Percakapan Malam: Harsa dan Laila

20 3 0
                                    

♡︎ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ♡︎

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh!

/tw⚠️/

adult content

***

"Manusia akan terus bertanya dan ketika dia sampai pada pertanyaan yang dia gak menemukan jawabannya, maka saat itulah Tuhan berbicara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Manusia akan terus bertanya dan ketika dia sampai pada pertanyaan yang dia gak menemukan jawabannya, maka saat itulah Tuhan berbicara."

***

"Harusnya kamu mati, biar saya sama suami saya aja hidup berdua! Kalian emang pembawa sial!"

Harsa tersenyum kecil saat kalimat seseorang di masa lalu itu kembali berputar dalam benaknya. Masa buruk dan kelam itu ... bukan hanya Hana yang mengalaminya, Harsa juga sama. Sama sakit dan terluka.

Bagaimanapun, Harsa adalah manusia biasa. Mengalami kejadian yang begitu mengerikan di usianya yang sangat belia bukan hal yang mudah. Luka itu membuat Harsa sejatinya tidak pernah berjalan tegak, tertatih menyusun kepingan diri yang telah luluh lantak. Jiwanya hancur, remuk dan redam.

Harsa bahkan tak jarang bertanya. Tentang alasan mengapa sebenarnya nyawa tidak pergi saja dari raganya. Sudah hancur begini. Tidak ada alasan sejatinya untuk ia bangun lagi esok pagi. Dewasa yang datang membuat Harsa berkecamuk dalam pikiran. Mulai Harsa pertanyakan, aa sebenarnya alasan dia hidup di dunia?

Kenapa dia dikirim ke dunia ini jika hanya untuk menderita? Apa Tuhan memang menciptakan manusia hanya untuk susah dan dipermainkan oleh keadaan? Memang apa kesalahan Harsa sampai ia harus mendapat hidup yang sedemikian kelamnya? Harsa tidak pernah berbuat jahat, tidak pernah menyakiti orang lain. Pun, jika iya, memang kesalahan sebesar apa yang dilakukan oleh seorang anak 12 tahun?

Atas segudang pertanyaan itu, pertanyaan yang Harsa tidak menemukan jawabannya, di usia yang menginjak tahun ke-15, Harsa menyimpulkan dengan mutlak bahwa satu-satunya yang abadi dari eksistensi Tuhan Semesta Alam ini adalah ketidakadilannya. Dia telah berlaku jahat pada manusia.

"Terus, kenapa lo gak jadi ateis aja sekalian? I mean, you even don't believe in God's wisdom; how can you call His existence? Like, how can something be a God while He doesn't have any wisdom?"

Bagi Laila, definisi Tuhan adalah eksistensi yang melebihi manusia dari segala sisinya; termasuk keadilan dan kebijaksanaan yang disandarkan pada pengetahuan dan kasih sayang. Jika seseorang bahkan tidak meyakini kebijaksanaan Tuhan, maka bagaimana dia bisa meyakini bahwa eksistensi Tuhan benar-benar nyata? Itu tidak masuk akal bagi lagi.

Percakapan ini terjadi begitu saja, Laila juga tidak sadar bagaimana ini bermula. Hanya ia yang keluar untuk mencari udara segar dan berakhir melihat Harsa yang duduk di kedai kopi tak jauh dari rumah mereka. Laila menghampirinya. Mereka berbicara tentang banyak hal. Lalu, sampailah Laila pada pertanyaan yang semula ia sendiri ragu untuk menanyakannya.

Bahagia, HarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang