24

11 3 0
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh!!

***

"Harsa selalu mengatakan jika seseorang tidak boleh menjadikan rasa sakit yang dialaminya sebagai legitimasi untuk menyakiti orang lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Harsa selalu mengatakan jika seseorang tidak boleh menjadikan rasa sakit yang dialaminya sebagai legitimasi untuk menyakiti orang lain."

***


Seluruh area perkemahan dibuat gempar ketika seorang laki-laki—yang sangat mereka kenal—menggendong seorang perempuan yang dalam keadaan tidak sadarkan diri. Dia, Harsa, berjalan setengah lari menuju tenda paramedis mengabaikan seruan pertanyaan dari banyak orang di sepanjang jalan, termasuk dari Lail yang ia lewati begitu saja.

"Dia kenapa?" Arisu, seorang dari Divisi Kesehatan bertanya saat Harsa akan memasuki tenda kesehatan.

Arisu merasa devaju, ingatannya terlempar pada hari pertama Mabim di mana ia melihat gadis yang sama dalam gendongan orang sama menghampirinya dalam keadaan yang lagi-lagi tidak sadarkan diri.

"Mungkin jatuh." Harsa menjawab sekenanya. Ia menerobos masuk ke dalam tenda dan segera membaringkan tubuh Melati di atas ranjang kesehatan.

Harsa mengesampingkan amarahnya ketika ia melihat barak kesehatan yang jauh dari kata layak ini. Semua barang ditata asal-salan, sampah bekas makanan berserakan di mana-mana, bahkan kotak obat masih berada di dalam kardus yang ditumpuk dengan jaket entah milik siapa. Harsa sudah ingin berteriak. Ia tidak tahan menyaksikan ketololan para panitia yang sudah tidak masuk lagi di akalnya.

"Dia parah?" Harsa bertanya pada petugas kesehatan yang ikut masuk ke barak tidak lama setelah Harsa membaringkan Melati di atas brankar.

"Tekanan derahnya sangat rendah. Dia juga mungkin akan demam." Panitia itu bukan dari jurusannya karena dia memperlakukan pasien dengan sangat baik dan mengerti betul masalah kesehatan; sepertinya seorang tenaga medis yang dikirim untuk membersamai mereka.

"Kalau keadaannya makin parah, dia bisa pulang?" Wajah Melati terlihat sangat pucat. Harsa merasa khawatir jika kondisi kesehatannya akan memburuk.

"Kurang tahu. Saya hanya tenaga medis, bukan panitia," jelas tenaga medis itu sesuai dengan dugaan Harsa. "Tapi, jika tidak kunjung membaik rasanya tidak ada pilihan lain. Kita tidak bisa mengambil resiko ..." Perkataannya menggantung. Ia lebih dulu memerhatikan sekitar seolah memastikan keamanan keadaan. "Acara ini buruk sekali. Acara camp terburuk yang pernah saya ikuti. Saya bahkan tidak nyaman berada di barak karena banyak sekali panitia yang keluar-masuk dan berdiam di sini sesuka mereka," keluhnya kemudian.

"Ibu dari Rumah Sakit Universitas?" Harsa bertanya pada perempuan yang berusia mungkin tidak jauh darinya itu dan dijawab oleh anggukan pelan.

"Iya," jawabnya. "Saya harap keadaannya membaik setelah infus ini habis," lanjut tenaga medis itu setelah memasang infus pada lengan kanan Melati yang masih terkulai lemah.

Bahagia, HarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang