♡︎ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ♡︎
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh!!
***
"Manusia tidak akan pernah bisa mendebat Tuhan dalam perkara benar dan salah."
***
Atas permintaan Hana, Harsa benar-benar datang ke rumah Laila. Harsa sudah mengajak Hana agar mereka berdua yang memberikannya. Namun, begitu sampai di pagar rumah, Hana langsung berlari masuk ke dalam dan meninggalkannya. Alhasil, mau tidak mau Harsa memberikan makanan ini kepada Laila seorang diri.
Harsa tidak perlu memanggil atau menekan bel sebab Laila sedang duduk di teras rumahnya. Entah apa yang tengah gadis itu lakukan di sana. Lail hanya duduk sambil memangku dagu dengan dua telapak tangannya, menatap ke arah jalan.
"Ada apa?" Lail yang melihat Harsa berdiri di luar pagar rumah pun berseru menanyainya.
"Titipan dari Hana!" Harsa mengangkat plastik hitam di tangannya.
"Gue lagi males jalan. Lo aja yang ke sini!" Seru Lail kembali
Harsa menghela berat. Ia kesal, tentu saja. Bisa-bisanya dia yang memberi, tapi dia pula yang direpotkan. Namun, mengingat jika hitungannya adalah Harsa yang membutuhkan Lail di sini—sebab Hana yang ingin memberi bukan Lail yang memintanya—Harsa dengan segenap rasa kesal dan tidak rela membuka pintu pagar rumah dan menghampiri sang empunya.
"Ini apa?" Lail bertanya ketika ia meraih dan memeriksa sebuah kotak yang Harsa berikan, kemudian membukanya tanpa menunggu Harsa memberikan jawaban. "Bubur? Buat siapa?"
"Buat lo, lah! Kalau buat satpam gue tinggalin tadi di pos depan," balas Harsa sekenanya.
Alih-alih pamit dan pergi setelah niatnya terlaksana, Harsa malah memilih ikut duduk di teras. Hal itu sontak mengundang tanya sekaligus protes dari gadis di sampingnya.
"Ngapain malah duduk di sini? Ini buburnya udah gue terima. Makasih! Udah sana pergi!" Untuk apa pula dia berdiam lama dia sini?
"Lo sadar gak kalau Hana berusaha jodohin kita?"
Pertanyaan Harsa membuat Lail kehilangan segera emosi kesal di wajahnya. Lail terlihat berpikir sesaat sebelum ia mengangguk pelan.
"Kirain gue doang yang ngerasa," balas Lail sambil tertawa. "Eh, ini dimakan sekarang gak papa 'kan, ya? Gue laper, nunggu tukang roti gulung gak lewat-lewat." Lail mulai membuka bungkus bubur di tangannya dan dijawab anggukan pelan oleh Harsa.
Awalnya, Harsa tidak memiliki prasangka itu. Justru, Harsa sempat ingin menjaga jarak dengan Lail karena takut Hana merasa cemburu karena dirinya menyimpan perhatian lebih pada teman masa kecil mereka itu. Namun, yang terjadi justru malah sebaliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahagia, Harsa
أدب المراهقينJika dunia hadir dalam wujud manusia, maka bagi Harsa itu adalah Hana. *** _________________________ /tw⚠️ - mature content (18+) - bullying - mental, physical, and sexual abuse - harsh words