♡ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ♡
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh!!
***
"Bukan Hana yang butuh bantuan, tapi gue. Gue yang butuh kepastian kalau dia baik-baik aja."
***
Pikir mereka, perkemahan akan diadakan di tempat yang mewah—atau paling tidak, memiliki fasilitas yang memadai. Namun, sebaliknya. Tempat perkemahan yang mereka terletak benar-benar di tengah hutan yang akses ke sana saja tidak bisa ditempuh dengan kendaraan, melainkan harus berjalan kaki tidak kurang dari setengah kilometer jauhnya. Fasilitas dasar seperti toilet dan kamar mandi pun jauh dari kata layak dengan jumlah yang sangat terbatas.
Peserta tidak diberi waktu untuk beristirahat, mereka langsung diminta untuk mendirikan tenda. Ibadah pun dilakukan secara bergiliran di sebuah surau kecil yang berada cukup jauh dari area pendirian tenda. Harsa mendapat giliran pertama.
"Kita masih belum dikasih makan? Bentar lagi setengah dua ini!"
Itulah seruan kesal yang Harsa dengar dari salah seorang temannya sekembalinya ia dari tempat ibadah.
"Padahal di rundown jam makan siang udah lewat! Mereka 'kan harusnya mikir kalau kita gak makan apa-apa sejak pagi?" Davian menimpali.
Jika Harsa tidak tidak menyarankan untuk diam-diam sarapan sebelum berangkat tadi, mereka pasti akan sangat merasa kelaparan saat ini.
"Berdoa ajalah, semoga bentar lagi dikasih." Harsa tidak ingin menambah kekhawatiran teman-temannya, padahal ia yakin bahwa itu masih lama. "Udah, nih? Kalau gak ada yang bisa dikerjain lagi gue mau ke tenda Hana."
"Udah, tinggal beres-beres dikit mah gue, Johan sama Dave aja." Sapta bisa memahami bagaimana kekhawatiran Harsa pada adiknya. Harsa tidak pernah meninggalkan Hana dalam waktu yang lama, ia pasti merasa tidak tenang dan takut sesuatu terjadi pada Hana.
"Yoi, tinggal tipis-tipis doang ini," Davian menimpali, mengiyakan perkataan Sapta. "Sana saja, Hana pasti butuh bantuan lo."
"Bukan Hana yang butuh bantuan, tapi gue. Gue yang butuh kepastian kalau dia baik-baik aja." Harsa menyanggah perkataan Davian.
***
Di sisi lain, Hana bersama teman-temannya memang kesulitan mendirikan tenda. Mereka sama-sama tidak berpengalaman dalam hal ini sehingga kesulitan bahkan untuk sekedar menyusun kerangka tenda mereka agar bisa berdiri.
Hal itu membuat Hana merasa sangat tertekan. Hana melihat teman-temannya yang hampir menangis karena waktu yang diberikan panitia hanya tersisa beberapa menit lagi. Hanya Lail yang masih terlihat berusaha keras mendirikannya tanpa mengeluh sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahagia, Harsa
Teen FictionJika dunia hadir dalam wujud manusia, maka bagi Harsa itu adalah Hana. *** _________________________ /tw⚠️ - mature content (18+) - bullying - mental, physical, and sexual abuse - harsh words