Perjalanan panjang ini terasa seperti mimpi. Dari awal diagnosa yang mengguncang hidup hingga setiap hari penuh dengan ketidakpastian, rasa sakit, dan harapan yang tidak pernah padam. Namun, kini semua itu seakan hilang.
Setelah berbulan-bulan menjalani serangkaian yang penuh tantangan di luar negeri, akhirnya hari yang dinanti-nantikan seorang gadis tiba. Rasa lega bercampur haru memenuhi hati saat pesawat mulai menuruni ketinggian, dan pemandangan tanah air terlihat di jendela.
Saat pesawat menyentuh landasan Bandara Soekarno-Hatta, perasaan campur aduk memenuhi dada. Suara roda pesawat menyentuh aspal, pengumuman kru kabin, dan gemuruh penumpang yang bersiap turun adalah tanda bahwa momen ini nyata.
Ketika pintu pesawat terbuka, hangatnya udara Jakarta menyambut, menghapus dinginnya udara dari tempat jauh yang selama ini ia tinggali. Langkah pertama keluar dari pesawat terasa berat namun penuh makna.
"Dulu ditempat ini waktu aku menginjakan ke pesawat rasanya putus asa selalu menghantui, tapi sekarang... rasanya udah lega banget, aku berhasil!" batinnya.
Setiap tarikan napas seakan menghirup kebebasan baru bebas dari rasa khawatir, bebas dari rasa sakit, dan bebas untuk memulai hidup yang baru dengan suasana yang berbeda. Wajah-wajah ramah petugas bandara tampak akrab meski tak dikenali, memberikan rasa nyaman yang tak bisa digantikan oleh apa pun.
Seorang remaja perempuan dan pria paruh baya kini melangkah dengan perlahan menuju bagian pengambilan bagasi, sambil sesekali si gadis memandangi layar handphone yang sudah lama sekali tidak ia aktifkan.
Kedua sudut bibirnya terangkat memandang awan pagi yang sedikit mendung. "Indonesia, i'm back."
***
2 hari akhirnya berakhir sudah, rasa rindu Gracia pada anaknya akan segera terbayarkan. Kini, Gracia sudah tiba di tempat perkemahan untuk menjemput kesayangannya. Udara sejuk menyelimuti perkemahan, embun masih menempel di dedaunan dan burung-burung mulai berkicau menyambut matahari yang perlahan muncul di ufuk timur.
Disana, mata Zee berbinar melihat sang Mama yang sudah datang menjemputnya. Anak itu berlari kecil, hingga sekarang sudah bisa menggapai tubuh Gracia, lalu berpelukan erat.
"Ututuu kangen, gimana camping nya?" tanya Gracia dengan lembut, sambil mengusap rambut anaknya.
Zee tersenyum lebar, "Seru banget, Mah! Aku punya banyak cerita." Gracia tersenyum, merasa lega bahwa semuanya berjalan baik.
"Ayo pulang, aku ngantuk mau bobo." lanjut Zee sambil gelendotan.
"Iya iya ayo, masuk gih. Mama mau masukin tas kamu dulu."
Dalam perjalanan pulang, Zee telah banyak bercerita sepanjang jalan, mengisi suasana dengan cerita-cerita polosnya. Namun, seiring berjalannya waktu, energinya mulai meredup. Mata Zee mulai terpejam perlahan, wajahnya menunjukkan tanda-tanda kantuk yang tak bisa disembunyikan.
"Bobo aja gapapa, masih agak lama soalnya ini." ucap Gracia dan Zee berdehem saja.
Gracia yang melihat geleng-geleng, untung Zee sudah memakai bantal lehernya.
"Udah tau ngantuk, tapi masih aja excited cerita. Kan bisa nanti aja padahal, hadeh... ampun deh lucunya." gumam Gracia.
Sesampainya di rumah, Gracia menghentikan mobilnya tak jauh dari teras rumah. Matanya menatap Zee yang anteng sekali terlelap membuatnya tidak tega untuk membangunkan.
"Zee, sayang... bangun. Udah sampai, nak." kata Gracia sambil melepaskan seatbelt keduanya.
Zee tak terusik sama sekali. Yang ada, deru nafas anak itu semakin terdengar teratur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beloved S2
RandomCinta dan kasih sayang yang di miliki oleh Gracia hanya boleh di berikan untuk Zeevara. Note: Agar tidak bingung, silahkan baca dulu season 1 nya.