31. Akan Menjadi Asing

353 55 67
                                    

VOTE & KOMEN

****

"Mas" Revan memegang tangan Heza dengan erat

Heza rasanya ingin membanting nebulizer ditangannya, alat itu berisi obat yang keluar seperti kabut halus yang bisa dihirup

"Berhenti manggil gue!" Tegur Heza. Kakinya bahkan hampir menendang pintu karena panik mendengar alarm kamar Revan

Revan bergerak sedikit demi sedikit "Lo mau ngapain? Gue bi-" Heza menghela nafas, membiarkan Revan bersandar kearahnya

"Jangan bikin susah" tegur Heza membuat Revan langsung mengangguk pelan

Heza terus memagang alat bantu pernafasan itu, membiarkan Revan tidur nyenyak dibahunya

"Mampus deh tugas kuliah gue" Heza benar-benar sudah mengantuk dan tidak mungkin bangun untuk meninggalkan Revan. Laptop di kamarnya juga masih menyala

Heza perlahan bersandar dikepala kasur karena bahunya kram, dia memperbaiki posisi kepala Revan "Kenapa lo harus ada di keluarga gue?" Tanya Heza

Heza memegang tangan Revan dan ikut tidur bersama Revan tanpa bicara lagi. Heza terbangun saat mendengar pintu kamar Revan terbuka

"Revan sakit?" Tanya Papanya

"Papa bisa liat sendiri" balas Heza

Radhika mendekati keduanya, dia membantu Revan untuk tidur dengan nyaman dibantalnya. "Sudah, kamu tidur di kamar kamu" suruhnya pada Heza

Heza mulai turun dari kasur Revan "Mas" Heza mendengar suara Papanya

"Apa?" Tanya Heza

Radhika berdiri lalu memeluk Heza sejenak "Makasih sudah jadi Mas yang baik ya" ucapnya

"Hem" Heza melepas pelukan Papanya kemudian keluar dari kamar Revan

Heza mengacak-acak rambutnya "Papa tau kelakuan gue. Tapi dia tetep kayak gini" kesalnya

"Papa yang terlalu baik juga bikin gue muak!" Imbuhnya

"Mas Heza" Radhika menunduk, dia melihat Revan membuka matanya "Udah ke kamarnya, besok Mas mu ada kelas. Jadi harus tidur. Gak papa ya?" Revan mengangguk

"Kamu lagi banyak pikiran? Makanya jadi gak tenang?" Pertanyaan Papanya membuat Revan hanya menatapnya tanpa menjawab

****

"Kalung lo udah balik? Ketemu dimana?" Tanya Alan, pagi-pagi dia sudah melihat Gerry mengikat benang hitam kalungnya

"Si Pucet yang nemuin" jawab Gerry

"Revan lagi Revan lagi" gumaman Alan membuat Gerry melihatnya "Maksudnya apa?" Tanyanya

Alan balas melihat Gerry "Mau sampai kapan lo munafik Ger? Lo tetep aja nganggep dia Garra kan?" Kesal Alan

GERRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang