♡︎ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ♡︎
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh!!
***
"Jika tidak diberi aturan, manusia bisa berprilaku lebih kejam daripada binatang."
***
Saat ini, pukul 12.09. Lail memacu mempercepat langkahnya. Tersisa kurang dari satu menit lagi untuk ia harus kembali ke lapangan. Lail tahu itu mustahil. Namun, akan lebih buruk jika Lail kembali tanpa membawa papan namanya yang hilang.
Dalam peraturan tertulis dijelaskan bahwa keterlambatan diganjar dengan tugas membuat satu artikel ilmiah, sedang tidak membawa peralatan ospek yang lengkap hukumannya diserahkan kepada panitia. Itu jelas lebih buruk. Jika jika tidak diberi aturan, manusia bisa berprilaku lebih kejam daripada binatang.
Lail menyisir jalan yang sekiranya pernah , termasuk lorong menuju toilet yang ia kunjungi belum ada satu jam lalu. Lail yakin jika papan namanya terjatuh, pasti tidak akan jauh dari sana.
"Kok gak ada, sih?" Lail bergumam kesal karena papan namanya masih belum ditemukan.
Lail menyisir setiap sudut toilet, meneliti tepatnya di sekitar wastafel tempat ia tadi bercermin.
"Looking for this, Girl?"
Laila terperanjat saatmendengar suara berat seorang laki-laki, di dalam toilet perempuan. Seorang panitia dari jurusannya yang tengah bersandar pada pintu.
"Ini 'kan yang lo cari?" Panitia laki-laki itu-Bastian- menunjukkan sebuah papan nama yang tertulis nama lengkap Lail di sana.
"Lo yang ambil?" Lail langsung menuduh Bastian menutupi keterkejutan dan rasa takutnya.
Bohong jika Lail tidak merasa khawatir. Seorang laki-laki tengah memasuki area yang sangat pribadi bagi kaum perempuan saat ini. Itu adalah hal yang sangat tidak etis. Wajar jika pikiran Lail saat ini berkecamuk dan dihantui oleh berbagai prasangka buruk.
Atas tuduhan yang dilayangkannya, Bastian malah tertawa.
"Nah. I have what I found." Bastian memasukkan papan nama itu ke dalam saku celananya sebelum lanjut berbicara, "Tapi, kalau ada imbalan yang setimpal gue kan kasih nametag ini buat lo."
"Dih, lawak! Orang nametag itu punya gue, kenapa harus kasih lo imbalan sama lo segala? Yang ada gue yang laporin lo!" balas Lail tidak terima.
Orang yang merasa memiliki benda milik orang lain hanya karena dia menemukannya itu bodoh. Namun, alih-alih sadar dan mengembalikan papan nama itu lagi kepada Laila, Bastian malah terkekeh kecil.
"No one will believe in you. Mereka akan balik nyalahin lo karena nuduh panitia sembarangan ..." Bastian menggulung lengan jaketnya tanpa mengalihkan pandangan dari Laila,
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahagia, Harsa
Teen FictionJika dunia hadir dalam wujud manusia, maka bagi Harsa itu adalah Hana. *** _________________________ /tw⚠️ - mature content (18+) - bullying - mental, physical, and sexual abuse - harsh words