Jika dunia hadir dalam wujud manusia, maka bagi Harsa itu adalah Hana.
***
_________________________
/tw⚠️
- mature content (18+)
- bullying
- mental, physical, and sexual abuse
- harsh words
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Sulit memang jika sudah berurusan dengan orang-orang yang punya kekuasaan; yang tidak boleh menjadi boleh, yang tidak legal menjadi legal, yang melanggar hukum jadi dilindungi hukum."
***
Jujur, Harsa tidak ada masalah dengan semua kegiatan ospek jurusannya. Tidak. Satu-satunya yang Harsa permasalahan adalah senioritas dan kesewenang-wenangan panitia. Sejak hari pertama, yang ditonjolkan justru malah perundungan dan penindasan. Dan hal yang membuat Harsa lebih tidak habis pikir lagi adalah diamnya pihak kampus yang seolah memberi lampu hijau atas semua tindak perundungan yang dilakukan mahasiswa mereka terhadap adik tingkatnya. Apa mereka tidak tahu? Tidak diberi tahu? Atau memang tidak mau tahu?
"Lo tahu perusahaan obat yang jadi donatur kampus 'kan? Rumornya, anak dari yang punya perusahaan itu ada di jurusan ini. Gak tahu siapa, tapi yang jelas anak Hima angkatan atas. Itu kali sebabnya Hima kita paling awut-awutan, sekelas prodi sama dekanat aja gak berani negur kalau ada masalah. Rektorat apalagi, mana mau peduli."
Itulah rumor yang sering Harsa dengar akhir-akhir ini. Awalnya , Harsa sukar untuk percaya. Tidak mungkin pihak kampus rela menggadaikan kredibilitasnya hanya demi uang dari donatur, bukan? Ini lembaga pendidikan, bukan korporat. Yang mengelolanya adalah para pendidik yang memiliki integritas tinggi, bukan kaum kapitalisme. Ya, kecuali pendidikannya sudah dikapitalisasi.
Sulit memang jika sudah berurusan dengan orang-orang yang punya kekuasaan; yang tidak boleh menjadi boleh, yang tidak legal menjadi legal, yang melanggar hukum jadi dilindungi hukum. Memang susah. Di saat keadilan harga mati berubah menjadi harga nego, di sanalah kewajiban membela yang benar berubah menjadi kewajiban membela yang bayar.
Di luar semua itu, hal paling buruk bagi Harsa adalah karena ia harus berpisah dengan Hana. Harsa dari kelompok lima menyusuri rumpun Soshum, sedangkan Hana yang berada di kelompok enam menelusuri rumpun Saintek. Dan sampai saat ini, dia belum kembali.
"Perutnya berdarah, banyak banget!"
"Kok bisa?"
"Gak tahu, ada yang bilang jatuh, tapi ada juga yang bilang kalau dia sengaja ditusuk! Serem banget!"
Jantung Harsa berdetak kencang begitu mendengar bisik-bisik dari teman seangkatannya yang sudah banyak kembali ke titik kumpul awal mereka. Tidak lama kemudian, sebuah mobil ambulans melesat menuju rumpun Sosial Humaniora. Di sana, Harsa merasa sedikit tenang karena bukan rumpun Saintek yang ditujunya.
Di tengah rasa penasarannya, Harsa yang hendak bertanya perihal siapa yang dibicarakan teman-temannya lebih dulu menemukan Laila yang berjalan dari arah area Soshum. Meski dalam cahaya remang, Harsa bisa melihat wajah Lail yang sangat lelah. Lail memeluk tubuhnya sendiri, mengusap kedua lengannya, tampak berusaha menghangatkan tubuhnya yang sedikit menggigil; mungkin akibat udara dingin.