21

2.9K 478 199
                                    

Gracia baru saja pulang dari rumah sakit setelah shift panjang yang melelahkan. Wajahnya terlihat lelah, namun matanya tetap bersinar penuh kasih sayang. Gracia tak sabar menemui sang buah hati untuk mericharge energinya kembali, sebelum itu ia langsung membersihkan diri terlebih dahulu.

Tidak mau berlama-lama akhirnya Gracia selesai, wanita itu sudah merasa lebih fresh walau saat ini badannya cukup pegal-pegal. Tapi tenang saja, ia sudah menempelkan beberapa koyo di area yang pegalnya.

"Zeevara udah bobo belum ya? Udah jam sembilan sih." gumam Gracia sambil berjalan menuju kamar kesayangannya.

Pintu kamar Zee sedikit terbuka, memperlihatkan cahaya lampu belajar yang masih menyala. Dengan langkah pelan, Gracia masuk dan melihat pemandangan yang mengharukan. Zee tertidur di meja belajarnya, tangannya masih memegang pensil, sementara buku di depannya terbuka.

Gracia tersenyum lembut, lalu duduk di tepi meja sambil mengusap rambut Zee yang berantakan.

"Sayang, capek banget ya?" bisiknya pelan, seolah takut membangunkan Zee.

Zee bergumam pelan dalam tidurnya.

"Ututuu kasian anak mama, ngantuk banget nih pasti sampe ketiduran gini." ucap Gracia pelan, ia tengah memikirkan cara untuk memindahkan Zee ke tempat yang lebih nyaman.

"Gendong kuat nggak ya?" ucapnya lagi sambil melihat buku Zee, ternyata Zee tengah mengerjakan soal matematika namun baru sampai nomor tiga, padahal soal yang di berikan disitu ada lima.

"Belum selesai... lho, mana besok matematika pelajaran pertama." Gracia sedikit kaget kala melihat jadwal Zee yang tertempel di samping.

"Pindahin dulu deh, baru mama bantu kerjain ya." Gracia tertawa kecil, mengangkat Zee dengan hati-hati, membawanya ke tempat tidur.

"Ssuutt ssutt maaf maaf kekencengan ya? Bobo lagi ya, tenang yaa." lembut Gracia karena Zee tampak merengek kala ia meletakan anaknya di atas kasur.

"Kangen banget sama Zeevarakuuu." Gracia mencium pipi Zee.

Setelah menyelimutinya dengan lembut, Gracia kembali menatap meja belajar yang masih penuh dengan buku dan catatan berserakan. Gracia menghela napas panjang, kemudian berjalan kembali ke meja.

Ia duduk di kursi tempat Zee tadi tertidur dan melihat buku itu dengan teliti. Di halaman yang terbuka, tinggal dua soal matematika yang belum selesai.

"Zee ngantuk kali ya liat angka angka kaya begini." gumam Gracia sambil terkekeh kecil.

Wanita itu menatap soal matematika yang terbuka di depan matanya. Ini tentang trigonometri, pikir Gracia, sambil tersenyum kecil. Bukan materi yang mudah, bahkan untuknya dulu.

Selain berusaha mengisi soal, Gracia juga tentu harus memiripkan tulisannya dengan tulisan tangan Zee.

"Untung tulisan aku gak jauh beda sama Zeevara."

Matanya melihat deretan angka dan simbol sinus, cosinus, serta tangen. Hatinya cukup bimbang, ini bukan hal sederhana yang bisa dipecahkan dalam sekejap, tapi ia tak mau menyerah demi Zee.

"Bisa deh, demi Zeevara."

Ia mulai membaca soal nomor empat, sebuah persamaan trigonometri yang cukup rumit. Gracia menghela napas, lalu mencoba mengingat kembali cara menyelesaikan persamaan seperti itu.

"Soal ini butuh substitusi... dan mungkin identitas trigonometri," katanya pada diri sendiri, tangannya mulai bergerak di atas kertas, mencatat langkah demi langkah. Matanya fokus, sementara otaknya berputar mengingat teori yang sudah lama tidak ia sentuh.

Gracia menulis yang lain, menggantikan beberapa variabel dengan nilai sudut yang dikenal. "Oke, sinus 30 derajat... itu setengah. Lalu cosinus 60 derajat... juga setengah." Tangannya bergerak dengan mantap saat ia memecahkan bagian-bagian soal tersebut, menghubungkan langkah-langkah yang ia ingat.

Beloved S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang