32

3.6K 610 230
                                    

"Gre, tenang Gre."

Feni terus berusaha menyadarkan Gracia, ia tadi sungguh panik tiba-tiba di kejutkan dengan guncangan tak tenang dari tubuh Gracia yang sejak kemarin lusa pingsan.

"Gracia, tenang ya... it's okay, semuanya baik-baik aja kok."

Dengan wajah penuh kekhawatiran, Feni memperhatikan betapa tidak tenangnya Gracia, bahkan dalam keadaan pingsan. Air mata Gracia tampak mengalir pelan, dan keringat dingin membasahi dahinya.

Feni terus berusaha membangunkan, tetapi Gracia malah semakin berontak dalam mata terpejam nya.

Melihat itu, Feni menoleh ke suster Indah di sampingnya. "Sus, tolong panggillin Tante Shanju," suaranya mengandung urgensi.

Indah mengangguk cepat. "Baik, Dok."

Tak lama, Shanju datang bergegas masuk ke ruangan. Melihat Gracia yang masih terbaring dengan napas tersengal dan wajah penuh kecemasan, hati Shanju mencelos. Ia segera menggenggam tangan putrinya erat-erat, mencoba menenangkannya.

"Gre... sayang, bangun nak." bisik Shanju lembut.

Di dalam pingsannya, Gracia terus tampak gelisah, wajahnya menunjukkan ekspresi penuh kepanikan, seolah ada bayangan kelam yang menghantuinya. Ia merintih pelan, suara lirihnya terdengar begitu pilu, hingga membuat Shanju ikut berlinang air mata.

"Hei, kamu tau nggak? Zeevara emang belum sadar, tapi tadi mami denger dia manggil kamu lho." bisik Shanju lagi, mencoba memberi dorongan agar Gracia tersadar.

"Z-zee... Zeevaraku..." kedua mata Gracia belum terbuka, namun mulutnya berucap lirih.

"Jangan... meng-hilang, j-jangan pernah tinggalin ma-ma..."

Feni dan Shanju saling berpandangan cemas, Gracia ini meskipun tubuhnya tampak lemah, ada perjuangan batin yang jelas terasa di setiap tarikan napasnya.

"Tante, kayaknya Gracia mimpi buruk." Feni berbisik lirih, melirik Gracia yang tampak makin larut dalam emosinya.

Shanju menghela napas berat, menggenggam lebih erat tangan Gracia. "Gracia... bangun, ayo semangat," panggilnya penuh harap, suaranya bergetar menahan kesedihan.

Dengan lembut Shanju mengelap keringat yang membasahi wajah Gracia yang tampak begitu lelah. Ia juga menyeka air mata yang mengalir perlahan di pipi putrinya, mencoba menenangkan dengan sentuhan penuh kasih. Tatapannya sedih, namun penuh keikhlasan, seakan ingin menyampaikan bahwa ia akan selalu ada di sini, mendampingi Gracia melewati semua ini.

Gracia adalah putrinya yang kuat, tapi beban batin yang ia tanggung sekarang terlalu besar, terlalu menyesakkan. Setiap helaan napas Gracia serasa memotong hati Shanju, melihat betapa putrinya tak mau merelakan sedikitpun ketidakpastian yang kini menimpa Zee.

"Ya Tuhan... tolong sadarkan Gracia." mohon Shanju, sementara Feni ikut berdoa sembari tangannya terjaga memegang selang infus agar tak terlepas dari gerakan gusar tangan Gracia ini.

"Coba pelan-pelan tepuk pipinya, tan." usul Feni.

Shanju pun dengan hati-hati menepuk pipi Gracia berulang kali, mencoba membangunkannya dari mimpi buruk yang terasa begitu nyata, seolah jiwanya ikut tenggelam dalam kecemasan yang dalam.

"Gre, ayo bangun."

Dalam sekejap, Gracia terbangun, napasnya memburu dan pandangannya tampak bingung, menelaah ruangan itu.

"Mimpi? Syukurlah ini mimpi." batin Gracia ditengah ketakutannya.

"Syukurlah..." lega Shanju dan Feni.

Sedangkan sang empu seperti terdiam, mencari-cari dengan mata yang penuh ketakutan. Tangannya, yang masih lemah, meraba-raba ke arah Shanju seolah meminta jawaban.

Beloved S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang