Malam ini hujan deras mengguyur, angin dingin menyelinap lewat celah jendela. Gracia duduk di tepi tempat tidur Zee, menyiapkan obat yang harus diminum anaknya sebelum tidur.
"Zee, cepetan sayang. Gausah lama-lama di dalam kamar mandinya." panggil Gracia.
"Iya, maaah."
Dari arah kamar mandi, Zee muncul dengan wajah yang segar, bekas percikan air masih terlihat di pipinya. Ia mengenakan piyama hangat dan sandal rumah.
"Sini."
Zee tersenyum melihat Gracia yang duduk sudah menunggunya sambil menepuk kasur menyuruhnya untuk segera duduk.
"Aku masih harus minum obat? Sampai kapan sih, mah?" rengek Zee bertanya.
"Sampai obat ini habis, sampai kamu sembuh."
"Aku udah sembuh lho."
"Aamiin, tapi masih tetep harus minum obatnya. Nurut sama mama ya? Yuk minum sekarang, nih." Gracia langsung menyuapkan satu persatu obatnya, Zee menelan menurut saja.
"Udah."
Gracia mengangguk puas, lalu meraih tangan Zee untuk memeriksa suhu tubuhnya. "Kamu semakin lebih baik. Tapi tetap harus istirahat yang cukup ya, gak boleh beraktivitas yang berat-berat dulu, lari-lari kayak tadi kejar mama juga nggak boleh." peringat nya.
Zee tersenyum. "Mama perhatian banget sih, aku udah gede tauu."
Gracia tersenyum, kali ini lebih lembut. "Kata siapa? Kamu itu masih kecil, masih bayi." ucapnya setengah menggoda.
Zee memutar bola matanya, berusaha protes, tetapi tetap tersenyum. "Bayi mana yang setinggi aku, mah? Bahkan tinggi mama aja hampir kalah sama aku."
Gracia tertawa kecil, tapi mendadak ekspresinya berubah saat tangannya menyentuh kaki Zee. "Ya ampun, kaki kamu dingin ih. Kenapa nggak bilang sama mama?" tanyanya panik.
"Aku nggak apa-apa. Lagi pula aku nggak merasa dingin," jawab Zee santai, tapi Gracia sudah bangkit tanpa menunggu penjelasan lebih jauh.
Gracia sambil berjalan cepat ke laci. Ia mengambil sepasang kaos kaki tebal dan minyak telon. Sebelum kembali, Gracia juga memastikan suhu kamar diatur lebih hangat.
Gracia kembali duduk di kasur, menuangkan minyak telon ke tangannya. Ia memulainya dari leher Zee, mengusap lembut sambil memastikan anaknya nyaman. Lalu turun ke perut dan akhirnya ke kaki yang dingin tadi. Gerakannya pelan tapi penuh perhatian.
"Ih aku udah kayak bayi beneran deh," ujar Zee sambil terkikik kecil.
"Udah dibilang kamu emang beneran bayi. Nggak peduli kamu umur berapa, Mama tetap mau jaga kamu sebaik-baiknya."
"Eh, mah udah ah geli." ujar Zee sambil tertawa pelan karena geli saat Gracia memijat lembut kakinya.
"Diem dulu," balas Gracia.
Zee terdiam, menatap mamanya yang begitu serius. Ia merasa hangat, bukan hanya karena minyak telon, tapi karena kasih sayang yang selalu diberikan Gracia tanpa syarat.
Senyum Zee tak lepas dari bibirnya. "Mah, mama capek nggak ngurusin aku terus?"
Gracia berhenti sejenak, menatap Zee dengan penuh kasih sayang. "Enggak," katanya.
Setelah selesai dengan minyak telon, Gracia langsung memasangkan kaos kaki ke kedua kaki Zee. "Nah, sekarang udah hangat. Jangan dilepas ya,"
Zee mengangguk, "Makasih mama."
"Heem."
"Eh, kamu beneran nggak mau makan lagi? Tadi dikit banget lho."
"Engga,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Beloved S2
RandomCinta dan kasih sayang yang di miliki oleh Gracia hanya boleh di berikan untuk Zeevara. Note: Agar tidak bingung, silahkan baca dulu season 1 nya.