Langit sore memancarkan semburat jingga, dan angin yang lembut membelai wajahnya saat ia turun dari mobil. Zee baru saja tiba di depan rumah, sore ini ia di jemput pak Supri, walaupun Gracia sudah pulang lebih awal dari dirinya, Zee menyuruh Gracia beristirahat saja.
Gitar di punggungnya terasa berat, namun Zee masih menyimpan sisa-sisa semangat dalam langkahnya. Jadwal seni musik di akhir pelajaran tadi cukup melelahkan, tapi ada rasa gembira yang membuatnya tetap berenergi.
"Omaaaa." riang Zee tersenyum saat melihat Shanju di depan pintu, anak itu menyalimi tangan Shanju tanpa menghapus senyumnya.
"Akhirnya cucu oma pulang, gimana sekolahnya hari ini, Zee?" tanya Shanju dengan senyum lembut, memandangi cucunya yang terlihat agak kelelahan namun tetap bersemangat.
"Seru dong. Apalagi bawa gitar nih, di tambah tadi belajar beberapa kunci baru juga." jawab Zee sambil sedikit mengangkat bahunya yang terasa pegal. Ia segera melangkah masuk ke dalam rumah, melepas sepatunya di ambang pintu.
Shanju tersenyum mendengarnya, mengikuti Zee masuk ke dalam. "Bagus kalau kamu menikmati pelajarannya. Tapi, jangan lupa istirahat, ya. Sini tas nya biar oma yang bawain."
Zee pun memberikan tas nya pada Shanju, sementara gitarnya kini tetap ia pegang bahkan sudah di keluarkan dari tempatnya.
"Iya, Oma. Tapi sekarang aku nggak sabar mau ketemu mama. Mama udah di rumah, kan?”
"Iya udah kok, dia lagi di halaman belakang."
Wajah Zee langsung cerah mendengar kabar itu. Meski tubuhnya masih terasa pegal, kerinduan untuk bertemu Mamanya mengalahkan rasa lelah. Ia langsung bergegas menuju halaman belakang, sambil sedikit melompat riang.
"Zee! Makan dulu nak." teriak Shanju namun di hiraukan Zee.
"Aishh bocah..."
Begitu sampai di halaman belakang, Zee melihat sosok yang selalu membuat hatinya merasa nyaman. Gracia sedang duduk di bangku, sedang melihat sesuatu di handphone nya.
"Mama mama mamaaaa." panggil Zee bawel sambil meletakan sejenak gitarnya di balik tembok.
Gracia spontan menoleh dengan senyum hangatnya, meletakan handphone nya dan menyambut Zee untuk di peluknya. "Zeevara, ututuu anak mama."
Zee tertawa kecil, merasakan kehangatan dalam pelukan Mamanya. "Capek, Mah, bawa gitar agak berat. Tapi aku seneng banget bisa ketemu Mama sekarang, soalnya udah kangen banget hihi."
Gracia membelai rambut Zee dengan lembut. "Mama juga kangen sama kamu. Nanti kita istirahat bareng, ya? Sambil sekalian kamu bisa main gitar buat Mama."
"Sekarang, aku mau sekarang main gitar sambil nyanyi spesial buat mama."
"Oh jadi itu hadiah spesial nya?"
"Iyaa, bentar aku ambil." melerai pelukannya dan beralih mengambil gitarnya lalu duduk di samping Gracia kembali.
"Nggak mau makan dulu aja? Kamu pasti laper." Gracia membenahi helaian rambut Zee yang terkena angin.
"Nanti aja,"
"Yaudah, tapi mama izin rekam ya?"
"Tumben izin dulu ini mama mama?" batin Zee.
Zee terdiam sejenak, mamanya ini memang hobi merekam atau memotret dirinya. Saat melihat mata Gracia yang menunggu jawabannya, Zee jadi tidak tega jika menolak.
"Boleh, tapi jangan di posting ya. Cukup buat pribadi mama aja."
"Oke, sayang."
Zee mulai menatap gitar di pangkuannya, mengencangkan sedikit senar, memastikan nada-nada itu pas. Gracia sudah mengarahkan kameranya pada Zee, ia tersenyum penuh kasih, menunggu dengan antusias apa yang akan dimainkan putrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beloved S2
RandomCinta dan kasih sayang yang di miliki oleh Gracia hanya boleh di berikan untuk Zeevara. Note: Agar tidak bingung, silahkan baca dulu season 1 nya.