Zee masih tertidur di ruang tv, menikmati dinginnya angin dari ac yang mengalir pelan di sekitarnya. Tirai-tirai jendela setengah terbuka, membiarkan sedikit sinar matahari masuk, menciptakan bayang-bayang lembut di dinding. Suara televisi yang menyala sebagai latar belakang menemaninya terlelap, meskipun Zee tidak menonton apa pun.
Sekitar 1 jam kemudian Zee terbangun. Ia mengerjapkan matanya perlahan, mencoba menyesuaikan diri dengan cahaya dan suara di sekitarnya. Sambil duduk, ia merasakan tubuhnya masih agak lemas, tetapi tidur pagi yang singkat itu sudah cukup membantunya merasa lebih segar.
"Mama mana ya?" gumamnya.
"Duh, sakit juga ya ke iris... awas aja tuh wortel, nggak bakal gue makan. Eh tapi salah pisaunya sih." lanjutnya seraya menatap jarinya yang di perban.
Zee mendengar suara samar dari arah dapur, suara kompor yang menyala dan bunyi panci serta wajan yang beradu. Seketika ia sadar, pasti Gracia tengah sibuk memasak. Melirik ke arah dapur dari jarak jauh, Zee melihat mama serta sang oma sibuk mengaduk sesuatu di atas kompor. Bau harum makanan mulai menyeruak, menggoda hidungnya.
"Oh, masih jam sepuluh ternyata." gumam Zee lagi saat melihat jam.
Namun, bukannya tertarik untuk bergabung atau membantu lagi di dapur, perhatian Zee malah tertarik oleh sesuatu yang lain. Dari jendela yang terbuka sedikit, Zee melihat sosok mungil seekor kucing berwarna hitam putih sedang berlarian di halaman depan. Matanya langsung berbinar.
"Wah...! Itu kan si sapi." antusias Zee yang langsung berdiri.
Zee menoleh ke dapur, melihat mama yang sibuk memasak. "Mama, aku keluar bentar yaa."
"Eh, keluar? Mau ngapain, Zee?" sahut Gracia tanpa menoleh, ia sibuk mengaduk masakannya.
Zee tetap berjalan sambil kini membuka pintu pelan-pelan. "Mau liat kucing, Mah. Si sapi ada di luar, dia kesini lagi."
Gracia tampak terkekeh kecil. "Hati-hati ya, jangan jauh-jauh. Kucingnya jangan dikejar, nanti kamu capek, jangan di cium cium juga."
Zee tersenyum lebar dan mengangguk, kemudian berlari kecil keluar.
"Oy, sapi mazehh!"
Zee mendekati si sapi dengan perlahan, berharap bisa mendekat tanpa membuatnya takut. Kucing itu menatap Zee dengan mata bulatnya, menggerakkan ekor dengan hati-hati. Zee jongkok di tanah, membiarkan tangannya menjulur perlahan.
"Hai sapi, ketemu lagi kita. Aku nggak akan ganggu kok. Mau main sama aku nggak?"
Kucing itu tampak ragu sejenak, tapi kemudian mendekat, mengendus tangan Zee dengan penuh rasa ingin tahu.
Zee tersenyum lebar, ia senang merasa kucingnya ini langsung nurut. "Hihi, kamu lucu banget."
Mereka berdua akhirnya duduk di bawah pohon. Zee merasakan hangatnya sinar matahari siang yang menyentuh kulitnya, sementara kucing itu terdiam di sebelahnya.
"Kalo tau kamu mau kesini lagi, aku beli makanan kamu." ucap Zee seolah mengajak ngobrol kucing.
Tiba-tiba, kucing nya terbangun dan berlari membuat Zee reflek ikut berlari ingin meraih kembali kucingnya.
"Ya ampun! Kok lari sih hei..."
"Sapi! Sini woi, capek gue." Zee terus mengejar hingga sekitar beberapa menit kemudian akhirnya kucingnya tertangkap kembali.
"Nah, ke tangkep!"
"Nggak bisa kabur kalo udah sama Jipara mah." bangga Zee menatap kucing yang sedang di gendongnya ini.
Zee kembali duduk dibawah pohon, kucing hitam putih tampak tenang kembali, membiarkan Zee mengelus punggungnya dan bermain dengan ekornya yang gemulai. Sesekali, kucing itu menggelinding di atas tanah, seolah menikmati perhatian yang diberikan Zee.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beloved S2
RandomCinta dan kasih sayang yang di miliki oleh Gracia hanya boleh di berikan untuk Zeevara. Note: Agar tidak bingung, silahkan baca dulu season 1 nya.