SELAMAT EMBACA
***
"Tejo ..." panggil Sekar pada Tejo yang sedang minum teh di dapur.
Tejo yang merasa akan ada hal yang tidak baik jika sudah seperti ini, kemudian menghela napasnya dengan pelan sebelum menjawab.
"Nggih Ndoro Putri enten nopo?" (iya Ndoro Putri ada apa) tanya Tejo sopan dengan nada suara malasnya. Meski menjengkelkan namun manusia di hadapannya itu istri majikannya. Mau tidak mau Tejo harus tetap hormat padanya kan.
"Kamu percaya sama aku Jo?" Tanya Sekar mendekat pada Tejo. Wajah Sekar itu menunjukkan ekpresi yang sangat menyakinkan.
"Mboten," (tidak) jawab Tejo langsung sambil menggeleng. Percaya pada Sekar terlalu beresiko bagi Tejo.
"Ya sudah, padahal aku mau bilang pesan dari Ndoro ini." Ucap Sekar dengan santainya sambil bersedekap di depan Tejo.
"Pesan apa Ndoro Putri?" Tejo yang mendengar kata Ndoro langsung bangun dari duduknya.
"Kata Ndoro kamu disuruh cari degan hijau, cari sampai dapat." Ucap Sekar langsung.
Tejo menatap Sekar dengan lekat, apa iya Ndoro memerintahkan seperti itu. Untuk apa degan hijau, jangan-jangan ini hanya akal-akalan Ndoro Putri itu.
"Nopo enggih?" (apa iya) ucap Tejo dengan tidak percayanya. Seperti yang dia ucapakan barusan, percaya pada Ndoro Putri yang satu itu resikonya besar dan sering menjerumuskan pada hal-hal yang merugikan.
"Ya sudah kalau kamu tidak percaya, sana tanya sendiri Ndoro di ruang kerjanya," ucap Sekar santai.
"Tapi Ndoro tadi katanya tidak mau diganggu, aku saja diminta keluar. Cuma disuruh bilang ke kamu, suruh cari degan hijau. Tapi kalau kamu sibuk, aku bilang sama Ndoro ya. Tejo sibuk, kamu sibuk apa sih. Ohhh minum teh ya, ya sudah aku bilang saja ke Ndoro kalau Tejo tidak bisa cari degan hijaunya, sedang sibuk minum teh." Setelah mengatakan itu Sekar ingin pergi, namun Tejo langsung mencegahnya. Jangan sampai Ndoro Putri itu serius dengan ucapannya. Ingin mengadukan dirinya yang tidak-tidak pada Ndoro.
"Ehhh Ndoro Putri tunggu, degan hijaunya mau dibuat apa sama Ndoro. Tidak biasanya Ndoro minta degan hijau?" Tanya Tejo pada Sekar.
"Untuk mencuci tongkat," jawab Sekar dengan seriusnya.
Tejo semakin bingung mendengar itu, seumur-umur tongkat sang Ndoro tidak pernah dicuci menggunakan air degan hijau. Paling kalau memang kotor hanya dilap tidak dicuci apalagi dengan air degan.
"Ndoro Putri ini serius atau tidak. Ndoro biasanya tidak pernah mencuci tongkat dengan air degan."
"Itu kan biasanya, ini tidak biasa. Sudah kalau kamu tidak mau cari tidak papa, aku bilang ke Ndoro."
Sekar ingin pergi, ketika Tejo kembali menghentikannya.
"Saya cari Ndoro Putri, saya cari. Sampaikan ke Ndoro, saya carikan dulu degannya." Ucap Tejo dengan gugupnya. Dia lalu segera meninggalkan tehnya dan ingin pergi mencari degan yang di inginkan sang Ndoro.
Sekar yang melihat itu lalu tersenyum senang, setelahnya Ndoro Putri itu pergi dari dapur.
***
"Tilem teng kamar nggih?" (tidur ke kamar ya) ucap sang Ndoro pada istrinya yang siang itu tengah tidur santai di pendopo berbantalkan paha sang Ndoro. Sejak tadi Ndoro Karso sibuk mengipasi Sekar menggunakan kipas bambu. Ide siapa itu, tentu saja ide Ndoro Putri jika tidak ide jailnya yang katanya ngidam tidur di pendopo mereka bisa tidur di kamar menggunakan kipas angin atau pendingin ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
NDORO KARSO (DELETE SEBAGIAN)
RomanceYang baru ketemu cerita ini jangan baca, sudah di hapus sebagian !!! Bagaimana jika laki-laki setenang Ndoro Karso harus menghadapi tingkah istrinya yang kadang bikin sakit kepala. "Patuh menjadi istri saya, hidupmu akan terjamin cah ayu" ---- Ndoro...