BAB 1: NDORO KARSO

135K 4.1K 108
                                    

SELAMAT MEMBACA
***

Bunyi ketukan antara tongkat dengan lantai terdengar begitu jelas di tengah keheningan malam yang begitu sunyi. Cahaya remang-remang di ujung ruangan menjadi satu-satunya sumber penerangan di sana. Seorang laki-laki tengah berdiri dengan gagahnya, seolah menantang rembulan yang malam ini bersinar dengan begitu cantiknya. Tangannya berkali-kali memainkan tongkat di tangannya. Mengetuk-ngetukkan pada lantai, seolah tengah memikirkan sesuatu.

Dia adalah, Ndoro Karso. Ndoro yang dalam bahasa jawa berarti juragan. Panggilan yang pas dan sangat cocok di sandang oleh seorang Karso Aji Suwityo. Juragan terkaya di kampungnya. Penduduk sekitar memanggilnya Ndoro Karso. Laki-laki berusia empat puluh tahun itu sejak tadi menatap rembulan seolah tengah menyampaikan kegundahan hati yang saat ini tengah dia rasakan.

Pikirannya melayang pada kejadian 13 tahun yang lalu. Sebuah tragedi yang sungguh tidak ingin dia ingat-ingat lagi. Namun, entah kenapa tidurnya tiba-tiba terusik dan ingatan itu menghampirinya. Seolah semesta mengingatkan apa itu janji yang sempat dituturkan oleh lisannya. Hal tersebutlah yang menimbulkan kegundahan hatinya malam ini.

Ndoro karso mendengar suara orang berjalan mendekat ke arahnya, dia sama sekali tidak terusik bahkan menoleh pun tidak. Dia hanya diam, seolah menunggu orang tersebut datang padanya.

"Ngapunten (maaf) Ndoro. Sudah malam kok tidak tidur?" Tanya seorang laki-laki muda itu dengan begitu hormatnya pada Ndoro Karso.

"Saya belum ngantuk Jo," hanya itu yang dikatakan oleh Ndoro Karso tanpa menoleh sedikitpun pada Tejo pekerja setia sekaligus orang kepercayaan yang sudah mengabdi lama padanya.

"Mau dibuatkan wedang jahe Ndoro?" Tanya Tejo lagi pada Ndoro Karso.

"Tidak usah Jo, sana kamu tidur saja."

Laki-laki berusia 25 tahun, bernama Tejo itu hanya mengangguk. Lalu pamit setelah memastikan sang Ndoro tidak membutuhkan apapun.

Setelah Tejo pergi, Ndoro Karso kembali gergelut dengan kesunyian. Di saat semua orang sedang terlelap, dari posisinya saat ini berdiri di sebuah rumah mewah miliknya, Ndoro Karso bisa melihat pemandangan malam yang begitu gelap di luar sana. Hanya ada satu dua lampu yang menerangi desa tersebut di malam hari.

"Bahkan sepertinya takdir pun merestui," guman Ndoro Karso sebelum berbalik dan kembali ke kamarnya.

***

Ndoro Karso sedang berjalan-jalan di sekitar kebun sayur miliknya. Sambil mengamati kegiatan para pekerjanya. Setiap hari sibuk mengurusi tanaman-tanaman miliknya.

Ndoro Karso tersenyum saat melihat sayuran di kebunnya sudah mendekati masa panen. Sayurannya subur-subur dan segar-segar. Sangat menyenangkan, memperhatikan sayuran hijau yang begitu subur.

"Selamat pagi Ndoro," sapa para pekerja ketika Ndoro Karso melewati mereka. Tidak ada yang mengabaikannya, seolah dikomando semua pekerja langsung ikut menyapa.

"Pagi, sudah sarapan?" Tanya Ndoro Karso pada mereka semua.

"Sudah Ndoro," jawab Mereka dengan kompak.

Mendengar itu, Ndoro Karso tersenyum. Lalu melanjutkan kegiatannya. Ndoro Karso membalas sapaan mereka semua dengan ramah. Meski dia juragan kaya, namun sikapnya jauh dari kata sombong. Dia sangat ramah dan rendah hati. Bahkan pada pekerjanya sekalipun. Ndoro Karso selalu memperlakukan mereka semua dengan sangat baik. Hingga semua pekerja betah bekerja pada Ndoro Karso.

