21

14 2 0
                                    

♡ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ♡

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh!!

***

"Ospek 'kan P-nya perpeloncoan!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ospek 'kan P-nya perpeloncoan!"


***


S

emua mahasiswa baru yang berjumlah tidak kurang dari tujuh puluh orang disatukan dalam bus yang berukuran tidak terlalu besar. Jumlah kursi yang ada sangat pas dengan jumlah mahasisnya, serta fasilitas bis yang jauh dari kata memadai; apalagi jika dibandingkan dengan bis panitia. Padahal, biaya yang dikeluarkan perorang untuk kegiatan ini tidak bisa dibilang murah, wajar jika mereka memiliki ekspektasi lebih. Setidaknya, mereka berharap mendapat bus yang sama fasilitasnya dengan bus yang disediakan untuk panitia.

"Kalau tahu kayak gini mending gue naik ojek atau angkot aja sekalian! Udah sama-sama gerah, bayar mahal, mana mobilnya bau, anjir! Pewangi jeruk ditambah bau bensin, mabok Aing!" Seorang yang duduk tak jauh dari Harsa mencibir keadaan bus yang mereka naiki.

Tidak hanya satu-dua, keluhan serupa datang dari hampir semua orang yang bisa Harsa dengar suaranya. Mereka sama-sama geram atas ketidakmampuan pihak kampus-atau panitia-dalam memberikan kepada mereka fasilitas yang layak.

"Ini baru permulaan, Dave." Harsa menanggapi keluhan dari teman yang duduk di depannya itu, membuat sang empunya menoleh cepat meski tak mampu menatap wajahnya.

"Maksud lo?" Davian balik bertanya.

Harsa menggeleng pelan tanpa menjawab pertanyaan Davian, Harsa memilih berdiri. Sembari merenggangkan tulang belakangnya yang pegal karena duduk terlalu lama, Harsa berjalan sampai tengah-tengah bus, kemudian berseloroh.

"Yang punya smartwatch pada disita gak?" Harsa bertanya pada seluruh teman-temannya. Suara Harsa yang sudah keras dan lantang membuat ia tidak perlu sampai berteriak agar semua orang bisa mendengar suaranya.

"Iya, disita juga. Kenapa emangnya?"

Harsa menggeleng pelan.

"Nggak. Gue minta sama kalian, nanti kalau di sana saling awasin, saling peduli, dan saling bantu sama lain. Kesampingin dulu ego sirkel masing-masing. Minimal, untuk tiga hari ke depan kita harus kompak. Gue rasa, kita akan lewatin hari-hati yang lebih berat dari kemarin."

Penjelasan Harsa membuat semua teman-temannya yang sudah sejak awal diselimuti ketakutan menjadi semakin panik. Mereka saling melihat satu sama lain dengan tatapan cemas, bayangan mereka tentang segala hal buruk yang akan terjadi saat perkemahan nanti terasa semakin nyata.

Bahagia, HarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang