♡︎ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ♡︎
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh!!
***
"Orang-orang ini ... Kenapa sejak dulu mereka selalu memperlakukan orang asing lebih baik daripada saudara sebangsanya sendiri?"
***
Setelah ketiga panitia itu pergi dan membawa Melati ke Unit Kesehatan, Harsa memutuskan untuk kembali ke dalam barisan; sebelum ada panitia yang menegurnya. Harsa kembali berdiri tepat di belakang Hana yang kini memilin jari-jarinya tangannya, tampak gugup dan cemas. Hana pasti ikut mengkhawatirkan kondisi Melati.
"Melati baik-baik aja, dia udah dibawa ke ruang kesehatan." Harsa mengusap pelan bahu kanan Hana yang masih tidak berbalik menatapnya.
Hana tidak berani bergerak banyak karena khawatir panitia akan datang dan memberikan teguran kepadanya. Satu pelanggaran, berarti satu teriakan. Itu buruk. Hana pasti akan menjadi pusat perhatian, semua orang akan mengingatnya. Itu lebih buruk lagi. Oleh karena itu, bahkan kedua telapak kaki Hana pun tidak bergeser dari tempatnya sejak acara ini dibuka oleh pewara.
Hati Harsa tersayat melihatnya. Begitu besar rasa takut Hana sampai-sampai dia tidak berani menanyakan keadaan temannya yang baru saja pingsan sampai dibawa ke Unit Kesehatan. Hana pasti merasa sangat tertekan.
"Mau minum, gak?" Barangkali Hana merasa kehausan.
Persetan dengan larangan. Jika adiknya dehidrasi memang siapa yang akan tanggungjawab?
Namun, tawaran Harsa itu dibalas gelengan cepat oleh Hana.
"Nggak mau," jawabnya suara sangat pelan yang membuat Harsa menghela napas berat.
Pada akhirnya, Harsa memilih diam dan mengalah. Hana pasti akan lebih tidak nyaman jika ia terus mendesaknya.
"Lo mau ke toilet?"
Harsa menatap pada gadis yang berdiri di samping depan Hana, yang kini berbalik menatap adiknya. Harsa menanti jawaban dari Hana. Namun, mendapati adiknya hanya menunduk dan menggeleng samar.
"Bisa anterin dia, gak?" Harsa yang menjawab pertanyaan untuk Hana, dengan suara sangat pelan tentu saja. Harsa tidak ingin Hana merasa malu.
"Bisa," jawab gadis itu tanpa pikir panjang. Memang itu niatnya sejak awal.
Sudah dari belasan menit lalu ia melihat Hana berdiri dengan gelisah juga meremat rok sekolahnya dengan kuat. Akan tetapi, Hana mungkin terlalu gugup, malu, atau takut untuk keluar dari barisan dan pergi ke toilet seorang diri. Hana juga mungkin segan berbicara pada Harsa, jadilah ia-Laila-berinisiatif untuk bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahagia, Harsa
Teen FictionJika dunia hadir dalam wujud manusia, maka bagi Harsa itu adalah Hana. *** _________________________ /tw⚠️ - mature content (18+) - bullying - mental, physical, and sexual abuse - harsh words