Sepeninggalnya Ndoro Karso beberapa pekerja masih betah menatap kepergian sang Ndoro yang berjalan dengan pelan namun seolah penuh perhitungan. Tidak lupa tongkat kayu yang selalu dibawa kemana pun oleh sang Ndoro. Bukan karena sang Ndoro cacat atau kesulitan berjalan jika tanpa tongkat. Bahkan Ndoro Karso sangat sehat dan masih gagah tidak terlihat tua sedikitpun. Justru dengan membawa tongkat itu terlihat menambah wibawa seorang Ndoro Karso. Beberapa orang ada yang berpendapat, jika Ndoro Karso menyimpan ajian di tongkat kesayangannya itu. Namun, beberapa lagi ada yang bilang jika Ndoro menggemari benda-benda unik salah satunya tongkat kayu yang selalu dia bawa kemana pun itu. Entah mana yang benar tidak ada yang berani memastikannya.

"Lihat apa to Yu," seorang pekerja perempuan menepuk lengan rekannya karena sejak tadi terus saja memperhatikan kepergian Ndoro Karso.

"Sayang ya, Ndoro itu kok tidak segera menikah. Apa tidak mau punya keturunan. Harta sebanyak itu nantinya kemana kalau tidak ada yang mewarisi." Gumam perempuan itu yang masih bisa didengar oleh temannya.

"Katanya Ndoro itu memang tidak akan menikah Yu selamanya."

"Kata siapa?" Tanya perempuan itu dengan tidak percayanya.

"Orang-orang ada yang membicarakan. Katanya Ndoro sedang belajar ilmu. Sampai tidak boleh menikah seumur hidup. Harus tetap sendiri."

Perempuan itu hanya tertawa pelan, tidak percaya sama sekali dengan apa yang dikatakan oleh temannya itu. Karena dia tau, jika Ndoro Karso pernah menikah. Meski tidak lama, dan pernikahannya berakhir tapi bukankah itu sudah mematahkan pendapat jika Ndoro Karso tidak sedang belajar ilmu apapun. Sampai tidak boleh menikah.

"Jangan suka dengarkan gosip tidak benar. Apalagi yang menjelekkan begitu," ucapnya lalu kembali melanjutkan pekerjaannya.

***
Setelah puas berjalan-jalan keliling kebun dan sawahnya, Ndoro Karso pulang ke rumah. Sesampainya di rumah langsung disambut oleh Tejo. Bahkan pemuda itu sepertinya sudah menunggu sang Ndoro pulang sejak tadi. Karena begitu sang Ndoro datang, Tejo langsung menghampirinya.

"Ada apa Jo?" Tanya Ndoro Karso saat melihat pekerja setianya berdiri di depan gerbang rumah menunggu kepulangannya dan langsung menghampirinya.

"Ndoro sudah ditunggu tamu di dalam," ucap Tejo sambil menunjuk ke dalam rumah di mana sang tamu menunggu Ndoro Karso.

Ndoro Karso hanya diam, sambil mengangguk pelan.

"Berapa orang?" Tanya Ndoro Karso lagi.

"Setunggal," (satu) Jawab Tejo pelan sambil menunduk hormat.

Ndoro Karso lalu masuk ke dalam rumah, untuk menemui tamunya. Memang sudah beberapa hari ini Ndoro Karso merasa jika tidak lama lagi akan ada yang menemuinya. Tapi kenapa yang datang hanya satu, padahal yang dia tunggu itu dua orang. Tapi yasudahlah, lebih baik ditemui dulu. Ndoro Karso ingin mendengar tujuan tamunya datang. Entah kabar baik atau kabar buruk, Ndoro Karso sudah siap mendengarnya. Baik jika memang baik dan buruk jika memang buruk. Dekatkan yang baik dan jauhkan yang buruk, tekat Ndoro Karso saat kakinya mulai melangkah memasuki rumah.

Saat baru memasuki rumah, Ndoro Karso sudah bisa melihat sang tamu duduk membelakangi pintu masuk.

"Hee emmm..." Ndoro Karso berdehem menandakan kedatangannya.

Tamu yang sejak tadi menunggu Ndoro Karso langsung berdiri ketika mendengar deheman Ndoro Karso.

"Ndoro Karso, bagaimana kabarnya belum lupa sama saya kan?" Tanya sang tamu dengan ramahnya.

Ndoro Karso pun membalasnya tak kalah ramah. Dia lalu menyalami tamunya.

"Bagaimana saya bisa lupa, silahkan duduk." Ucap Ndoro Karso mempersilahkan sang tamu untuk duduk.

Begitupun dengan Ndoro Karso, lali-laki itu juga ikut duduk di hadapan sang tamu. Sesaat suasana begitu tegang, namun Ndoro Karso berhasil mencairkannya.

***BERSAMBUNG***

Jangan ada yang menebak apapun. Mari kita lihat, bagaimana selanjutnya. Ini cerita baru, semoga kalian suka ...

Kesan pertama baca bab pertama. Tinggalkan disini... 😉

REVISI: 23 OKTO 2024 

Wng, 18 agst 2024
Salam
E_PRASETYO

NDORO KARSO (DELETE SEBAGIAN) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang