19

15 5 0
                                    

♡︎ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ♡︎

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh!!


***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***


Sejak satu tahun terakhir, Harsa menggantikan peran Sarah; adik kandung ayahnya yang sekaligus menjadi ibu angkat mereka sejak peristiwa naas lima tahun lalu. Setelah peristiwa kelam itu, Hana dirawat di rumah sakit selama dua tahun, sedangkan Harsa melanjutkan sekolahnya. Itu yang menyebabkan secara akademik keduanya terpaut dua angkatan. Hana menjalani homeschooling sampai menyelesaikan pendidikan menengah atas. Harsa menunggu Hana sampai lulus sekolah agar mereka bisa melanjutkan kuliah di tahun yang sama.

Harsa tidak ingin kehilangan Hana untuk kedua kalinya, menjalani hari-hari sepi tanpa Hana di sisinya sebagaimana dua tahun yang pernah ia lalui. Harsa ingin selalu ada di samping Hana, menjaga adiknya sebaik dan semaksimal yang ia bisa.

"Hai!"

Suara sapaan dari seorang yang sangat di kenalnya membuat Harsa terperanjat. Itu Laila; seorang yang mendorong troli belanja yang belum terisi apapun, sama sepertinya.

"Ngagetin aja lo," Harsa memasang raut kesal. Meski tahu jika itu adalah Lail, tapu tetap saja Harsa terkejut sampai hampir menjatuhkan kotak susu yang sedang dipegangnya.

"Yeu! Suruh siapa kagetan!" balas Laila tidak mau disalahkan. "Eh, kenapa tadi lo gak ospek? Bolos, ya? Parah!" gadis itu malah balik menuduhnya.

"Enak aja! Hana lagi sakit, siapa yang temenin dia kalau gue ke kampus?" Harsa membela dirinya.

"Oh ... parah, ya? Gue sempet liat di grup semalem kalau Hana kemarin pingsan di kampus. Sorry, ya, belum sempet jenguk." Lail merasa sangat bersalah, padahal jarak rumahnya dengan Hana hanya terpaut kurang dari satu langkah.

"Santai aja, dia udah baikan kok sekarang. Makannya, gue berani ke luar rumah." Harsa mendorong troli belanjanya untuk mengambil dua pak roti tawar.

Lail juga melakukan hal yang sama.

"Hana sakit apa?" Di grup obrolan semalam, tidak ada yang membahas perihal kenapa Hana bisa sampai pingsan di kampus. Selain itu, Lail juga membuka ponselnya sekilas karena kepalanya sudah sakit sejak sore kemarin, jadi tidak mengikuti obrolan sampai akhir.

"Kecapean aja, Hana 'kan udah lama gak ada kegiatan outdoor kayak Ospek gini. Jadi, wajar, mungkin dia masih adaptasi." Harsa tidak mengutarakan apa yang sebenarnya mengganjal di pikirannya perihal Hana, hanya menjawab pertanyaan Laila agar dia tidak merasa penasaran.

Lagi-lagi, Harsa merasa tidak memiliki bukti yang kuat akan kecurigaannya pada seseorang. Hana tidak banyak bicara, dia tidak mengatakan apa yang terjadi kemarin. Harsa juga tidak bisa mendesak apalagi memaksa Hana untuk mengatakan hal yang ingin ia ketahui. Harsa takut itu akan semakin membuat Hana tertekan.

Bahagia, HarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang