu hiks i-itu...–"

"Ah, please...! Mama gak boleh pergi titik!" Zee tantrum membuat Gracia mengangguk, entah reflek atau memang mengiyakan ucapan Zee, walau disisi lain ia belum paham betul Zee ini tadi kenapa.

"Iya, iya mama nggak pergi. Udah ya? Sekarang kamu tenang."

"Bohong! Itu cuma biar buat aku tenang aja kan, padahal besok mama tetep pergi dinas ninggalin aku."

Beloved S2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang