25

3.1K 520 214
                                    

Beberapa menit setelah sampai di kelas, Zee langsung duduk di bangkunya, menunduk dan berpura-pura sibuk dengan handphone. Matanya yang sembab tak bisa sepenuhnya disembunyikan, ia berharap antek-anteknya tak akan menyadari.

Namun, harapannya tak terwujud. Adel, yang duduk di sebelahnya, langsung memperhatikannya.

"Eh, Ji, lo kenapa dah? Matanya sembab gitu, abis nangis ya lo?" seru Adel dengan nada menggoda.

Zee hanya diam, masih fokus pada layarnya, tapi Oniel dan Olla yang duduk di depannya langsung menoleh ke belakang.

"Lah, iya weh. Lo kenapa? Abis nonton drama korea kah?" ujar Olla dengan kekehannya.

Sementara Oniel menambahkan, "Apa jangan-jangan nangis karena gak di beliin yupi?"

Ara yang duduk di bangku belakang tertawa kecil, "Heh, La, tontonan dia mah mana demen drama-drama korea." timpal Ara.

"Siapa tau kan Zee tiba-tiba suka drakor." ucap Olla.

"Gak bakal, dia pasti nangis gara-gara ditinggal ci Gre kerja nih." ledek Adel yang tebakannya hampir saja benar membuat Zee reflek menoleh.

"Kan kan? Bener kan?"

"Ck, apasih lo Del. Gak asik." malas Zee.

"Btw, kita kan udah tau ci Gre itu mamanya Zee, harusnya kita manggilnya Tante Gre gak sih?" tanya Ara membuat semuanya berpikir.

"Iya juga ya, kalian manggil ke ibu gue juga Tante." balas Oniel.

"Cieee... Jipara cengeng maunya sama Tante Gre terus nih aduuuuh cil bocil." ledek Olla.

"Hahaha Jipa mau nya manja-manja sama Tante Gre." tambah Adel.

"Hilih, lo juga sama dudul." timpal Ara.

Zee mendesah pelan, merasa makin malas mendengar ledekan itu. Tak ingin memperpanjang situasi, Zee buru-buru mencari cara untuk mengalihkan pembicaraan  mereka.

"Widih, lucu banget kuku lo. Lo bikin di mana?" tanya nya menatap kuku Adel yang di nail art.

Adel langsung menghentikan ledekannya dan melihat ke arah kukunya dengan bangga. "Oh, ini, gue baru coba tempat baru kemarin. Bagus, kan? Gue milih desain yang simpel tapi cute."

Zee mengangguk antusias, seperti tertarik dengan nail art Adel. "Iya, cakep banget. Gue suka yang di jari tengah, warnanya keren."

Pembicaraan pun segera beralih ke nail art, dan semua ledekan tentang matanya sembab perlahan mereda. Zee merasa lega, tapi setidaknya, untuk saat ini, perhatian teman-temannya telah teralihkan.

"Ah, mau minta mama nail art juga ah..." batin Zee membuka kembali handphonenya dan mengirim pesan pada Gracia.

Namun, tak lama setelah itu, Ara yang memang tak bisa diam, kembali mengangkat topik awal.

"Iya-iya, nail art-nya lucu. Tapi beneran deh, Zee, kayaknya lo nangis karena cengeng. Ngaku aja," katanya sambil menatap Zee dengan senyum usil.

"Terserah."

Melihat respon Zee membuat semuanya terkekeh kembali sementara Zee membiarkan saja, masa bodo dengan ledekan itu.

***

"Sedih, Zee belum ucapin selamat ulang tahun buat aku." sendu Gracia.

Gracia menarik napas dalam-dalam dan mengembuskan pelan, mencoba menenangkan dirinya sendiri. Setelah beberapa saat, ia melirik jam di pergelangan tangannya, berpikir untuk mampir ke minimarket terlebih dahulu.

"Oke deh ke minimarket dulu, beli bahan-bahan buat spaghetti seperti permintaan My Zeevara," gumamnya.

Tanpa ragu, ia menyalakan mesin mobil dan mulai melaju perlahan, berpikir tentang daftar belanja yang perlu dibeli. Pasta, saus tomat, daging cincang, daftar itu mengalir di benaknya seperti otomatis.

Beloved S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang