11

20 4 0
                                    

♡︎ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ♡︎

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh!!

***

"Kamu tidak bisa terus memperlakukan Hanaseperti burung yang harus berada di dalam sangkar, Harsa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu tidak bisa terus memperlakukan Hanaseperti burung yang harus berada di dalam sangkar, Harsa. Jika terus seperti itu, dia tidak akan pernah tahu caranya terbang."

***


Hana sudah siap dengan pakaian ospeknya; seragam sekolah seperti yang diminta oleh panitia. Hana tidak mengenyam pendidikan di sekolah formal sebelumnya, seragam ini baru Hana beli tiga minggu lalu. Itu sebabnya seragam sekolah Hana dan Harsa berbeda. Hana memakai seragam sekolah yang umum—putih abu-abu—sementara Harsa mengenakan seragam sekolah terdahulunya.

Hana meraih ikat rambutnya, mengikat rambut sepunggungnya yang tergerai. Hana tidak ingin ditegur lagi seperti kemarin. Beruntung saat itu Putra yang menegurnya, jika sampai panitia yang lain Hana tidak tahu nasibnya bagaimana. Mereka pasti membentaknya, meneriakinya, mungkin dengan pengeras suara. Tidak. Detak jantung Hana sudah tidak baik hanya dengan membayangkannya.

Hana sudah lama tidak diperlakukan dengan kasar seperti itu. Dan tidak ingin lagi. Itu menakutkan, sangat mengerikan.

Bagaimana dengan dulu? Sering, sering sekali.

Jangankan bentakan atau sekedar teriak, tamparan dan pukulan pun bukan hal yang asing bagi Hana. Tidak ada hari tanpa pukulan di tubuh dan tamparan di wajahnya, tanpa teriakan dan kata-kata kasar yang mengisi harinya dari siang ke malam, dari satu hari hingga keesokannya, terus berulang seperti siklus yang tidak akan Hana melalui satu hari tanpa melewatkannya.

Hana menggeleng kuat, membuang jauh-jauh kenangan buruk yang terlintas di kepalanya. Itu tidak akan terjadi lagi. Iya, tidak akan terjadi lagi. Tidak semua orang akan melakukan hal yang sama padanya, tidak semua orang akan berperilaku serupa. Seperti yang Harsa katakan padanya bahwa ... dunia ini tidak seburuk yang ia kira. Manusia tidak seburuk itu. Seiring berjalannya waktu, Hana pasti akan bertemu dengan orang-orang yang baik, orang-orang yang menyayanginya. Hanya saja, panitia Ospek Jurusannya bukan salah satu di antara mereka.

Pintu kamarnya diketuk, Hana yang merapikan rambut di depan cermin pun menoleh segera. Ia tahu yang ingin masuk adalah Harsa, tidak ada orang lain di rumah ini sekali mereka.

"Masuk, Kak!" Sahut Hana dari dalam.

Sedekat apapun mereka, Harsa tetap menyadari jika Hana memiliki privasi dan kedaulatan atas dirinya sendiri. Kamar ini adalah wilayah teritorial absolut bagi Hana, dia punya hak prerogatif menentukan kapan dan siapa saja yang boleh memasukinya. Tidak ada seorang pun yang bisa memaksa, termasuk Harsa. Harsa tidak bisa serta-merta masuk tanpa seizin Hana.

Bahagia, HarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang