Menit demi menit berlalu, Gracia terus duduk di samping Zee, lelah masih terlihat jelas di wajahnya yang sembab. Namun hati yang lega kini terus menemaninya karena Tuhan masih menginginkan ia berjuang untuk kedepannya.
Tiba-tiba sudut matanya menangkap bayangan seseorang di balik kaca pintu ICU. Ia mengerjap sejenak, itu adalah Shanju yang kini tengah melihatnya dengan wajah penuh kecemasan. Melihat itu, Gracia menghela napas panjang, mencoba menguatkan diri. Ia bangkit perlahan, keluar sebentar dari ruangan itu.
"Bentar ya, sayang. Mama temuin oma kamu dulu." pamitnya.
Begitu pintu terbuka, Shanju langsung memeluk Gracia erat. "Syukur... syukur banget ya Gre," suara Shanju terdengar serak, terisak-isak sambil memeluk putrinya lebih erat.
"Mami nggak bisa bayangin kalau sampai... kalau sampai Zee..." Kata-katanya terputus oleh isakan.
Gracia membalas pelukan itu dengan lembut, meski tubuhnya masih terasa berat. "Zee bakal baik-baik aja, mi... Aku yakin dan aku tau dia kuat," ucap Gracia lirih.
"Iya, semoga. Mami juga akan doain terus."
Beberapa menit kemudian, Shanju mengusap air matanya dan menunjukan tote bag yang dari tadi ia jinjing.
"Ini... Mami bawain kamu baju ganti sama makanan. Kamu belum makan dari kemarin," ucapnya pelan, takut Gracia akan menolak seperti kemarin.
Gracia menatap tote bag itu sejenak, lalu tersenyum tipis. Ia ingat pesan Zee di surat ulang tahun yang ia temukan tadi, Zee tidak akan suka jika mamanya tidak makan dan terlalu sibuk.
"Makasih ya. Aku bakal makan dan bersih-bersih baru ganti baju." jawab Gracia lembut, menerima tote bag itu.
Shanju tampak terkejut, tapi lega. "Nah gitu dong, Gracia yang mami kenal itu kan bersih orangnya."
Gracia tersenyum kecil, ia memang tak pernah seperti ini. "Namanya juga kalut, mi. Pikiran aku bener-bener gak tenang banget."
Shanju mengusap bahu Gracia. "Sabar ya, nak. Kita gak pernah tau kapan kita di uji sama Tuhan, yang terpenting adalah kita harus selalu kuat, apalagi kamu, kamu harus selalu kuat demi Zeevara."
"Pasti, aku bakal kuat. Demi anak aku, dia gak boleh ninggalin aku."
Sejenak Gracia memanggil salah satu perawat untuk menjaga Zee di dalam, setelah itu Gracia dan Shanju duduk di kursi dekat pintu, saling menenangkan satu sama lain.
Gracia membuka bungkusan makanan yang dibawakan Shanju, perlahan menyuapinya meski nafsu makan tak ada. Namun, demi Zee, ia memaksakan diri.
"Demi kamu, mama akan habisin makanan ini sayang." batin Gracia sambil terus mengunyah makanan di hadapannya.
Setiap gigitan terasa hambar di lidahnya, matanya tak pernah lepas dari pintu ICU, seolah dengan terus menatap, ia bisa memastikan bahwa keadaan di dalam sana akan tetap terkendali.
Sesekali, suapan terhenti di tengah jalan, tangannya gemetar. Meski tubuhnya membutuhkan asupan, pikirannya terlalu kalut, terlalu cemas untuk benar-benar menikmati makanan itu.
"Tunggu mama ya, sayang. Mama nya makan dulu, supaya kamu gak marah." batin Gracia.
Bayangan Zee yang terbaring di balik pintu itu membuatnya nyaris tak bisa bernapas. Hatinya terus berbisik, berharap dan memohon agar semuanya baik-baik saja.
Namun, rasa takut itu, takut kehilangan anak yang telah menjadi pusat hidupnya, menekan keras di dada. Sambil mengunyah, Gracia merasakan air mata menggenang di sudut matanya, namun ia menahannya, karena satu-satunya yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah menunggu dan berharap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beloved S2
RandomCinta dan kasih sayang yang di miliki oleh Gracia hanya boleh di berikan untuk Zeevara. Note: Agar tidak bingung, silahkan baca dulu season 1 nya.