00

164 12 2
                                    

♡︎ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ♡︎

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh!!

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***


Dari jendela yang berdebu, Harsa menatap jalanan yang dilalui bus yang ia naiki. Langit belum lagi cerah, sebab matahari belum penuh memancarkan sinar fajarnya, dan masih berdiam malu-malu di balik kemuning awan. Udara dingin menusuk, mengalahkan pengap hawa manusia yang berdesakan di dalam ruang sempit bus kota. Suara bising kendaraan, bercampur dengan riuh percakapan orang-orang di dalamnya membuat kendaraan penghubung antarkota ini nyaris tidak pernah sepi meski hari kini masih terlampau pagi.

Lama terjebak dalam keheningan, atensi Harsa tertuju pada gadis di sampingnya. Gadis yang tatapannya tidak teralih dari buku di tangannya. Bibirnya bergumam mengulang kembali kata yang dibacanya, disimpan baik-baik dalam ingatannya. Melihat hal itu, Harsa tersenyum kecil.

"Masa ujian udah selesa, Han, masih aja belajar," ucap Harsa meraih atensi gadis di sampingnya.

Hana sempat menatapnya, meski tidak lama. Gadis pemilik netra coklat muda itu menghela berat. Ia menutup buku yang dibacanya, kemudian menyandarkan diri pada bahu milik sang kakak.

"Pertemanan di dunia perkuliahan itu kejam, ya?" Untuk pertama kali setelah satu jam bungkam, Hana mulai bersuara tentang kegundahan yang tidak bisa membuatnya terlelap sejak semalam.

"Kita bahkan belum pernah masuk kelas, Han. Kamu dapat kesimpulan itu dari mana?" Harsa menanggapi pernyataan saudarinya.

Masa perkuliahan belum dimulai. Keduanya baru akan menjalani Orientasi Studi dan Pengenalan Lingkungan Kampus di lingkup jurusan hari ini-setelah lima hari menjalani Ospek Fakultas, didahului oleh tingkat universitas tujuh hari sebelumnya. Jangankan mendapat gambaran tentang pertemanan, bertemu dengan teman seangkatan saja baik mereka belum pernah.

"Semua orang tahu," Hana menyanggah jawaban sang kakak. "Pertemanan di dunia kuliah itu egois," sambungnya memilin acara jari tangan acak.

Hana sering mendengar betapa menyeramkannya relasi pertemanan di perkuliahan. Sangat transaksional. Semua orang hanya akan berorientasi pada kepentingan masing-masing pribadi mereka. Saling memanfaatkan adalah hal yang lumrah. Belum lagi perihal kelompok pertemanan di mana saling merendahkan dan meminang sinis satu sama lain bukan hal yang tabu lagi. Bisakah Hana bertahan di lingkungan seperti itu? Setidaknya selama empat tahun ke depan?

Dan ketakutan Hana itu ... Harsa memahaminya.

Harsa paham betapa banyak kekhawatiran dan rasa cemas yang Hana rasakan saat ini. Di satu sisi, Hana memiliki harapan besar untuk mulai membangun hubungan sosial dengan orang-orang di luar sana. Namun, di sisi lain terlalu banyak hal-hal buruk yang menghantui pikirannya. Hana merasa antusias di satu sisi dan merasa ketakutan di sisi yang lain. Sangat kompleks dan rumit.

Bahagia, HarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang