♡︎ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ♡︎
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh!!
/tw⚠️/
violence and sexual abuse***
"Saking paniknya Hana, ia sampai tidak sadar berapa butir obat yang telah ditelannya."
***
Ini kali pertama Hana berjalan tanpa Harsa di sisinya. Langkah kaki Hana terasa berat. Jalan yang dilaluinya begitu seram dan menakutkan. Seekor semut saja, Hana rasa akan mengancamnya jika ia tidak bersama Harsa. Napas Hana memburu. Keringatnya membasahi sekujur tubuh.
"Halo."
Tubuh Hana terperanjat. Tiga orang panitia berdiri tepat di depannya, seolah sudah menunggui sejak lama. Pandangan Hana mengedar panik. Hana hampir lupa alasan kenapa dia datang ke sini. Hampi-hampir ia pergi dan melarikan diri.
"Sini, sini, cari ini 'kan?" Arisu—seorang dari panitia itu—mengangkat lanyard kepanitiaan. Wajahnya ramah, seakan ia akan memberikannya dengan cuma-cuma.
Namun, Hana mengerti bahwa ada sesuatu di balik senyum itu. Sesuatu yang mungkin lebih buruk dari yang ada di dalam pikiran Hana saat ini. Batin Hana mendadak berkecamuk. Hana ingin lari, dia ingin pergi. Tapi bagaimana dengan tugas itu? Apa yang akan terjadi jika Hana tidak menyelesaikannya? Hukuman apa yang kelak akan menimpanya? Hana merasa kalut. Segala hal dan kemungkinan buruk merongrong isi pikirannya.
"Lo gak denger apa yang dia bilang? SINI!" Vanny berteriak marah karena perintah temannya diabaikan. "Aghr! Maba kurang ajar!" Merasa tidak akan didengarkan, Vanny mendekati Hana dan menjambak rambut adik tingkatnya.
Hana meringis kesakitan, tapi ia tidak berani berteriak. Hana menangis dalam diam, berusaha untuk tidak sama sekali mengeluarkan suara. Bahkan, saat dirinya diseret entah ke mana; memasuki area lebih dalam dan gelap, Hana tetap menahan isak tangisnya.
Satu tangisan berarti satu tamparan, teriakan berarti satu pukulan.
Hana tidak boleh menangis, tidak boleh berteriak, bahkan merintih. Jika menangis, maka Hana akan disakiti lebih jauh lagi. Jika berteriak, atau merintih, tandanya ia akan mendapat luka lebih parah lagi. Akan selalu seperti itu. Dari dulu sudah begitu. Orang-orang yang menyakitinya tidak suka jika ia menangis, apalagi berteriak hingga ada yang mendengar. Hana harus diam. Harus tetap diam. Tidak seorang pun boleh mendengar bahkan sekedar suara rintihan.
"Anak bodoh! Menyusahkan orang tua!"
"Mati aja kalian!"
"Anak lemah, beban!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahagia, Harsa
Teen FictionJika dunia hadir dalam wujud manusia, maka bagi Harsa itu adalah Hana. *** _________________________ /tw⚠️ - mature content (18+) - bullying - mental, physical, and sexual abuse - harsh words