♡ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ♡
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh!!
***
"Jangan pernah berpikir tentang hal itu lagi. Gue ada di sini, sama lo. Kita hadapin semuanya sama-sama, oke?"
***
Pukul dua belas malam lebih, Lail terbangun oleh suara alarm dari ponsel milik seorang di sampingnya, Raya. Meski Raya segera mematikan ponsel itu, Lail sudah terlanjur bangun."Sorry, Il, gue lupa setting ulang alarmnya." Raya sangat merasa bersalah. Raya tidak ingat jika ponselnya sudah dikembalikan oleh panitia. Pukul dua belas malam ini biasanya Raya terbangun untuk mulai belajar pagi.
"Gak papa, gue sekalian mau ke toilet, kok," balas Lail dengan suara serak dan sorot mata tak awas, masih memperlihatkan rasa kantuk di wajahnya.
"Sorry, ya ..." Raya tetap merasa tidak enak. Lail baru saja tertidur beberapa menit lalu, tidak seharusnya ia bangun karena terganggu.
"Gak papa, Ya. Gue beneran mau ke toilet, kok." Lail tidak sekedar basa-basi untuk hal itu. Logika saja, jika tidak benar-benar ingin ke toilet, Lail pasti akan memilih tidur dan kembali menyelami alam mimpi daripada meraih pasminanya dan bergegas pergi.
Lail mengulas senyum tipis pada Raya sebelum ia keluar tenda, memberi isyarat pada sang teman untuk kembali melanjutkan tidurnya. Raya pun mengangguk pelan, berbaring dan menarik selimutnya kembali.
Sedang di luar sana, Lail mempercapat langkahnya. Lail menyelesaikan keperluannya secepat yang ia bisa, tidak ingin berlama-lama. Selain ingin cepat beristirahat, area perkemahan yang sedang sepi ini juga memungkinkan seorang setan berwujud manusia bernama Bastian tiba-tiba muncul di hadapannya. Lail sangat muak. Dia tidak ingin berurusan dengan Bastian lagi, karena alasan apa pun.
Lail akan melupakan semua yang Bastian lakukan kepadanya. Meski terpaksa, Lail akan melakukannya.
Lail tahu, itu tidak adil. Dia korban di sini! Tidak seharusnya ia menerima kesepakatan bodoh yang Bastian tawarkan. Seharusnya, Bastianlah mendapatkan konsekuensi setimpal atas apa yang ia lakukan. Seharusnya dia mendapat hukuman yang sangat berat. Namun, rasanya mustahil. Jalan terbaik adalah Lail berusaha untuk lupa dan menganggap seolah tidak pernah terjadi apa pun di antara mereka. Menyakitkan, tapi ia bisa apa?
"Sekarang, lo masuk, istirahat. Gak perlu ada yang lo takutin. Percaya sama gue, semuanya pasti baik-baik saja."
Langkah Lail terhenti begitu suara yang begitu ia kenali terdengar. Lail segera berbalik badan, sedikit menyipitkan matanya guna memastikan bahwa orang yang ia lihat benar-benar Harsa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahagia, Harsa
Teen FictionJika dunia hadir dalam wujud manusia, maka bagi Harsa itu adalah Hana. *** _________________________ /tw⚠️ - mature content (18+) - bullying - mental, physical, and sexual abuse - harsh words