11. Rumah Gerry

279 48 48
                                    

VOTE & KOMEN

VOTE & KOMEN

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

"Bikin panik aja lo!" Pemilik bengkel itu berhasil bernafas lega setelah melihat Gerry tenang

Gerry menunduk, dia sudah menebak ini akan terjadi karena dia bermain basket tanpa henti selama hampir 4 jam. Sedangkan teman-temannya sempat untuk istirahat

Gerry menoleh kesamping, dia melihat Revan duduk kaku disampingnya "Sorry" ucapnya. Gerry melihat punggung tangan Revan yang sempat dia cakar tanpa sengaja

Revan mengangguk pelan

"Bang pinjem kamar mandi" izin Gerry. Pemilik bengkel itu juga langsung mengizinkan

"Lo gak bisa pulang bareng Gerry?" Tanyanya pada Revan

"Saya?" Revan menunjuk dirinya sendiri

"Iye elu. Bisa gak? Gak usah bayar deh gratis nih motor lo. Kasian si Gerry kalau pulang sendirian atau harus nungguin motornya" ucapnya pada Revan

Revan mengangguk kaku. Sejujurnya dia masih terkejut, dia mengingat kejadian beberapa menit yang lalu. Gerry seperti kesulitan bernafas dan beberapa kali terbatuk

Gerry datang dengan wajahnya yang sedikit basah "Lo balik bareng dia aja Ger. Dia katanya mau nganterin lo balik" ucap pemilik bengkel

Gerry meregangkan tubuhnya sambil melihat Revan "Gak usah. Rumah gue sama dia gak searah, jauhan rumah dia" jawab Gerry

"Ayo gue anter" ajak Revan tanpa ragu

Gerry mengangkat kedua alisnya "Gak jadi nuduh-nuduh gue? Barusan kayak nya lo mau ngamuk gitu" ejek Gerry

Revan menghela nafas, dia menarik resleting jaketnya hingga tertutup sempurna "Anggap aja impas, karena lo juga pernah nganterin gue pulang" ucapnya

Gerry berpikir sejenak, dia sangat ingin tidur dikasurnya yang empuk. Dia benar-benar lelah sekarang

"Oke" Gerry akhirnya setuju

"Besok ya bang motor gue" kata Gerry

"Aman. Dah sono lo balik, dari pada pingsan disini. Bikin gue jantungan aja lo" Gerry sedidkit tertawa menanggapi ucapan itu

Revan naik keatas motornya. Gerry agak ragu namun ikut naik keatas motor Revan. Gerry bisa melihat pemandangan didepannya dengan jelas karena Revan lebih pendek darinya

"Lurus aja dulu sampai lampu merah pertigaan" ucap Gerry

Revan berdehem singkat. Tak lama Revan merasakan pundaknya berat, dia melihat Gerry dari kaca spionnya. Gerry menjatuhkan kepalanya dipundak Revan

Revan diam saja karena terlalu malas untuk protes

"Kalau Ibu tau, pasti langsung nangis" Gerry menyentuh dadanya

GERRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang